Pov ( Darren)
Ting tong
Ting tong
Ting tong
" Kemana Dila? Sudah tiga hari dia tidak membalas pesanku!"
Entah sudah berapa kali aku menekan bell itu namun tak satupun penghuni rumah membuka pintu, asisten rumah tangga yang biasanya berpapasan denganku sepulang dari pasar pun kini tak terlihat batang hidungnya
Aku benar-benar khawatir, tidak biasanya Dila menghilang begini. Aku menarik nafas, aku menekan bell lagi untuk yang terakhir kalinya
Seperti dua hari sebelumnya tidak ada jawaban sedikitpun. Aku merasa mulai frustasi, aku khawatir, semenjak sakit Dila menghilang. Apa dia tidak merindukanku?
" Dila, kamu dimana?"gumamku lalu memutuskan untuk pergi sekolah sendiri
Pikiranku mulai kacau, aku tak tenang, aku gelisah, bahkan tadi malam aku tidak bisa tidur, aku terlalu khawatir pada Dila karena hari terakhir kita bertemu Dila sedang sakit
Setelah memarkirkan motor, aku segera masuk kedalam kelas
" Darren" Aku langsung menoleh ketika wali kelas kami, Bu Rina memanggil
" Apa kau sudah bertemu Dila?"
Aku hanya menggelengkan kepala, wajah kecewaku tampak jelas dimata Bu Rina
" Tidak apa-apa Darren, nanti kita cari tahu bersama."
"Darren."
" Darren"
" Darren" Bentakan pelan itu membuat Darren terlonjak kaget
" Oh Daddy."
" Akhir- akhir ini kau seringkali melamun? Ada problem dengan pekerjaanmu?"
" No, Dad. Aku hanya merasa lelah."
" Come on, ini baru seminggu kau bekerja." gerutu Pak Erwin. Darren tersenyum, ia yang awalnya duduk menghadap kaca jendela itu kini mengubah posisinya dengan merebahkan dirinya disofa panjang
" Membosankan karena tidak ada yang menarik." Saut Darren
" Sungguh, padahal disini banyak sekali wanita cantik." Goda Pak Erwin seraya mendudukan dirinya di sofa. Darren hanya tersenyum, beberapa wanita pernah ia pacari tapi belum ada yang benar-benar menarik hati Darren. Hati Darren dingin sejak lama
" Kau masih muda, pandai-pandailah berpetualang." Godanya lagi pada sang anak
" Ada apa Daddy kemari?" sang Daddy terkekeh, Darren selalu mengalihkan pembicaraan bila bicara membahas wanita, seolah ia tak membutuhkan seorang wanita. Darren sudah punya semuanya, memangnya ia butuh apalagi? Pikirnya
" Tentang makan malam bersama Pak Adolf."
" Aku pasti datang."
" Bisakah kita pergi sekarang." Darren mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam
" Ini masih jam 3 sore. Bukan makan malam namanya kalau pergi sekarang."
" Perjalanan lumayan jauh Darren."
" Memangnya kita mau makan malam dimana?"
" Bandung."
" What!" Darren membuat kaget ayahnya hingga berjingkat
" Ayolah, hanya 4 jam perjalanan." Darren menghembuskan nafasnya
" Bisa-bisanya!" Gerutu Darren malas sambil bangkit
Diikuti sang Daddy yang tertawa, keduanya keluar dari ruangan Darren. Keduanya tampak kembar dengan perbedaan usia yang cukup jauh
Keduanya menaiki lift
Tak lama ..
Ting
Lift berhenti dilantai 25
Deg
Dila tampak terkejut
" Maaf pak." Ucapnya seraya membungkukan badan
" Tidak apa- apa, naiklah!" Perintah pak Erwin.
" Dad!" Protes Darren, sama sekali Darren tak ingin satu ruangan dengan Dila, mendengar namanya, melihat Dila. Darren rasanya ingin mencekik wanita itu, agar wanita itu merasakan sakit seperti Darren. Darren sangat sangat sangat membenci Dila
" Lagipula ini lift untuk umum!" Saut Pak Erwin, ia sama sekali tak tahu bahwa wanita yang berdiri disampingnya ini adalah orang yang sudah membuat putranya hampir depresi
Dila terus meneguk ludahnya kasar, situasi dalam lift begitu mencekam untuk Dila. Sementara dibelakang Darren menatap punggung Dila begitu tajam. Ia ingin menyingkirkan Dila dari hotel ini tapi ia belum mempunyai celah, tidak profesional rasanya jika ia memecat karyawan tanpa ada kesalahan sedikitpun
Dila yang sekarang memiliki perawakan yang cukup tinggi, dengan body yang tentunya terawat meski terhalangi seragam pelayannya. Wajahnya masih tetap cantik walau tanpa riasan
Darren menggelengkan kepala akan pikirannya itu dan memejamkan mata. " Menjijikan, sungguh menjijikan." Batin Darren
Kemudian membuka matanya lagi
" Apa yang terjadi, bukankah Dila sangat kaya." Batin Darren, Darren menggelengkan kepalanya lagi, kenapa ia terus-terusan memikirkan wanita itu
" Apa pedulimu, berhenti memikirkan hal yang tidak penting." gerutunya dalam hati
Ting
Akhirnya Dila bisa bernafas lega ketika lift sampai di lantai yang ia tuju
" Terima kasih Pak Erwin." ucap Dila lalu keluar dari lift
" Karyawan disini tidak hanya disiplin, tapi mereka juga punya sopan santun yang tinggi." Ucap pak Erwin seraya menoleh pada putranya yang hanya diam membisu
" Darren, jangan merubah apapun. Daddy mau semuanya tetap berjalan seperti ini oke."
" Daddy ini bicara seolah-olah besok mau mati saja." Jawab Darren membuat pak Erwin memukul kepalanya
" Awww." Teriak Darren
" Rasakan itu!" Gerutu pak Erwin membuat Darren tertawa
Jangan lupa vote, like, komentarnya ya untuk memberi semangat buat akyuuu 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
HR_junior
apa klurga Dila di tipu ma slingkuhan mamanya ya
2024-10-05
0
Muawanah
msh mengikuti,
dah aku ksh bunga nieh
2024-06-04
0
Nur Hayati
masih mengikuti 😍😍😍😍
2024-02-15
1