Kesalahan Dila

Setiap hari Darren menyempatkan dirinya dipagi hari untuk berangkat sekolah bersama Dila. Mengendarai motor Harley Davidson, Darren menjemput Dila didepan rumahnya. Ia selalu tersenyum ketika melihat pemandangan indah didepan matanya

Setiap pagi Darren melihat Dila diantar sang ibu kedepan pintu gerbang dimana Darren sudah menunggunya. Dila begitu ringkih dengan kotak bekal makan siang yang dibekali sang ibu. Dila anak semata wayang, ia sangat dimanja oleh kedua orantuanya

" Darren, hati-hati ya!" Ucap ibu Dila pada Darren

" Siap Tante." saut Darren dengan senyumannya. Mereka sudah saling mengenal semenjak Dila menjadi pacar pemuda itu

Dila menaiki motor gede Darren. Tak lama mereka berdua pergi meninggalkan rumah Dila. Darren bahkan tak memperdulikan jarak yang ia tempuh setiap paginya, hanya untuk menjemput Dila, Darren selalu berangkat pagi buta

" Dila, kamu selalu begitu!"

" Kenapa sih Darren." Gerutu Dila

" Peluk!" Rengek Darren, Dila mendengus kecil sebelum akhirnya ia melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Darren, pria itu tak pernah menyerah pada Dila, Darren melakukan apapun untuk membuat Dilanya senang, usaha Darren jangan ditanya untuk Dila

" Dila, berjanjilah padaku!"

" Apa?"

" Jika kita sudah lulus nanti, kita kuliah di tempat yang sama."

" Darren!"

" Tenang saja, aku yang akan mengikutimu!"

" Darren, aku tidak akan kemana-mana, bukankah aku sudah jadi milikmu, kenapa kamu seperti ini. Sama seperti aku, Darren.. aku ingin kamu mengejar mimpimu juga!"

" Mimpiku itu adalah kamu Dila." Terserahlah, Dila malas menanggapi Darren yang keras kepala, Darren terlalu bucin, ia bahkan tak pernah memikirkan dirinya, selalu Dila

Dari sudut manapun, Dila dan Darren memang sangat cocok. Selain paras, keduanya juga berasal dari keluarga kaya dan cukup populer disekolah, terutama Darren, pria itu memiliki wajah dan tubuh blasteran eropa dan jawa

" Selamat pagi Pak Darren." Sapa Jena pada Darren yang sedang berdiri di depan kaca diruangannya. Jena melirik pada apa yang menjadi perhatian Darren. Tampak Dila sedang berjalan diluar hotel, di jam saat ini Dila pasti membeli sarapan untuk para senior-seniornya

"Apa yang terjadi." Gumam Darren dan masih terdengar ditelinga Jena

" Tidak ada yang terjadi pak, semuanya aman terkendali." Darren tersenyum sinis, ia tersadar dari lamunannya. Wanita itu tidak tahu jika Darren sedang melamun dan bergumam sendiri

" Sudah berapa lama wanita itu bekerja disini?" Tanya Darren menunjuk Dila dengan dagunya

" Heh?" Jena tak mengerti dengan pertanyaan Darren sampai Darren melirik kearahnya dengan tatapan sinis

" Oh, emm maksud bapa, Dila?" Darren tak menjawab, ia hanya menatap Jena yang tampak gugup, salah tingkah wanita itu di tatap Darren

" Apa kau tidak mengerti bahasa Indonesia yang benar?" tanya Darren, sinis

"Emm, Namanya Dila Wijaya. Dia sudah 4 tahun bekerja disini. Dia cukup komp-"

" Cukup!" potong Darren dengan sedikit bentakan. Jena menunduk takut

" Maaf pak, jika ini karena kemarin saya-"

" Keluarlah" perintah Darren membuang muka sambil mengibaskan tangannya

Jena segera bergegas sebelum pria itu marah padanya. Jena pelan-pelan membuka pintu, ia bergidig sendiri lalu menghembuskan nafas

" Bu Jena ada apa?" Tanya misel, sekertaris Darren

" Kau tahu Misel, dia galak sekali, sombong, bossy." Gerutu Jena

" Tapi tampan!" saut Misel dengan kekehan kecilnya. Jena menghembuskan nafasnya lagi

" Aku hampir kehabisan nafas didalam, auranya benar-benar gelap." Misel tertawa lucu

" Tidak Bu Jena, kau hanya belum mengenalnya." Jawab Misel, sudah 8 tahun Misel bekerja untuk pak Erwin dan ia telah mengenal baik Darren sejak pria itu masih remaja

" Aku harap begitu."

" Lama- lama akan terbiasa." Ucap Misel lagi dengan kekehannya

"Maksudmu?"

" Sudahlah, kembali ke tempatmu Bu Jena." Jena tak memperpanjang lagi percakapannya dengan Misel, ia meninggalkan Misel untuk kembali ke ruangannya sambil memikirkan ucapan Darren

Sebelum memasuki ruangannya, kebetulan dia bertemu Dila lalu memanggil wanita itu

" Dila." Panggilnya

" Ke ruanganku."

Dila hanya mengangguk lalu mengikuti Jena masuk ke ruangnya

" Dila, kesalahanmu kemarin. Sepertinya Pak Darren mempermasalahkan itu." Dahi Dila mengernyit heran

" Memang bukan masalah besar, tapi sepertinya Pak Darren merasa terganggu." tambah Jena

" Dila, kau mengerti kan maksudku."

" Iya Bu, saya akan minta maaf pada Pak Darren." Jawab Dila, harusnya cukup bu Jena yang menegurnya kenapa sampai harus berurusan langsung dengan wakil direktur, pikir Dila

" Kalau begitu, pergilah. Semakin cepat semakin baik." Begitulah Jena, ia terlalu over dalam pekerjaan. Ia tak mau dipandang buruk sebagai atasan. Semuanya harus serba perfect untuk Jena

-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!