" Dilaaaaaa, aku sayang kamu!"
Huuuuu huuu huuuu
Dila menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia benar-benar merasa malu mendapat sorakan dari seisi sekolah saat ini karena ulah seorang Darren, pemuda tampan yang 3 bulan terakhir ini mengejarnya
Darren yang masih berada dilapangan basket itu perlahan mendekati Dila yang duduk diantara penonton. Ya Darren dan teman-temannya baru saja memenangkan pertandingan basket antar sekolah
" Dila, do you want to be mine?"
Sekali lagi Dila mendapat sorakan kencang dan heboh disekolah
" Darren, please berhenti." Bisik Dila membuat Darren tersenyum
" Aku tidak akan berhenti sebelum kamu menerimaku!"
" Darren, ini bisa kita bicarakan berdua!!" Dilla tampak kesal karena merasa malu
" Ayolah Dila, kau tidak seru!" Teriak salah satu teman Darren
Darren tertawa akan hal itu
" Dila, jadilah milikku." Rengek Darren, pemuda itu tak ada harga dirinya bila ada sangkut pautnya dengan Dila. Entah apa yang membuat Dilla begitu menarik untuk Darren, mungkin juga karena gadis itu berbeda dari gadis lainnya
Dila menarik nafas pelan. Dila tak semau itu punya pacar diusia muda. Ia masih 17 tahun dan masih ingin fokus belajar. Tapi Darren memaksanya untuk mengangguk membuat Darren terlihat senang bahkan pria itu akan memeluk Dila namun Dila menahan dengan kedua tangannya
" Dila, aku akan setia, aku akan selalu buat kamu happy, aku akan menuruti semua kemauanmu." Ucap Darren, Dila hanya tersenyum, jika gadis lain mungkin sudah tantrum saking girangnya
Dila membuka matanya, ia masih ingat kenangan manis ketika Darren menyatakan cintanya. Darren si cinta monyet Dila. Dila tersenyum manis dengan pandangan kedepan. Ia sedang duduk di taman hotel, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, duduk dengan kotak bekal makan siang dipangkuannya
Sesekali suap demi suap masuk kedalam mulutnya. Dila tak sadar seseorang dari dalam hotel memperhatikan dengan pandangan tajam, bibirnya tersenyum sinis
" Menyedihkan, menghilang hanya untuk menjadi sampah seperti ini!" Gumam Darren, tatapan itu dipenuhi kebencian yang mendalam pada Dila
" Padahal aku sudah sering berdoa agar Tuhan tidak mempertemukan kita lagi, Aku sangat membencimu!" Gumamnya lagi, memegangi dadanya. Nyatanya rasa sakit itu masih ada, 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk Darren menyembuhkan dirinya, mungkin puluhan psikolog sudah Darren datangi. Dila memberi luka yang dalam diusia Darren yang masih sangat muda
" Sedang apa?" suara bariton tua mengagetkan Darren dari pandangannya pada Dila
" Pemandangannya kurang begitu indah, tidak ada laut disini." Jawab Darren seraya membalikan badan pada pria separuh baya yang berdiri dihadapannya. Pria itu terkekeh akan jawaban Darren yang sebenarnya asal bunyi
" Kalau begitu kembangkan lagi hotel ini sehingga kita bisa membuka cabang dipinggir pantai, Nusa tenggara barat adalah tempat yang indah bukan?" Saut sang Daddy
" Raja ampat!" Saut Darren seraya berjalan menuju sofa merah maroon diruangan barunya. Diikuti sang Daddy
" Sulit Darren, raja ampat-"
" Tidak ada yang sulit Dad, aku pasti berusaha. Katakan Daddy ingin punya cabang berapa lagi?" Tanya Darren semangat membuat sang ayah tersenyum bangga
" Kita hanya butuh partner bisnis yang bisa diandalkan!"
" Tuan Adolf, sangat bisa dibanggakan!" Saut sang Daddy. Darren tampak memikirkan hal itu
" Tuan Adolf, masa kau tidak kenal?"
" Aku tau, dia teman Daddy."
" Tuan Adolf mengajak makan malam bersama minggu depan, itu kesempatan yang bagus untukmu!"
" Memangnya harus secepat itu, aku baru saja memulai."
" Kau sudah banyak belajar, Daddy tahu. Dan Daddy tahu sepintar apa dirimu!"
" Apa sekarang Daddy sungguh mempercayaiku!"
" Ya, dan jangan sia-siakan itu!" Darren tersenyum lalu mengangguk pelan. Keluarga adalah segalanya untuk Darren, tanpa mereka Darren bisa apa, tanpa sang ayah yang selalu memberi semangat Darren tak akan sampai di tempat sekarang. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam hidup Darren
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments