Nara memandangi langit malam dari atas balkon. Bintang-bintang berkelang kelip bergantian mempercantik langit malam. Dinginnya angin malam menusuk tulang.
Nara memegangi tubuhnya yang kedinginan dengan kedua tangannya. Bibirnya seperti mengerang kedinginan.
" Masuklah, anginnya dingin sekali", ujar Nev seraya membaluti Nara dengan selimut.
" Terima kasih kak".
" Apa yang sedang kamu pikirkan?".
" Tidak ada".
" Benarkah".
" Hmm....". Nara seperti memikirkn sesuatu.
" Hwan???". Nev menebak apa yang ada dipikirannya. " Benarkan?".
" Maafkan aku kak, tiba-tiba aku teringat padanya".
" Ya, tidak apa-apa. Lagipula kenapa kamu tidak menghubunginya saja". Nara menggelengkan kepalanya. " Kenapa?".
" Tidak baik kak, mana mungkin aku menghubunginya. Aku berharap kami bisa melupakan satu sama lain. Sekarang bukankah kami mempunyai kehidupan yang lain. Aku tidak ingin mengusik kehidupannya, dia harus fokus dengan anak yang dikandung istrinya itu".
Nev mengelus kepalanya dan itu membuat Nara sedikit terkejut.
" Tidurlah supaya pikiranmu tenang".
" Iya kak".
Nara masuk kedalam lalu membaringkan tubuhnya, dilihatnya Nev juga membaringkan tubuhnya di sofa lalu ia pun memejamkan matanya. Nara bangkit dari tempat tidur lalu menemui Nev di sofanya.
Nara memandangi Nev yang sedang tertidur. Dipandanginya wajah suaminya itu.
" Kakak juga merindukan kak Kamira kan??". Nara mengela nafasnya. " Kakak tahu saat terakhir kali aku berbicara dengan kak Kamira. Dia bilang kalau kakak itu orang yang sangat baik, perhatian dan juga penyayang. Kata-kata itu diucapkannya agar aku menyetujui permintaannya waktu itu. Tapi, kenapa aku merasa berbeda ya". Nara memandanginya lalu tersenyum. " Itu mungkin karena kita memang bukan orang yang menikah dengan kehendak kita masin-masing. Walaupun begitu aku bersyukur sekarang ini karena mendapatkan sebuah keluarga yang sangat baik. Kalian menyayangiku seperti keluarga sendiri. Terima kasih kak, aku akan berusaha menjalani fungsiku sebagai istri dan maafkan aku jika nanti aku berbuat kesalahan. Aku akan berusaha sebaik mungkin".
Setelah mengatakan apa yang ada dipikirannya, Nara bergegas kembali ke tempat tidurnya. Ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Ia tertidur dengan pulasnya.
Nara tidak tahu kalau Nev sebenarnya tidak benar-benar tertidur. Nev membuka matanya dan tersenyum setelah mendengar ucapan Nara padanya. Ia melihat Nara yang sudah tertidur disana.
" Dasar gadis bodoh".
------
" Kak". Nara membangunkan Nev yang masih pulas tertidur. Nev hanya memberikan respon kecil tapi tidak membuatnya terbangun. " Kak". Nara memanggilnya sekali lagi tapi Nev tidak terbangun juga.
" Kamira". Nara terkejut mendengar Nev memanggil nama Kamira. Nara tersenyum seraya membetulkan selimut Nev.
Nara keluar dari kamar dan menuju restoran untuk sarapan. Nara mengambil beberapa makanan dan minuman untuk disantapnya. Satu persatu makanan itu dilahapnya seperti orang kelaparan saja.
drttt...drtt...
ponsel Nara bergetar. Nara mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Ia langsung menjawab telepon itu saat tahu siapa yang menghubunginya.
" Iya kak".
" Kamu dimana?".
" Disini, lagi sarapan. Kakak sudah bangun? tadi Nara sudah membangunkan kakak tapi kakak tidak mau bangun. Jadi, aku tidak berani membangunkan kakak lagi karena sepertinya kakak lelah sekali".
" Iya maaf".
" Kakak sudah mandi?".
" Sudah".
" Kemarilah untuk sarapan".
" Aku dibelakangmu". Nara langsung menoleh ke belakang. Nara tersenyum begitu melihatnya. " Bisa ambilkan aku kopi", pintanya. Nara pun langsung berdiri untuk mengambilkannya.
" Kakak mau makan apa?", tanyanya saat meletakkan kopi diatas meja. Nev langsung menyeruput kopi itu.
" Yang ada diatas meja ini saja", jawab Nev. " Kenapa makanmu banyak sekali".
" Apa ini banyak??".
" Untuk sarapan bukankah ini terlalu banyak".
" Biasa saja".
" Benarkah". Nev mengernyitkan dahinya. " Oh ya nanti malam kita akan pulang. Apa kamu ingin kesuatu tempat sebelum kita kembali?".
" Hmm....apa masih sempat kak".
" Asal jangan terlalu jauh".
" Kalau begitu kita jalan-jalan sekitar sini saja".
" Baiklah, apapun yang kamu mau".
Nara diam-diam tersenyum ketika mendengar Nev mengatakan apapun yang kamu mau. Ini pertama kalinya ia mendengarkan apa yang Nara inginkan.
Nara mengikuti Nev yang berjalan didepannya. Ia setengah berlari untuk menyamakan langkahnya dengan Nev.
" Aduh". Nara mengerang kesakitan karena Nev tiba-tiba berhenti. " Kenapa kakak tiba-tiba berhenti", protesnya.
" Kenapa kamu tidak bilang kalau aku terlalu cepat jalannya".
" Hmmm...itu...". Nev menarik tangan Nara. " Kak". Nara terkejut tapi Nev terlihat biasa saja. Nara menggaruk kepalanya karena tidak tahu harus melakukan apa.
Nev dan Nara terlihat sangat menikmati perjalanan mereka hari ini. Walaupun tidak ketempat yang banyak dikunjungi turis tapi mereka sangat menikmati setiap tempat yang mereka singgahi.
Menjelang sore Nev dan Nara pulang ke tempat mereka menginap. Mereka mulai mengepak pakaian serta souvenir yang sudah mereka beli. Setelah bersiap, mereka bergegas menuju bandara untuk pulang kerumah.
Sampailah mereka disini. Disana mereka sudah ditunggu supir untuk membawa mereka pulang. Sesampainya dirumah mereka disambut dengan hangat.
Nara menemui Deril yang tertidur pulas. Wajahnya yang tertidur itu membuatnya sangat menggemaskan. " Deril, mama sudah pulang. Mama merindukanmu", ujarnya mengelus rambut Deril dengan lembut.
" Nara".
" Kak Sarah".
" Bagaimana bulan madu kalian?".
" Hmm???". Nara sedikit melotot karena terkejut dengan pertanyaan Sarah itu. Bukan apa-apa dia hanya bingung harus menjawab apa. " Ya seperti itu kak".
" Seperti itu bagaimana".
" Seperti orang-orang yang pergi bulan madu".
" Oh ya. Apa kamu menerima kado yang diberikan mama dan papa?".
" Kado???". Nara langsung teringat kado yang ia buka itu. " Ah iya, kado itu , seksi sekali". Nara memalingkan wajahnya karena malu mengingat lingerie seksi itu.
" Apa kamu memakainya?".
" Haa???". Nara sedikit histeris.
" Kamu kenapa?".
" Itu....". Nara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Sarah". Tersengar suara nyonya Flo memanggil namanya. Sarah yang mendengar namanya dipanggil langsung menemui ibunya itu. " Iya ibu", sahutnya. " Nara, nanti kita bicara lagi".
" Iya kak". Nara sedikit lega karena tidak harus menjawab pertanyaan Sarah. Ia tidak tahu harus berkata apa kalau Sarah tetap bersamanya.
" Nara".
" Kak Nev".
" Sedang apa disini?".
" Melihat Deril kak".
Nev tersenyum melihat anaknya itu tertidur pulas. Sudah lama ia tidak melihat anak kesayangannya ini.
" Kak, nanti Deril bangun loh kalau kakak gangguin gitu. Kalau Deril nangis gimana?".
" Kan ada kamu". Nev menatapnya. " Ya kan".
" Haaa..." Nara menghela napasnya. Nev tersenyum melihat reaksi Nara.
" Sudah, ayo tidur. Ini sudah larut malam".
" Tidur dimana?".
" Dikamarlah".
" Kamar mana?".
" Kamu mau mereka melihat kita tidur dikamar terpisah?".
" Tidak".
" Besok mereka sudah pulang, jadi bersabarlah".
" Iya kak".
Benar, mereka masih tidur disini. Jadi sekarang kami harus satu kamar lagi.
" Seperti biasa tidurlah disana aku akan tidur disini. Nikmati sebelum kamu tidur ditempat lain".
" Apa?? nikmati. Seperti aku akan merindukan kamar ini saja".
" Selamat tidur".
" Dia tidak mendengarkan apa yang kukatakan, dasar!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rakha Attallah
kpn ya thor mereka dibuat sama2 bucin
2021-11-01
0
Lisdayanti Londak
ntar ada yg saling merindukan di saat masu kamar ada suasan yg beda
2021-09-14
1
Sukma Supriatna
nama nya Nev tapi aku baca nya Dev terus maaf thor😂😂😂😂
2021-08-29
3