Nara mengepak pakaiannya ke dalam koper. Satu persatu pakaian yang ia bawa tersusun rapi di dalam kopernya. Oleh-oleh yang sudah dibelinyapun sudah tersusun rapi di dalam tasnya. Ia tidak sabar untuk kembali ke Korea dan bertemu dengan ibu, Hwan dan juga teman- temannya.
Nenek yang masih belum menerima kepergian Nara lalu datang menemuinya dikamar.
" Nara, tidak bisakah kamu tinggal lebih lama lagi?", pinta neneknya. " Nenek berharap kamu bisa tinggal beberapa hari lagi disini".
" Nara tidak bisa nek", ujarnya. " Nara senang ada disini, tapi Nara harus pulang , Nara harus kuliah nek".
" Nenek mengerti kamu masih sekolah, tapikan.....".
" Nanti Nara akan berkunjung lagi kesini, Nara janji."
" Bagaimana dengan permintaan kakakmu nak?".
" Nenek, maafkan Nara. Nara tidak bisa, kak Nev pasti juga tidak bisa. Kami punya kehidupan masing-masing nek".
" Tapi, cobalah untuk dipikirkan nak. Bagaimana dengan Deril, dia pasti akan kehilanganmu".
" Pasti nanti ada yang bisa menyayangi Deril, nek".
" Nara....."
" Nenek...., ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan. Sekarang ini biarlah kami seperti ini. Tidak ada yang tidak mungkin nek, kalau Tuhan sudah berkendak, apapun akan terjadi. Tapi, saat ini kami punya kehidupan masin-masing dan inilah keputusan kami".
" Baiklah sayang, nenek tidak akan memaksamu lagi. Tapi, nenek tetap berdoa untuk kebahagiaan kalian".
" Terima kasih nek", ujar Nara memeluk neneknya.
Tak lama setelahnya Nara diantar oleh keluarganya kecuali Nev ke bandara. Ditatapnya Deril kecil untuk terakhir kalinya.
Kenapa didalam hatinya berat untuk meninggalkan anak ini. Berulang kali Nara mencium pipinya yang tembam.
Nara pun memberikan Deril kepada Sarah karena memang pesawat yang akan membawanya pulang akan segera berangkat.
" Nara pergi ya", pamitnya pada keluarganya. Bola matanya mulai berkaca tatkala melihat Deril meminta untuk digendong. " Deril, jangan suka menangis ya".
" Tante Nara bilang apa itu, Deril jangan suka menangis", ulang Sarah pada Deril. Deril terus meronta meminta untuk digendong oleh Nara.
Nara sedih melihatnya tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa .
" Pergilah nak", ujar nyonya Flo. Nara pun mengangguk lalu mengambil tasnya dan bergegas pergi.
Sesekali ia melihat ke belakang dan melambaikan tangannya.
" MAMA....MAMA....". Tiba-tiba Deril mengoceh menyebut kata mama. Mereka pun terkejut begitu juga Nara yang langkahnya pun terhenti mendengar suara Deril.
Berulang kali Deril menyebut kata mama dengan lantangnya. Tapi Nara tidak bisa menemuinya dan dengan berat hati Nara melangkahkan kakinya segera menuju pesawat yang akan membawanya pulang.
Berat rasanya meninggalkan mereka, tapi Nara tidak bisa terlalu lama dan harus segera pulang.
Perjalanan panjang yang ditempuhnya akhirnya berakhir. Nara pun sampai di Korea disambut oleh Hwan dan ibunya. Senyum merekah tersungging dibibirnya.
" Kamu senang disana?", tanya Hwan padanya.
" Senang", jawab Nara. " Apa pekerjaan kakak lancar?".
" Iya lancar".
Nara melihat wajah Hwan sedikit berubah. " Kenapa kak?", tanyanya khawatir. " Kakak baik-baik saja?".
" Baik", jawabnya terbata.
Nara hanya mengangguk mendengar jawaban Hwan. Sikap Hwan terlihat aneh sejak Nara pulang. Entah apa yang terjadi saat Nara tidak ada disini.
Sudah sebulan sejak Nara kembali ke Korea. Semua berjalan dengan normal seperti biasanya. Aktifitas yang dilakukannya pun hampir sama setiap hari. Kuliah, kerja paruh waktu lalu kembali ke rumah.
Sesekali Nara menghubungi Sarah untuk mengetahui keadaan Deril dan juga keluarga disana. Sedih hatinya melihat Deril yang sering menangis bila sudah melihatnya. Nara ingin sekali memeluknya tapi apa daya ia tidak bisa melakukannya.
Hari ini Nara mengundang teman-temannya, Hwan dan orangtua Hwan berkumpul dirumahnya. Hanya makan-makan kecil karena ibunya Nara mendapatkan bonus yang lumayan.
Suasana terasa sangat hangat, canda tawa silih berganti.
" Nara tolong ambilkan kue itu", pinta ibunya. Nara pun segera mengambil kue itu dan menyerahkannya pada ibunya.
Saat Nara berbalik tiba-tiba Hwan sudah ada dibelakangnya. Nara yang terkejut langsung memukul Hwan.
" Kenapa memukulku?", protesnya.
" Itu karena kakak tiba-tiba ada dibelakangku", dalih Nara. Melihat reaksi Nara yang menggemaskan membuat Hwan tidak tahan untuk mencubit kedua pipinya itu. Hwan sangat senang menggoda kekasihnya ini. " Kakak", protesnya.
" Apa???", ujarnya memeluk Nara.
" Hwan ada yang ingin bertemu denganmu, katanya dia temanmu", ujar ibu Nara.
" Teman????". Hwan menjadi bingung, teman seperti apa yang datang menemuinya ini. Begitu orang itu masuk betapa terkejutnya Hwan melihatnya. Nara yang berada disampingnya merasa heran dengan ekspresi yang ditunjukkan Hwan.
" Kamu siapa?", tanya Nara.
" Tanyakan saja pada Hwan", jawabnya. Hwan yang mendengar perkataannya membuatnya jadi salah tingkah.
" Kak Hwan". Nara meminta jawaban darinya.
" Dia teman bisnisku, namanya Yoora".
" Yoora". Nara mengulang nama itu. " Apa yang membawamu kesini dan bagaimana kamu tahu tempat ini. Kita tidak saling kenalkan".
" Kita memang tidak saling kenal tapi aku sangat mengenalmu dan selalu mendengar namamu".
" Lalu?".
" Yoora". Hwan memotong sebelum Yoora memberi jawaban. " Pergilah".
" Kenapa aku harus pergi, aku bahkan belum mengatakan maksud kedatanganku kesini".
" Katakan". Nara menyahutnya dengan lantang.
" Apa kamu yakin Nara?".
" Yoora, jangan membuat keributan disini!".
" Apa kamu yakin Hwan mencintaimu? apa kami ini hanya terlihat seperti rekan bisnis biasa?".
" Yoora!!!!". Hwan mulai meradang.
" Kak Hwan sebenarnya apa yang terjadi. Apa maksud wanita ini".
" Kalian ingin tahu. Lihatlah", ujarnya memberikan sebuah amplop pada Hwan. Begitu Hwan membukanya betapa terkejutnya Ia. Nara yang melihat Hwan langsung mengamil amplop itu dan mengeluarkan isinya.
" Aku hamil Hwan".
Begitu melihat benda yang ada ditangannya ini dan juga mendengar ucapannya, Nara langsung jatuh ke lantai.
" Aku hamil dan itu adalah anakmu".
Nara menatap nanar Hwan yang terdiam mematung. " Apa itu benar kak?".
" Kenapa kamu lakukan ini padaku Yoora, kamu menjebakku dua kali".
" Karena aku menyukaimu".
Nara semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan ini . Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa semuanya terasa kacau sekali.
" Nara, ini semua tidak seperti yang ia katakan. Percayalah padaku. Dia menjebakku waktu itu, ia memasukkan sesuatu diminumanku dan aku....". Hwan tidak melanjutkan ucapannya.
" Itu anakmu kak?".
" Aku.....".
Nara menatap Hwan lalu melepaskan kedua tangannya.
" Aku perlu berpikir, tolong jangan katakan apa-apa lagi".
" Nara... Nara..". Hwan memanggilnya berkali-kali tapi Nara tidak menggubrisnya.
Nara berjalan perlahan, tubuhnya terasa ringan tak bertenaga. Saat ini ia tidak bisa berpikir apapun, pikirannya kosong. Bahkan Nara tidak melihat seseorang yang berdiri didepannya.
" Maaf", ucapnya dan berlalu begitu saja. Orang yang ditabraknya itu hanya bisa melihat Nara berlalu begitu saja.
Ibu Nara yang mengejar anaknya itu langsung terkejut tatkala melihat sosok yang ada didepan rumahnya. Pria itu langsung tersenyum begitu melihatnya.
" Nev".
" Tante".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
NOiR🥀
takdir menentukan segalanya..ikut alur nya.
2022-06-20
0
Ratna0789
walachhh ulat bulunya ada dimana mana
2021-11-14
1
Jong Nyuk Tjen
seru nih Thor ceritanya
2021-10-25
1