" Dokter Nev, bisa bicara sebentar?". Nev dan Ergi saling menatap. Mereka terkejut dengan kedatangan Rindi yang tiba-tiba. Bahkan mereka tidak menyadari kapan Rindi masuk kedalam ruangan ini.
" Dokter Rindi, seperti hantu saja. Langkah kaki juga tidak terdengar", celetuk Ergi.
" Dokter Ergi bisa tinggalkan kami?". Ergi terlihat shock mendengar ucapan Rindi. Ergi hanya terdiam tanpa memberikan respon. " Dokter Ergi!".
Ergi bangkit dari tempat duduknya dengan kesal lalu meninggalkan Nev dan Rindi.
" Kamu terlalu berlebihan dokter Rindi", ujar Nev yang tidak senang dengan ucapan Rindi pada Ergi. " Kami sedang berbicara dan dokter tiba-tiba datang menyuruhnya pergi".
" Maafkan aku dokter, aku hanya ingin berbicara denganmu saja", ujarnya. " Sejak tadi aku mencarimu tapi aku tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara denganmu".
" Memangnya apa yang ingin dokter bicarakan?".
" Dokter Nev apa pernikahan kalian itu benar adanya". Pertanyaan itu membuat Nev sedikit bingung. " Kenapa pernikahan kalian terlalu mendadak. Bahkan aku tidak pernah mendengar berita apapun mengenai ini".
" Maksud dokter?".
" Ya seperti kalian menikah pura-pura".
" Bagaimana bisa dokter berkata seperti itu, tidak ada pernikahan pura-pura disini. Aku dan Nara menikah dengan keinginan kami sendiri".
" Keinginan sendiri?". Rindi mengulang perkataan Nev. " Apa dokter memang tertarik padanya?".
" Aku tertarik ataupun tidak, ini urusan kami, tidak ada hubungannya dengan dokter. Dokter tidak punya hak berbicara seperti ini".
" Ini juga urusanku dokter Nev!!".
" Dokter Rindi".
" Dokter Nev, aku menyukai dokter sejak lama. Dokter tahu itukan. Mengapa dokter bisa menikahi anak kecil itu. Aku juga bisa menjaga Deril seperti Kamira. Kenapa dokter tidak memberikan kesempatan padaku".
" Dokter Rindi redakan emosimu, ini rumah sakit dan sebaiknya kita akhiri saja pembicaraan ini".
" Dokter, tidak bisakah dokter menjawab pertanyaanku. Apa dokter memang tertarik padanya".
" Dokter Rindi keluarlah. Emosimu tidak terkendali lagi. Aku tidak ingin menjawab apapun dari pertanyaanmu itu. Jadi, tolong keluarlah".
Rindi menghela nafasnya begitu Nev menolak menjawab semua pertanyaannya.
" Oke, dokter Nev. Aku akan keluar. Tapi ini belum berakhir, kita lihat saja sampai mana pernikahan kalian akan bertahan. Permisi". Rindi pun keluar dari ruangannya dengan kesalnya.
Nev memijat dahinya. Memikirkan masalah ini sudah membuatnya pusing . Pertama dengan om nya dan sekarang Rindi. Ia bertambah pusing dengan kedua orang ini. Belum lagi masalah yang lainnya yang harus dipikirkannya juga.
Ia tahu persis bagaimana Rindi sebenarnya. Sejak dulu dia memang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan perhatian darinya. Tapi, Nev tahu Rindi bukan yang terbaik untuk anaknya, Deril. Kamira pun tahu pasti itu. Maka dengan semua kekhawatiran itu, Kamira langsung meminta Nara untuk menikah dengannya. Ia tidak ingin anaknya itu mendapatkan ibu yang tidak tulus menyayanginya.
Drrtt...drrt...
Ponsel Nev bergetar. Ia melihat panggilan video call dari Nara. Ia menjawab panggilan itu dan terlihatlah Deril yang tertawa melihat wajah Nev.
" Papa", ujarnya terbata. Nev tersenyum melihat anaknya itu. Tingkahnya yang menggemaskan itu membuatnya sedikit melupakan masalah yang terjadi hari ini.
" Kakak, baik-baik saja?", tanya Nara yang sedikit khawatir karena melihat Nev sedikit tidak bersemangat.
" Baik", jawab Nev seadanya.
" Benarkah". Nara menatapnya. Nev mengangguk memberi tanda kalau dia benar baik-baik saja. " Oh ya kami akan pergi sebentar".
" Kalian mau kemana?".
" Ke supermarket, bahan makanan sudah habis. Jadi kami mau jalan-jalan berdua. Kakak ingin makan apa nanti?".
" Apa saja".
" Apa saja, baiklah".
" Berhati-hatilah".
" Oke. Da..da papa". Nara menggoyangkan tangan Deril. Panggilan pun berakhir.
Nev memandangi poto yang ada diatas mejanya. Poto dirinya, Kamira dan Deril. Seandainya takdir tidak seperti ini, kehidupannya pasti akan normal seperti biasanya. Jalan hidup seseorang memang tidak akan pernah ada yang tahu. Kita bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan segalanya.
Dengan kehidupannya yang seperti ini pun tidak pernah terbayangkan olehnya. Kepergian Kamira, pernikahannya dengan Nara, semua sudah ditentukan oleh yang diatas.
------
Terdengar suara mobil dari depan sana. Nara bergegas turun bersama Deril begitu mendengar suara itu. Mereka berdua menyambut Nev yang pulang dari rumah sakit. Nev mencium Deril begitu melihatnya.
" Ibu dan Sarah sudah pulang", tanyanya melihat rumah begitu sepi.
" Sudah", jawab Nara. " Mereka baru saja pulang".
" Hooo".
Nara menyiapkan makan malam untuk mereka. Ia tersenyum begitu melihat Nev bermain dengan Deril. Nev begitu menyayangi anaknya itu. Ia menyempatkan bermain dengannya padahal ia baru saja pulang dan pasti sangat kelelahan.
Diatas meja sudah ada nasi, ayam goreng, sayur, telur goreng dan buah-buahan. Nara memanggil Nev untuk makan. Nev membawa Deril menuju ruang makan. Nara mengambil makanan yang akan disantap Nev, begitu juga dengan Deril.
Nara tersenyum geli melihat tingkah Deril yang menggemaskan itu. Pipinya begitu penuh dengan makanan. Ia tak henti-hentinya berhenti makan.
" Apa kamu akan kenyang kalau melihat anakmu makan". Nara mengangguk. " Dasar aneh".
" Sayang makan yang banyak", ocehnya pada Deril.
Terkadang sifat Nara dan Deril terlihat sama. Deril suka sekali makan begitu juga dengan Nara. Porsi yang mereka makan pun tidak main-main. Sifat yang satu ini sangat bertolak belakang dengan Kamira yang susah sekali makan.
Nev masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Ia terlihat sangat serius, sesekali ia terlihat melamun. Entah apa yang ada dipikirannya itu.
Nara meletakkan secangkir coklat hangat dimejanya. Nev menatapnya bingung.
" Tidak baik minum kopi terus", ujarnya. " Katanya coklat bisa membuat orang tenang".
" Kata siapa?" tanya Nev mengambil minuman itu lalu menyeruputnya.
" Kata....pokoknya begitulah", jawab Nara ngasal. " Sepertinya suasana hati kakak tidak bagus".
" Kenapa kamu menyimpulkan seperti itu?".
" Soalnya kakak lebih banyak melamun ketimbang bekerja".
" Apa kamu memperhatikanku?".
" Tidak juga hanya iseng saja".
" Maksudnya apa? iseng-iseng lihatin orang gitu".
" Iya".
" Ckk...". Nev menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Nara yang seadanya.
Sesaat suasana menjadi hening.
" Nara, aku sudah mendaftarkanmu untuk kuliah".
" Benarkah?".
" Ya, kamu akan kuliah secara reguler".
" Apa? tapi bagaimana dengan Deril kak?".
" Akan ada yang menjaganya nanti. Aku sudah meminta mama untuk menyuruh bibi Asih menjaga Deril".
" Apa tidak apa-apa seperti itu?".
" Kamu jangan senang dulu, ingat kamu tidak bisa pergi kemanapun karena ada Deril yang menunggumu".
" Iya kak, aku akan selalu ingat".
" Baguslah".
" Tapi kalau ada orang dirumah ini, bagaimana aku bisa pindah ke kamar lain".
" Jadi kamu tidak suka tidur denganku?".
" Bukan begitu kak".
" Kalau begitu kamu suka tidur denganku".
" Itu....". Nara jadi serba salah dengan semua pertanyaan Nev. Nev tersenyum geli melihat tingkah Nara yang jadi salah tingkah.
" Bibi Asih tidak akan tinggal disini. Bibi akan pulang jika kamu sudah tiba dirumah. Rumah bibi Asih tidak jauh dari sini. Jadi, dia bisa bolak balik kesini. Jadi kamu bisa tidur dikamar yang kamu inginkan".
" Iya kak".
" Katamu coklat ini bisa membuatku tenang. Tapi aku tidak merasa begitu".
" Kakak".
" Aku hanya bercanda".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Ucik Helsen
pelan - pelan pasti dr.Nev sayang dengan nara
2021-12-07
0
Fida
manisss
2021-10-20
0
niktut ugis
profesi sich keren dokter...kelakuan seperti perempuan jalang oh rindi"
2021-09-24
1