Setelah sarapan, Nev membawa Nara ke tempat yang sudah ia janjikan kemarin. Tempat itu tidak jauh tempat mereka menginap. Hanya perlu satu jam untuk sampai di tempat itu.
Suasana pedesaan menyambut mereka. Menyegarkan mata dan pikiran yang selalu penat dengan kebisingan kota besar. Terlihat sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun tidak juga terlalu kecil. Rumah yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga yang membuat rumah itu terlihat asri.
" Nev". Sapaan hangat dari seorang wanita paruh baya menyambut mereka. Ia datang menghampiri dan memeluk Nev erat. " Kenapa tidak bilang akan kesini".
" Kejutan untuk nenek", ujarnya. " Nenek baik-baik sajakan?".
" Nenek baik". Ia melirik ke arah Nara yang berdiri di belakang Nev. " Kamu Nara, nak?".
Nara terkejut, bagaimana ia tahu. Padahal Nara tidak pernah bertemu sebelumnya.
" Iya nek, saya Nara".
" Kesinilah nak". Nara menghampirinya dan memeluknya. " Akhirnya nenek bisa bertemu denganmu".
" Bagaimana nenek bisa tahu tentang Nara".
" Tentu saja nenek tahu, Nenek langsung tahu kalau kamu adalah Nara. Kamira sering cerita tentangmu, ia selalu bilang kalau ia punya adik yang sangat cantik. Nenek percaya sekarang kenapa ia mengatakannya karena kamu memang sangat cantik".
" Nenek tidak salah".
" Nev". Nenek memukulnya. " Kamu ini benar-benar ya".
Nev bernostalgia lagi kesini. Tempat dimana ia dulu pernah dibesarkan. Sudah lama ia tidak datang mengunjungi nenek yang pernah merawatnya dulu dan sudah dianggap seperti neneknya sendiri.
Tempat ini tidak berubah, saat terakhir ia kesini bersama Kamira. Kamar yang ia tempati pun tidak banyak berubah masih terlihat sama.
" Kak Nev".
" Hmm".
" Nenek itu, siapa kakak?".
" Kami pernah tinggal disini dulu dan nenek yang merawat kami. Sekarang nenek yang menempati rumah ini".
" Hooo".
" Kenapa?".
" Tidak, sekarang aku merasa memiliki banyak keluarga", ujarnya tersenyum. " Karena disana hanya ada ibu dan aku saja".
" Boleh aku bertanya sesuatu?".
" Boleh".
" Kenapa tante tidak menikah lagi? maaf kalau aku menanyakan ini".
" Tidak apa-apa, aku juga merasa seperti itu. Aku juga pernah menanyakannya, tapi ibu bilang takut kalau tidak ada yang sebaik ayah. Kalau ia memilih orang yang salah malah akan menyakiti semuanya. Terlebih aku, ibu takut terjadi sesuatu padaku jika orang itu tidak sebaik yang ibu kira dan juga takut kak Kamira akan jauh jika ibu menikah lagi. Ibu bilang senang seperti ini saja, hidup bersama dua putrinya. Sesederhana itu tapi sangat berarti buatku".
" Seorang ibu memang sangat mengesankan. Aku mengerti mengapa Kamira begitu menyayangi kalian".
Tok..tok...
Sesaat mereka terkejut mendengar suara ketukan pintu. Nara bergegas membuka pintu itu.
" Ayo kita makan, nenek sudah menyiapkan makanan".
" Iya nek", jawab Nara. " Kak Nev". Nara terkejut saat Nev sudah ada dihadapannya. Nara terpaku sesaat.
" Hei jangan melamun terus, ayo keluar".
" I..iya kak". Nara sedikit bingung kenapa reaksinya menjadi aneh seperti ini. Ia baru menyadari kalau pria yang dinikahinya itu sangat berbeda. Entah apa yang ada dipikirannya kali ini.
" Nara!!!".
" Iya kak". Nara bergegas menemui mereka yang sudah duduk di meja makan. Nara dan Nev menikmati semua yang sudah disiapkan oleh nenek mereka.
Nara tersenyum melihat Nev dan nenek berbincang sambil tertawa. Mereka sangat bahagia karena ini pertama kalinya Nev datang setelah sekian lama.
" Nara sini nak". Nara pun duduk disebelahnya. " Lihat ini Nev dan Sarah, mereka lucukan?", tanyanya memperlihatkan sebuah album poto.
" Nenek kenapa memperlihatkan poto-poto itu", protes Nev.
" Kenapa? sekarang Nara istrimu, nenek hanya ingin Nara tahu bagaimana lucunya kamu dulu".
" Tapi kak Nev sekarang tidak lucu nek".
" Kenapa?".
" Kak Nev sekarang suka marah-marah", ledeknya.
" Siapa yang suka marah-marah????", protes Nev.
" Tuh kan nek, baru dibilangin".
" Kamu!!!". Nara memandanginya seolah- olah menantangnya. " Hooo...sekarang berani karena ada nenek".
" Ya iyalah". Nara memeluk nenek sambil mengejek Nev. Nev yang ingin membalasnya malah mendapatkan pukulan dari nenek.
" Kenapa nenek memukulku?".
" Tentu saja nenek memukulmu sebelum kamu menyakiti Nara".
" Nenek sekarang bersekongkol dengannya".
" Iya".
Nara tertawa senang melihat Nev yang frustasi dimarahi nenek. Ini untuk pertama kalinya ia melihat Nev tidak bisa berbuat apa-apa. Nev sangat kesal karena ia terus dipojokkan oleh neneknya.
" Nara sudah tidur?", tanyanya karena tidak melihat Nara.
" Iya nek", jawab Nev. " Mungkin dia kelelahan".
" Nev".
" Iya nek".
" Jagalah Nara dengan baik seperti kamu menjaga Kamira".
" Kenapa nenek berbicara seperti itu?".
" Nenek tidak tahu dengan alasan apa kalian menikah, tapi apapun itu tolong jangan saling menyakiti. Nenek merasa Nara itu orang yang sangat rapuh walaupun itu tidak terlihat dari luarnya. Ia akan merasa baik-baik saja walaupun tidak seperti itu pada kenyataannya. Nenek tahu kamu pasti belum bisa sepenuhnya melupakan Kamira, tapi belajarlah menerima Nara sekarang".
" Nek, sekarang ini Nev sudah menerima Nara walaupun hanya sebatas sosok istri. Tapi untuk betul-betul menerimanya sepenuh hati untuk saat ini Nev belum bisa".
" Itulah yang nenek khawatirkan saat melihat kalian".
" Maksud nenek?".
" Nenek takut jika perasaan kalian berubah nanti akan terhalang suatu perasaan bersalah".
" Maksud nenek bersalah dengan Kamira".
" Ya". Nev terdiam. " Nev, Kamira sudah sepenuh hati merelakanmu pada orang lain sebelum ia tiada. Itu karena ia ingin kamu bahagia kelak jika ia tidak bisa bersamamu. Jadi jangan mengecewakan pengorbanannya. Nenek merasa apa yang dirasakan Kamira pada Nara. Ia bisa membuatmu seperti ini lagi. Merasakan kehidupan lagi sedikit demi sedikit. Kamu mengerti maksud nenekkan?".
Nev mengangguk. " Nev mengerti, tapi untuk saat ini biarlah seperti ini nek, berjalan apa adanya".
" Iya, nenek hanya memberikan sedikit nasihat padamu. Pada akhirnya yang menjalani tetaplah kalian. Nenek hanya ingin melihat kalian bahagia".
" Terima kasih nek".
Menjelang malam Nev dan Nara berpamitan. Nenek memeluknya erat dan memberikan sesuatu padanya. Nenek berpesan agar membukanya nanti. Kunjungan yang singkat tapi sangat berarti buatnya.
" Apa itu", tanya Nev sesaat mereka sampai ditempat mereka menginap. Nara mengangkat bahunya memberi tanda ia tidak tahu apa yang diberikan nenek padanya. " Bukalah". Nara mengangguk lalu satu persatu membuka bungkus pemberian nenek.
Ia terkejut melihat sebuah kalung didalamnya. Nara menatap Nev tidak percaya apa yang didapatnya ini.
" Nenek tidak salah kak?". Nev menggelengkan kepalanya. " Ini terlalu berlebihan".
" Nenek sudah mempersiapkan itu jauh hari saat mendengat kita menikah. Itu hadiah untukmu".
" Benarkah". Bola mata Nara berair. " Aku tidak tahu harus membalas seperti apa. Aku dikelilingi orang-orang yang sangat baik".
" Kamu tahu semua orang sangat menyayangimu".
" Terima kasih kak sudah membawaku ke keluarga ini".
" Kalung itu..., biar aku pakaikan untukmu". Nara tersenyum lalu memberikan kalung itu padanya. Nara menyingkap rambutnya agar memudahkan Nev memakaikan kalung itu dilehernya.
" Bagaimana bagus?", tanya Nara.
" Bagus", jawabnya.
" Kak".
" Hmmm".
Lama Nara menatapnya. Nev menunggu apa yang akan dikatakannya.
" Terima kasih".
" Apa? terima kasih? hanya itu?. Aku menunggumu berpikir lama ternyata hanya itu".
Nara tertawa.
" Lain kali akan aku beritahukan pada kakak".
" Kapan?".
" Ya tunggu saja, kan sudah dibilang lain kali. Jadi tunggu saja".
" Terserahlah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Hening Hening
Tetaplah seperti itu dulu
2021-08-23
1
Emalianaputri Munthe
thor jangan buat nara jatuh cinta deluan
2021-08-20
6
Rahmawaty❣️
jgn jatuh cinta dlu nara..
biar nev sja yg jatuh cinta dluan
2021-03-25
6