Hari itu pun tiba. Hari dimana Nev dan Nara akan pergi ke Bali untuk berbulan madu. Drama kepergian yang penuh dengan kurasan perasaan dan air mata. Bagaimana tidak, Deril terus menangis meminta ikut dengan mereka.
Sebenarnya mereka sudah berhati-hati saat akan berangkat agar tidak ketahuan oleh Deril. Tapi, semuanya sia-sia , Deril malah histeris karena akan ditinggal. Ini seperti saat Nara terakhir pulang ke Korea dimana Deril terus menangis.
Nyonya Flo dan Sarah menyuruh mereka untuk tidak mengkhawatirkan Deril. Jadilah dengan berat hati mereka pergi tanpa menoleh sedikitpun kearah Deril, takut tidak tega malah tidak jadi pergi.
" Jangan khawatir, ada mama dan sarah", ujarnya menenangkan Nara. Nara mengangguk seraya menghapus air matanya.
Sesampainya disana mereka pun disambut dengan hangat. Nara sangat takjub melihat tempat ini. Tak pernah terbayangkan olehnya akan menginjak kakinya di tempat yang semewah ini. Entah berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan oleh orangtua Nev demi mereka.
" Apa kita tidak salah kamar???", celetuk Nara melihat kamar yang mereka tempati. Kamar yang memang dipesan khusus oleh orangtua Nev. Kamar yang dipenuhi dengan bunga mawar dan hal-hal romantis lainnya. Hal yang sangat diinginkan setiap pasangan yang baru menikah.
Bukan ia tidak suka, tapi ini tidak cocok untuk mereka, terlalu romantis. Sedangkan mereka berdua bukan pasangan yang seperti itu.
" Apa kakak tidak bisa memesan kamar yang lain".
" Kamu pikir semudah itu, kalau mereka sampai tahu kita tidak disini. Apa yang akan kamu lakukan, ha!".
" Bagaimana bisa mereka tahu? apa mama dan papa akan mengecek kedatangan kita disini?".
" Itu kamu tahu", ujar Nev. " Kamu pikir ini pertama kalinya aku kesini". Nara langsung mengerti dengan ucapannya. " Sudahlah nikmati saja".
" Nikmati saja??? bagaimana bisa dengan mudahnya dia berkata seperti itu dan juga kenapa dia terlihat biasa saja, sedangkan aku, sampai pusing memikirkannya", gumamnya.
" Apa yang sedang kamu pikirkan", tanya Nev melihat Nara yang melamun.
" Tidak ada", ujarnya. " Apa ini", tanya Nara ketika melihat dua buah kotak diatas tempat tidur. Dia membolak balik kotak itu.
" Jangan dibuka", perintahnya.
" Kenapa?".
" Pokoknya jangan dibuka".
" Tapi ini tertulis untuk Nara dan yang satunya untuk kak Nev".
" Jangan keras kepala!".
Nara tidak menghiraukan larangan Nev karena ia merasa penasaran kenapa Nev terus melarangnya membuka kotak itu. Nara nekat membuka kotak itu dan terkejut melihat isi didalamnya.
" Apa ini???". Nara langsung histeris. " Kenapa mama memberikan hadiah seperti ini". Nara terkejut melihat lingerie seksi sebagai hadiah dari orangtua Nev. Kenapa mereka memberikan hadiah semacam itu. Tidak pernah terpikirkan akan melakukan hal-hal seperti itu. Tidur saja tidak seranjang, apalagi melakukan hal itu.
" Sudah dilarang malah dibuka", celetuk Nev.
" Kak, apa aku harus memakai ini". Nara memainkan pakaian itu di hadapan Nev.
" Apa???".
Nara tertawa.
" Mana mungkin aku memakainya. Melihatnya saja aku merinding, lagipula aku bisa rugi".
" Rugi? maksudnya? kamu pikir aku mau melihatmu memakai pakaian itu".
" Aku tidak bilang apa-apa, kenapa kakak marah".
" Kamu???". Nev menghela nafasnya. " Dasar anak kecil kurang kerjaan".
" Anak kecil???". Nara mulai meradang. " Aku bukan anak kecil, kakak yang terlalu tua. Apa kakak tidak menyadarinya sama sekali".
" Apa??? kamu berani sekali. Jadi sekarang kamu mengajakku bertengkar".
" Iya, sekarang tidak ada Deril, jadi aku bisa memarahi kakak sesuka hatiku".
" Wah...., baiklah lakukan apa yang kamu inginkan. Aku tidak ingin berurusan dengan anak kecil sepertimu".
" Baiklah sampai jumpa", ujar Nara sesaat Nev pergi meninggalkannya sendiri dikamar. " Aku tidak tahu kalau dia bisa semarah itu. Tapi biarlah, aku sekarang bisa bebas. Tidak seperti dirumah yang tidak bisa sebebas ini".
Sesaat Nara teringat dengan ucapan Nev tadi, kalau ini bukan pertama kalinya. Ia berpikir apa tempat ini juga tempat dimana mereka berbulan madu dulu karena saat mereka tiba tadi semua orang menyambut kami dengan hangat. Terlebih Nev terlihat akrab dengan para pekerja disini.
" Saat itu mereka pasti sangat bahagia".
Nara melihat jam tangannya. Nev belum juga kembali, entah kemana ia pergi. Mungkin saja ia sedang bernostalgia mengenang saat ia ke tempat ini bersama Kamira. Itulah yang terlintas dipikirannya.
Ia pun merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan perlahan memejamkan matanya. Nara tertidur dengan pulasnya sampai ia tidak menyadari kedatangan Nev.
" Anak ini", gumamnya.
Nev mengambil ponselnya dan memutar video. Ia tersenyum melihatnya. Sesaat ia terkenang dengan istrinya itu.
" Kakak pasti merindukan kak Kamira", ujar Nara yang membuat Nev kaget. " Kak Kamira memang orang yang sangat baik, semua orang sangat menyukainya".
" Kamu pasti sangat menyayanginya".
" Sangat. Pertama kali aku bertemu dengannya, aku sangat canggung karena aku takut tidak bisa berkomunikasi dengannya. Waktu itu aku hanya mengerti bahasa Korea dan sama sekali tidak tahu harus berkomunikasi seperti apa. Aku ingat sekali dia mendatangiku dan memelukku, pelukan yang sangat hangat. Aku sangat senang punya saudari yang bisa menerimaku. Dia mengajariku banyak hal, walaupun itu tidak berlangsung lama. Ayah pergi meninggalkan kami dan setelah ayah meninggal, kami tidak bisa berkumpul lagi. Aku dan ibu harus pulang ke Korea karena suatu hal dan kak Kamira harus tetap disini karena nenek dan kakek. Kami sangat sedih, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun begitu kami tidak memutus komunikasi karena memang kami sangat menyayangi satu sama lain. Tapi, satu hal yang sampai sekarang aku sesali, tidak bisa bersamanya sampai saat terakhir. Entah mengapa rasa itu masih mengganjal dihati ini".
" Kamira tidak menyalahkanmu, dia sangat mengerti kondisimu saat itu. Jadi jangan merasa bersalah lagi. Dia tidak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri". Nara mengangguk. " Tidak heran kalau Kamira sangat menyayangimu, sampai saat terakhirnya pun dia masih memikirkanmu".
" Tidak heran kalau kak Nev juga menyayangi kak Kamira karena demi kakak, kak Nev menyetujui semua permintaannya".
Nev tersenyum.
" Aku minta maaf karena memaksamu dengan pernikahan ini".
" Kakak benaran minta maaf??? wah....ada apa, ha!".
" Kamu ini, suasana hatiku sedang baik, jangan merusaknya. Jangan sampai aku menarik kata-kata maafku tadi".
Nara tertawa.
" Bukankah kita sama? hubungan ini bukankah sama-sama menguntungkan untuk kita. Pada akhirnya seperti itukan, aku menikah dengan kakak lebih seperti aku sedang melarikan diri ketimbang menerima permintaan kak Kamira. Kita ini seperti aku membutuhkan kakak, kakak membutuhkan aku, iya kan?".
" Apapun itu, kita sudah sampai sejauh ini dan ini juga demi Deril dan Kamira".
" Iya kakak benar".
" Karena sudah sampai disini, besok aku akan membawamu ke suatu tempat".
" Kemana?".
" Lihat saja besok".
" Baiklah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Elpi Darlius
ternyata Nara nggak kayak yang lain...
2021-10-13
1
Nurdihana
sosweet
2021-09-20
1
Hening Hening
Sebuah perkawinan yang unik...
2021-08-23
1