" Belum tidur", tanya Nev ketika melihat Nara bangkit dari tempat tidurnya.
" Aku tidak bisa tidur", jawabnya. " Kakak sedang apa?".
" Aku harus menyelesaikan ini. Besok aku tidak bisa menemanimu jalan-jalan".
" Memangnya kakak mau kemana?".
" Aku harus bertemu seseorang".
" Pekerjaan??".
" Ya".
" Tidak masalah, aku bisa pergi sendiri kok".
" Maaf bulan madu ini tidak sesuai dengan ekspektasi mu".
" Apa?? ekspektasi ku??. Kakak pikir aku memikirkan apa, ha!".
Nev tertawa.
" Siapa yang tahu kamu sedang memikirkan apa".
" Sekarang siapa yang selalu mengajak bertengkar?".
Nev hanya tersenyum melihat tingkah Nara yang lucu.
" Kamu suka dengan hadiah mu?". Nara mengangguk. " Kalau begitu aku tidak perlu memberikanmu apa-apa lagi".
" Apa??". Nara turun dari tempat tidurnya dan duduk di lantai dekat dengan Nev yang tengah duduk dengan laptop diatas meja. " Kakak sebenarnya ingin memberikanku sesuatu?".
" Hmm". Nev berdehem
" Kak".
Nev melemparkan jaket yang diletakkannya dibelakang kursi kearah Nara.
" Pergilah tidur, jangan menggangguku lagi".
" Cihh". Nara bangkit dengan kesalnya. " Sedetik nanti baik sedetik nanti lagi jahat".
" Aku mendengarnya".
" I hate you. Apa kakak juga mendengarnya".
Nev berhenti sejenak saat ia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Nara. Ia tahu sekarang ini Nara kesal karena tadi ia melemparkan jaket padanya lalu berbicara agak kasar padanya. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Walaupun mereka tidak punya perasaan satu sama lain tapi Nev tetaplah seorang pria dewasa. Melihat Nara seperti tadi dan terlebih pakaiannya yang dipakainya sedikit memperlihatkan bagian tubuhnya telah mengusik ketenangannya. Ia hanya tidak ingin terjadi hal-hal diluar kendalinya, ia berusaha untuk mengendalikan hasratnya itu.
------
Keesokan paginya Nara mendapati dirinya hanya seorang diri didalam kamar. Diatas meja terletak sebuah pesan untuknya dari Nev.
Maaf aku harus pergi
Aku meninggalkan kartu ATM kalau kamu ingin keluar dan berbelanja. Paswordnya tanggal ulang tahun Deril.
Nara menghela napas saat melihat kartu itu diatas meja.
" Ya....ini memang bukan bulan madu sesuai ekspektasi ku".
Nara mengambil handuknya dan bergegas mandi. Setelah berpakaian dan sarapan, Nara memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan. Untuk pertama kalinya ia pergi sendiri tanpa Nev dan juga pertama kalinya ia berada ditempat ini. Hanya mengandalkan kecanggihan abad ini, Nara bisa ke tempat-tempat terkenal di kota ini.
Ia membeli beberapa suvenir lucu untuk keluarganya dirumah.
" Semuanya 500 ribu", ujarnya. Nara mengambil dompet didalam tasnya. Terlihat kartu ATM yang diberikan Nev padanya sebelum ia pergi. Nara mengembalikan kartu itu lalu membayarnya dengan uangnya sendiri.
" Terima kasih".
Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa saat ia tiba di sebuah kafe. Ia memesan beberapa makanan dan minuman. Me time kali ini benar-benar dirasakannya hari ini. Sejenak ia berpikir apa yang dilakukan Nev disana. Nev bahkan tidak memberi tahu kemana ia pergi dan sampai kapan.
" Sendiri". Tiba-tiba seorang pria menyapanya. Pria itu sangat tampan dengan senyumannya yang sangat menawan. Ia duduk tepat dihadapan Nara saat ini. " Maaf kalau aku tiba-tiba mendatangimu karena sejak tadi aku memperhatikan kamu ".
" Memperhatikanku?".
" Ya dan kelihatannya kamu sedikit bosan".
" Ya, seperti itulah".
" Oh ya namaku Rino".
" Nara".
" Nara?? kamu tidak seperti bukan orang sini".
" Kim Nara".
" Korea???". Nara mengangguk. " Ayahku orang korea, Choi Rino, itu namaku".
" Benarkah. Senangnya bisa bertemu dengan orang korea juga. Kamu bisa berbahasa korea?".
" Tentu". Ia menjawab dengan bahasa korea.
" Kamu tinggal disini?".
" Iya, kebetulan ibuku orang sini juga. Kalau kamu tinggal disini atau....".
" Hanya liburan".
" Benarkah". Nara mengangguk. Mereka mengobrol dengan asiknya, Nara begitu senang bisa bertemu dengan orang yang bisa berbicara bahasa yang sama dengannya.
" Apa mengobrol nya sudah selesai". Suara yang sangat familiar itu. Nara menoleh. " Kak Nev". Nara spontan berdiri. " Sedang apa kakak disini?".
" Menurutmu".
" Bukankah kakak sedang bekerja".
" Ya dan pekerjaanku sudah selesai. Apa kamu tidak melihat ponselmu".
" Ponsel". Nara mengambil ponselnya dan sudah ada 30 panggilan tidak terjawab. Nara meminta maaf padanya karena ponselnya dalam mode silent. " Aku benar-benar tidak tahu kak".
" Ya, sekarang kamu tahu bagaimana menikmati hidupmu".
" Apa maksud kakak?".
" Lihatlah, sudah ada yang menemanimu disini".
" Dia hanya kebetulan datang kak, lagipula kami sama-sama berasal dari Korea. Jadi aku seperti bertemu dengan saudara sendiri".
" Lalu?".
" Kami hanya mengobrol".
" Apa sepantasnya seperti itu!!".
Nara mulai meradang. " Bukankah kakak yang meninggalkanku sendiri dan pergi bekerja. Bukankah kakak juga menyuruhku pergi. Lalu kenapa kakak sekarang marah!!".
" Sekarang kamu berbicara padaku dengan nada tinggi".
" Hei, jangan seperti itu". Pria itu menatap Nev. Nev menarik kerah baju pria itu. " Apa yang kamu lakukan".
" Menurutmu".
" Kakak!!! apapun yang kulakukan itu bukan urusanmu!!!".
Nev melihat kearah Nara.
" Lakukan apapun yang kamu inginkan". Nev pergi meninggalkannya. Nara terduduk lemas. Ia bingung kenapa Nev seperti itu.
" Kamu tidak apa-apa?". Nara mengangguk. " Siapa dia? kenapa dia seperti itu padamu".
" Dia suamiku".
" Apa? suami". Nara mengangguk. " Pantas saja, mungkin dia cemburu".
" Tidak mungkin".
" Kenapa tidak mungkin, kamu istrinya".
" Ya, aku istrinya hanya istri". Rino terlihat bingung dengan ucapan Nara. " Maaf semua kejadian tidak mengenakkan ini. Aku benar- benar minta maaf".
" Tidak, tidak apa-apa".
" Aku permisi, aku harus pulang, terima kasih atas semuanya".
" Berhati-hatilah". Nara mengangguk dan tersenyum padanya.
Nara berjalan pelan, ia tidak mengerti kenapa Nev bertindak berlebihan seperti itu. Apakah yang dikatakan Rino tadi benar adanya, Nev cemburu. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin terjadi dalam kehidupannya dan tidak pernah akan terjadi.
" Permisi". Seorang pria datang menghampirinya.
" Ya".
" Kamu Nara", ujarnya menebak. Nara sedikit terkejut.
" Bagaimana kamu bisa tahu".
" Jadi benar ya", ujarnya. " Namaku Evan, teman Nev. Tadi kami bertemu dan aku terkejut begitu tahu dia sudah menikah lagi. Dia memperlihatkan poto kalian saat menikah, jadi ketika aku melihatmu tadi, aku langsung mengenalimu".
" Apa kamu seorang dokter?".
" Iya, aku juga seorang dokter. Aku meminta Nev bertemu dan mendiskusikan sesuatu begitu aku tahu ia ada disini".
" Begitu".
" Oh ya, apa tadi kamu bertemu dengan Nev?".
" Iya".
" Syukurlah".
" Syukurlah??? memang apa yang terjadi?".
" Begitu kami selesai tadi, dia bilang ingin mengajakmu pergi. Tapi, kamu tidak mengangkat teleponnya berkali-kali. Ia sampai khawatir padamu. Ia mencarimu ketempat kalian menginap, tapi kamu tidak ada. Kami mencarimu kemana-kemana, tapi tidak bisa menemukanmu. Aku meninggalkan Nev karena harus kembali bekerja. Aku tidak tahu apa Nev berhasil menemukanmu atau tidak".
" Jadi.....". Nara teringat apa yang terjadi di kafe tadi. Akhirnya Nara mengerti mengapa Nev begitu marah padanya.
" Nara kamu kenapa?". Evan langsung panik begitu melihat Nara menangis. " Apa aku salah bicara". Nara menggelengkan kepalanya.
" Dokter terima kasih", ujarnya meninggalkan Evan yang masih bingung dengan situasi ini.
Nara bergegas pulang ke tempat mereka menginap. Dibukanya pintu itu pelan. Terlihat Nev yang berbaring di tempat tidur. Nara mendatanginya dan berlutut disampingnya.
" Kak, maafkan aku. Aku sudah salah paham padamu. Aku tidak tahu kalau aku sudah membuatmu begitu khawatir padaku. Aku hanya berpikir tentang diriku sendiri. Kakak pasti sangat kesal melihatku sekarang karena sudah berbicara kasar padamu didepan banyak orang. Aku benar-benar bodoh". Nara menghapus air matanya yang terus menetes.
" Kamu baru tahu kalau kamu itu bodoh", celetuk Nev lalu bangkit dan duduk menatap Nara yang terisak. " Ya benar aku sangat marah padamu. Aku sangat khawatir karena kamu tidak mengangkat ponselmu itu. Pikiranku langsung negatif, kamu dimana, apa yang kamu lakukan, apa kamu baik-baik saja. Aku terus menyalahkan diriku sendiri karena telah meninggalkanmu sendiri. Tapi, begitu melihatmu tertawa bahkan dengan seorang pria. Aku bertambah marah padamu. Bagaimana seorang wanita yang sudah bersuami bertindak seperti itu, terlebih kamu berbicara padaku dengan nada yang tinggi. Kamu pikir itu baik?". Nara menggelengkan kepalanya. " Nara lihat aku". Nara menaikkan kepalanya. Nev menghapus air matanya. " Aku juga minta maaf padamu karena bertindak kasar".
" Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku minta maaf".
" Ya..ya ...sudahlah. Lupakan semua yang terjadi, jadi jangan dibahas lagi". Nara mengangguk. Nev mengambil tangan Nara dan memasukkan sesuatu ke jarinya. " Ini hadiah dariku".
" Kak".
" Waktu kita menikah aku tidak memberimu apa-apa selain cincin pernikahan. Ini hadiahku untukmu. Cincin itu terukir namamu, namaku dan juga Deril".
Nara semakin terisak melihat hadiah yang diberikannya. Ia begitu terharu dengan sikap Nev padanya.
" Hei, sudahlah jangan menangis lagi. Aku terlihat seperti orang jahat saja ".
Nara cepat-cepat menghapus airmatanya lalu tersenyum padanya.
" Terima kasih kak". Nev mengangguk dan tersenyum padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Dzifakhofi Fatimah
thur.. mohon maaf lahir batin nich ya sebelumnya,
tolong di perjelas tanda bacanya ya,
saya susah banget meraba raba nya 😍😍😍 salam sehat selalu thur
2022-01-12
1
Norzie Alli
Awalan yg sangat baik...
2021-12-13
0
Fitri Anwar ALfhyank
aaaa so sweet klw nev kyk gini lma2 nara jatuh cnta..
2021-11-01
0