Hwan perlahan bisa menerima keadaan ini. Walaupun dengan terpaksa ia harus menikahi Yoora. Impiannya menikah dengan Nara sirna sudah. Wanita yang dicintainya itu harus menerima segala kesalahan yang telah ia buat. Kebahagiaan itu harus hilang dari hidupnya.
" Kak Hwan". Nara tersenyum saat melihat Hwan di ruangannya. Hwan menatapnya dalam. Terlihat jelas kesedihan di matanya.
" Ini benarkan Nara?". Nara mengangguk, bola matanya mulai berkaca. " Jangan menangis". Nara menggelengkan kepalanya.
" Kakak harus bahagia".
" Kamu juga".
" Sudah waktunya acara dimulai". Seseorang datang memberitahu agar Hwan segera keluar.
" Pergilah kak".
" Maaf".
Ini adalah hari yang sangat menyedihkan buatnya. Menyaksikan orang yang disayanginya menikah dengan orang lain. Mungkin ini memang takdir yang sudah digariskan untuknya.
" Jangan menangis". Tiba-tiba Nev menutup mata Nara. Nara hanya terdiam. " Pergi atau tetap disini?".
" Aku ingin melihatnya".
" Baiklah, kalau begitu ayo masuk".
" Kak Nev".
" Hmmm".
" Apa tujuan kakak datang kesini?".
" Bekerja".
" Cuma itu?".
" Apa kamu tidak mengingatnya?".
" Apa?".
" Aku akan membawamu dan aku sudah memintamu pada ibumu. Apa kamu pikir aku bercanda?".
" Tapi bukankah kita sudah sepakat untuk tidak melakukan itu?".
" Aku berubah pikiran".
" Kenapa?".
" Karena Deril".
" Bagaimana kalau aku tidak mau?".
" Aku akan memaksamu".
" Kakak seorang dokter atau seorang debt collector?".
" Terserah kamu bilang apa. Lagipula kita tidak mungkin menikah karena cinta". Nev menatap Nara. " Tidak akan ada pengganti Kamira, kamu tahukan?".
Nara menghela nafasnya.
" Ya, tidak akan ada pengganti kak Kamira. Kalau begitu jangan menikah denganku".
" Jangan bermain teka teki denganku, pembicaraan ini tidak akan ada habisnya".
" Aku akan menyetujui dengan satu kondisi".
" Katakan".
" Aku tidak mau meninggalkan kuliahku".
" Tidak masalah, tapi mungkin kamu tidak akan seperti mahasiswa lain".
" Baiklah, aku hanya ingin menyelesaikan kuliahku".
" Apa ada lagi?".
" Untuk sekarang hanya itu yang terpikirkan olehku. Paling tidak aku bisa memintanya lagikan?".
" Baiklah, kalau begitu kita sepakat".
" Ya".
" Aku akan menjemputmu besok".
" Apa??? besok???".
" Iya, besok".
" Kenapa secepat itu".
" Karena pekerjaanku sudah selesai disini. Pekerjaanku sebagai dokter dan pekerjaanku untuk menjemputmu. Memangnya kamu pikir untuk apa aku membantumu menyelesaikan masalahmu disini".
" Haa???? jadi kakak hanya memikirkan kepentingan kakak".
" Lalu apa lagi".
" Aku menarik semua kata-kataku tadi. Aku tidak mau pergi denganmu!!!!".
Semua orang melihat Nara karena tiba-tiba suaranya meninggi.
" Lihat mereka semua melihatmu. Pasti dipikiran mereka, kamu belum bisa menerima pernikahan ini".
Astaga ingin sekali rasanya Nara memukulnya. Tidak pernah terpikirkan olehnya kalau kakak iparnya ini punya maksud lain dari kebaikannya itu. Sekarang ia malah terjebak dengan permainannya.
------
" Eomma*". Nara tidur dipangkuan ibunya. Ibunya tersenyum kecil melihat anak perempuannya ini.
" Nara, Nev....".
" Apa kak Nev meminta restu pada ibu?", potongnya.
" Iya. Nev bilang dia ingin kamu menjadi ibu Deril".
" Lalu apa yang ibu katakan?".
" Semua keputusan ada di tanganmu, apa yang terbaik menurutmu, itu juga bagian dari restu ibu".
" Kalau Nara menerimanya, apa Nara sangat jahat pada kak Hwan, ibu?".
" Nara.... semua sudah terjadi. Hwan sekarang sudah punya kehidupan yang lain. Kamu juga harus mempunyai kehidupanmu sendiri".
" Aku akan merindukan ibu". Nara memeluk ibunya.
" Kalau kamu sudah memutuskan berarti kamu sudah mengerti apapun yang terjadi nanti". Nara mengangguk. " Ibu memang tidak terlalu mengenal Nev, tapi ibu rasa kalau Kamira memilihnya berarti Nev orang yang baik".
" Iya, kak Nev memang sangat baik hingga aku ingin memukulnya".
" Apa yang terjadi, kenapa kamu ingin memukulnya?".
" Tidak ada, hanya kesal saja".
" Kamu menyayangi Deril kan?". Nara mengangguk. " Sayangi dia seperti menyayangi anakmu sendiri".
" Tentu ibu. Lain kali aku akan membawanya kesini dan bertemu dengan ibu. Dia sangat menggemaskan".
" Ibu ingin sekali bertemu dengannya, menggendongnya, memeluknya. Sama seperti Kamira, ibu merindukannya".
" Ibu". Nara menghapus air matanya.
" Jika saja waktu itu ibu berkeras membawanya, ibu tidak akan merasa bersalah seperti ini. Dia kehilangan kasih sayang orangtua". Nara memeluk ibunya.
Nara mengerti bagaimana rasa bersalah bertahun-tahun yang di pikul ibunya. Selama perpisahan itu mereka belum pernah bertemu sekalipun. Hanya lewat media elektronik saja mereka saling melepas rindu. Bukan karena tidak ingin bertemu, tapi memang terbentur dengan keadaan.
Saat Kamira tiada adalah hal yang sangat berat buat ibunya. Di saat itu ia tidak bisa bersama dengannya. Ia amat sangat bersalah tidak bisa meringankan segala sakit yang ia terima. Anak kesayangannya itu harus pergi tanpa kehadirannya.
" Ibu, jangan bersedih lagi kalau kak Kamira melihat ibu seperti ini, dia pasti akan sedih disana".
" Maafkan ibu Nara".
" Kenapa ibu minta maaf, jangan seperti itu ibu". Nara memeluk ibunya erat. " Ibu, Nara akan pergi besok".
" Iya ibu tahu, Nev sudah memberi tahu ibu. Baik-baiklah disana nanti ".
" Iya ibu".
" Sekarang tidurlah".
" Aku menyayangimu bu".
" Ibu juga sangat menyayangimu".
----
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Nev sudah menjemput Nara di rumahnya. Setelah berpamitan mereka segera ke bandara. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesawat mereka pun segera berangkat.
Perjalanan panjang itu pun akhirnya berakhir. Mereka pulang dengan menaiki taksi. Sesampainya di rumah, mereka disambut dengan gembira. Mereka sangat senang melihat Nara datang kembali.
" Apa kamu di paksa kak Nev untuk balik ke sini?", tanya Sarah berbisik pada Nara.
" Tidak juga kak", jawabnya.
" Tapi, aku senang kamu kembali".
" Nara juga senang".
Semua orang berkumpul karena Nev ingin memberitahukan sesuatu hal yang penting. Semua orang menunggu apa yang akan di sampaikan olehnya.
" Ada apa Nev? kenapa kami harus berkumpul di sini. Seharusnya kamu istirahat", ujar nyonya Flo.
" Ini sesuatu yang tidak bisa di tunda ".
" Maksudnya?".
" Nev dan Nara akan menikah".
Semua orang terkejut mendengar pengumuman yang di ucapkannya. Mereka hanya melihat satu sama lain, memastikan apa yang mereka dengar ini benar atau tidak.
" Kalian serius?".
" Kami serius ma".
" Syukurlah". Mereka bersorak gembira mendengar berita ini. Nara tersenyum kecil dengan reaksi keluarga ini. Kalau tidak karena si kecil Deril, mungkin dia tidak akan pernah menerima pernikahan ini.
" Kapan kalian akan menikah kak?".
" Tiga hari dari sekarang".
" Apa???? secepat itu. Bagaimana persiapan pernikahan kakak".
" Pernikahan ini hanya pernikahan sederhana".
" Tapi kak.....".
" Kak Sarah, Nara yang memintanya", ujar Nara tiba-tiba. " Pernikahan ini tidak perlu terlalu mewah, sederhana saja, bukankah itu lebih baik".
Sarah terdiam sejenak. Ia pun mencoba mengerti dengan situasi pernikahan ini.
" Baiklah kalau memang itu pilihanmu juga Nara".
Ya pernikahan sederhana karena pernikahan ini hanyalah sebuah kesepakatan. Nara tidak pernah membayangkan akan seperti ini jadinya. Jadi sebisa mungkin ia tidak ingin orang melihatnya dengan tatapan yang aneh karena menikah dengan kakak iparnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Veleria Sutartini
sebenarnya kasihan Nara,, Perkawinan / pertama mungkn hya 1x tp jauh dr impian d ecn"nya dl krn takdir d kehendak
2021-12-03
0
⏤͟͟͞R ve
Akhirnya Nev membawa Nara untuk dijadikan ibu buat putranya 😍
2021-10-24
0
TiraMishu™
jadi inget sama kak sepupu aku yg nikah sma suami adeknya,krna adeknya meninggal dan anak ny dkt bngt sm kakaknya itu akhirnya kluarga menikahkan mreka tp kluarga yg cwo ga stuju tp akhinya mreka nikah juga kokk krna kluarga cwo udh setuju jga
2021-09-15
5