Beberapa hari setelah kejadian itu, Nara tidak pernah keluar dari kamarnya. Nara masih terguncang dengan kejadian waktu itu. Hal yang tak pernah di bayangkan sebelumnya akan terjadi dalam kehidupannya.
Ibunya begitu khawatir dengan keadaannya. Berkali-kali ia mengetuk pintu kamarnya tapi Nara enggan menjawabnya. Makanan yang ia letakkan tak pernah habis di makannya.
Ting...tong...suara bel berbunyi. Ibu Nara melihat siapa yang ada di depan rumahnya lalu membuka pintu begitu tahu siapa orang itu.
" Nev, masuklah".
" Terima kasih tante".
" Tante minta maaf waktu kamu datang pertama kali kesini tidak menjamu dengan baik".
" Tidak apa-apa tante. Saat itu memang bukan waktu yang tepat".
" Iya, saat itu memang ada sedikit masalah ".
" Apa semuanya sudah membaik?".
" Belum".
" Lalu Nara.....".
" Nara ada dikamarnya. Perlu tante panggilkan".
" Tidak tante, tidak apa-apa".
" Nev, kenapa kamu ada disini?".
" Ada pekerjaan tante", ujar Nev. " Sebenarnya ada yang ingin saya katakan".
" Tentang apa?".
Nev menyerahkan sebuah kotak. " Ini dari Kamira".
" Kamira". Ibu Nara menatapnya sesaat ia menerima kotak itu. Nev mengisyaratkan agar membuka kotak itu. " Nev, apa Kamira yang memilih ini".
" Iya tante. Waktu itu Kamira ingin sekali memberikan jam ini pada tante".
" Kamira masih mengingatnya. Anak itu". Air matanya mulai jatuh mengingat sosok Kamira. Putri yang tidak bisa ia rawat sejak ditinggalkan ayahnya. Putri yang sangat di sayanginya seperti anak kandungnya.
" Sebenarnya saat Deril ulang tahun, kami ingin kesini menjenguk tante. Tapi, semua berkata lain, kami minta maaf tidak sempat kesini".
" Tidak, jangan berkata seperti itu. Tante baik-baik saja".
Sejenak suasana terasa hening. Nev mengerti bagaimana sedihnya ibu mertuanya ini.
" Tante, mungkin ini terlalu mendadak. Tapi selain karena pekerjaan ada hal lain kenapa saya datang kesini".
" Apa itu Nev?".
" Saya ingin meminta Nara pada tante". Ibu Nara terlihat kaget mendengar ucapan Nev. " Saya ingin Nara menjadi ibu Deril".
" Nev, apa ini karena permintaan Kamira?".
" Dari awal saya dan Nara tidak menyetujui ini. Tapi, melihat Deril, pandangan saya berubah. Memang ini terlihat egois dan memaksa. Tapi, hanya ini yang bisa saya lakukan untuknya. Tidak ada yang bisa mengerti Deril seperti Nara. Jadi, tante bisakah saya membawa Nara pergi?".
" Nev, hanya Nara yang bisa memutuskan semua ini. Tapi, saat ini Nara masih terguncang karena kejadian itu. Tante tidak tahu apa yang akan terjadi nanti".
" Tapi, pertama saya ingin restu dari tante".
" Nev, yang menjadi pilihan Nara adalah restu tante. Bicaralah baik-baik padanya".
" Baiklah tante".
" Kemarilah". Ibu Nara mengajaknya menemui Nara. " Bicaralah padanya, sejak tadi Nara tidak mau keluar dari kamar. Mungkin kalau kamu yang bicara dia bisa mengerti". Nev pun mengangguk.
Nev mengetuk pintu kamar Nara.
" Nara", panggilnya. " Ini aku, Nev". Tidak ada jawaban dari dalam sana. " Sampai kapan kamu berdiam diri di dalam sana. Sebesar apapun masalahmu seharusnya kamu tidak menghindar seperti ini. Bukankah ini sudah terlalu lama untuk berpikir. Apa kamu orang yang sangat pengecut seperti ini?. Ah.... mungkin aku memang tidak salah menilaimu, memang kamu orang yang seperti ini". Tiba-tiba Nara membuka pintu dan membuat Nev terkejut.
" Sudah selesai bicaranya?". Suara Nara sedikit meninggi.
" Sudah, setidaknya setelah kamu keluar dari kamar itu".
" Mau apa kakak kesini".
" Menjemputmu".
" Apa????".
" Bukankah aku pernah bertanya jika suatu hari nanti takdir itu berubah, apa yang akan kamu lakukan dan kamu sendiri yang bilang untuk memintamu pada ibumu. Sekarang aku melakukannya, aku memintamu pada ibumu".
" Dasar gila". Nev menghalangi tangan Nara yang ingin menutup pintu kamarnya. " Kak!!!". Nev menarik tangan Nara untuk keluar dari kamarnya dan membawanya keluar dari rumah. Nara terus meronta tapi genggaman tangannya begitu kuat hingga Nara tidak bisa melepaskannya.
" Kak, kakak menyakitiku", keluhnya. Nev langsung melepaskan tangannya.
" Maaf".
" Masalahku tidak segampang itu kak. Bagaimana bisa aku berpikir jernih jika orang yang kusayangi melakukan hal yang begitu fatal. Wanita itu sedang mengandung anaknya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan padanya. Aku takut."
" Apa yang dia katakan padamu, apa dia menjelaskan semua kejadian itu".
" Dia memintaku percaya padanya, dia mengatakan kalau dia dijebak oleh wanita itu karena wanita itu menyukainya. Dia ingin bersama dengan kak Hwan, dia ingin merebut kak Hwan". Nara mulai menangis.
" Kamu percaya padanya, pada pacarmu itu?". Nara mengangguk.
" Setelah temannya berbicara padaku tentang wanita itu, aku mulai mengerti mengapa ia melakukan itu".
" Baguslah".
" Tapi.....".
" Nara..... baginya kata percaya lebih berarti dari apapun. Apa kalian sudah bertemu dan berbicara lagi?". Nara menggelengkan kepalanya. " Pergilah dan bicara padanya. Apa perlu aku mengantarkanmu kesana?".
" Tidak, aku bisa sendiri kak".
" Ya sudah, pergilah sekarang".
" Kak terima kasih.", ujarnya membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan Nev.
Nev menghela nafasnya.
" Tidak, jangan berterima kasih padaku. Aku hanya ingin masalahmu selesai sebelum aku membawamu pergi. Maafkan aku Nara, ".
-------
" Kak Hwan".
" Nara". Hwan langsung menghampirinya dan memeluknya. " Aku sangat merindukanmu".
" Kak..... maafkan aku, waktu itu aku tidak mendengarkan penjelasanmu. Aku sangat terkejut waktu itu. Aku tidak percaya dengan apa yang terjadi, aku tidak bisa menerima semua yang ia katakan".
" Nara, kakak yang harus minta maaf. Kejadian itu diluar keinginan kakak, kakak tidak pernah ingin melakukannya. Tolong percayalah".
" Nara percaya kak, tapi semua sudah terjadi. Anak yang dikandungnya adalah anak kakak. Kakak tidak bisa mengabaikannya".
" Kakak tahu ini sebuah kesalahan, tapi kakak tidak bisa bersamanya. Kakak, akan bertanggung jawab atas anak itu, tapi kakak tidak bisa menikahinya. Bukankah kita sudah berjanji akan selalu bersama".
" Kakak dengarkan aku, jangan seperti ini. Kakak harus menikahinya, kakak yang mengajariku tentang tanggung jawabkan".
" Nara....".
" Bagaimana kalau itu adalah aku, bagaimana kalau aku yang mengalaminya". Hwan terdiam sesaat. " Aku mempercayai kakak, tolong jangan rusak kepercayaanku. Anak itu perlu ayah".
" Nara, tolong jangan seperti ini".
" Kak, bukankah kakak menyayangiku". Hwan mengangguk. " Kak, lihat aku. Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir".
" Tapi Nara...". Tiba-tiba tangan Nara ditarik oleh seseorang.
" Kak Nev". Nara terkejut melihat Nev yang tiba-tiba ada disini.
" Dia milikku sekarang", ujarnya dalam bahasa Inggris.
" Kamu siapa?".
" Apa perlunya untukmu mengetahui siapa aku. Hubungan kalian sudah berakhir, bukankah begitu?".
" Tidak ada yang berakhir disini".
" Benarkah??".
" Kak Nev, apa yang kakak lakukan. Kenapa kakak ada disini?".
" Untuk memastikan hubungan kalian".
" Apa??".
" Bukankah sudah kukatakan kalau aku akan membawamu pergi".
" Kak Nev!!".
" Aku tidak main-main Nara". Nev menggenggam tangan Nara erat. Nara terus menggerakkan tangannya agar Nev melepaskan genggamannya.
" Lepaskan dia!!!". Suara Hwan meninggi. Hwan melepaskan genggaman Nev dari tangan Nara. " Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Tapi, yang harus kamu tahu, Nara tetap milikku".
" Oh ya?". Nev menarik Nara dan menciumnya. Nara terkejut dengan apa yang dilakukan Nev. Tapi, sebenarnya Nev tidak benar-benar menciumnya. Ini karena posisi mereka yang membelakangi Hwan, jadi mereka terlihat seperti sedang berciuman.
" Jangan bergerak", ujar Nev pelan. " Kamu ingin menyelesaikannya bukan? jadi tetaplah tenang".
Nara tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Nev. Nara hanya mengikuti semua yang dikatakan Nev padanya.
" Apa yang kamu lakukan!!!". Hwan memukul Nev. Nara begitu terkejut melihat Hwan begitu marah.
" Aku akan menikahi Nara". Perkataan Nev ini membuat Hwan semakin marah.
" Kak Hwan!!", teriak Nara menghentikan Hwan yang ingin memukul Nev sekali lagi. " Hentikan, jangan seperti ini kak. Kakak bukan orang yang seperti ini. Tolong mengertilah, kita tidak bisa bersama lagi. Aku sangat menyayangimu, tapi kakak harus bertanggung jawab. Aku juga perempuan kak".
Hwan terduduk lemas.
" Maafkan aku Nara, maafkan".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Veleria Sutartini
kl jodoh mau kemanapun ketemu jalannya
2021-12-03
0
Ratna0789
never datang tepat waktu dan di saat yg tepat
2021-11-14
0
Iyet Mulyati
Udah baca jauh ceritanya, trus dihentikan bacanya, pas di buka lg mau baca kok balik lagi awal , capek geser mulu
2021-11-01
0