Nev sudah berada di rumah sakit hari ini. Ia memulai pekerjaannya seperti biasanya. Semua orang menyapanya ketika ia memasuki rumah sakit.
Ia memasuki ruangannya di ikuti Dila yang memberikan dokumen kepadanya.
" Apa terjadi sesuatu saat aku tidak ada?".
" Tidak ada dokter, semua berjalan baik. Lagipula Dokter Ergi juga ada, jadi tidak ada halangan apa-apa".
" Baguslah. Oh ya pasien yang ditolak waktu itu, apa sudah keluar?".
" Sudah dokter".
" Kalian tidak mengambil uang dari keluarga itukan?".
" Sesuai perintah dokter, tidak ada biaya untuk keluarga pasien".
" Baguslah".
" Apa masih ada lagi dokter".
" Tidak ada".
" Baiklah kalau begitu saya permisi dokter".
" Ya".
" Nev". Ergi tiba-tiba masuk yang membuat Dila terkejut. " Suster Dila".
" Iya dokter".
" Seperti biasa selalu cantik".
" Jangan termakan omongan playboy cap karung seperti dia", celetuk Nev yang membuat Dila tersenyum.
" Kamu Nev menjatuhkan harga diriku saja".
" Saya permisi dokter".
" Da...suster".
" Untuk apa kamu kesini?".
" Ya berkunjung ke tempat pengantin baru".
" Apa kamu tidak punya kerjaan lain selain mengganggu orang lain".
" Tidak. Oh ya bagaimana dengan bulan madu kalian? ceritakan padaku".
" Biasa saja".
" Biasa saja bagaimana? kalian tidak melakukannya?".
" Melakukan apa".
" Jangan seperti orang bodoh pura-pura tidak mengerti ucapanku".
" Makanya jangan jomblo terus, mau tahu saja apa yang dilakukan orang".
" Hei Nev, makanya aku meminta Sarah padamu supaya aku tidak jomblo lagi".
" Jangan bawa-bawa Sarah. Wanitamu diluar sana apa kabarnya".
" Haa, mereka itu bukan siapa-siapa. Lagipula mereka saja yang kepedean". Nev menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah temannya ini.
Nev melirik jam tangannya dan melihat jadwalnya hari ini.
" Ergi nanti kita lanjutkan, hari ini aku ada jadwal operasi".
" Baiklah semoga sukses".
Setelah Nev keluar dari ruangannya Ergi pun juga keluar dari ruangan Nev. Dari ujung jalan terlihatlah sosok yang tidak ingin ia jumpai. Ergi cepat-cepat berbalik arah namun terlambat.
" Dokter Ergi", panggilnya.
Kenapa aku selalu bertemu dengannya.
" Dokter Rindi".
" Dari ruangan dokter Nev?".
" Ya".
" Apa dia ada didalam".
" Tidak ada, Nev lagi ada jadwal operasi".
" Oh begitu".
" Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, saya permisi dokter".
" Dokter mau kemana?".
" Mau macul disawah. Ya mau periksa pasienlah. Bikin emosi kadang-kadang. Permisi".
Rindi malah jadi kesal dengan sikap Ergi itu. Ergi memang tidak pernah suka dengan Rindi. Ini karenakan dulu Rindi pernah merusak hubungan Nev dan Kamira sebelum mereka menikah. Ergi sudah menganggap Kamira seperti adiknya sendiri. Apapun yang terjadi padanya, ia pasti bertindak membelanya.
Sampai Kamira menikah pun Rindi masih saja mengambil kesempatan mendekati Nev. Apalagi setelah Kamira meninggal. Tapi setelah mengetahu Nev menikah dengan adiknya Kamira, Nara, Entah apa yang akan dilakukannya lagi. Ergi terkadang khawatir dengan tindakan Rindi yang bisa melakukan apa saja.
Ergi selalu ingin meledak jika sudah bertemu dengannya apalagi kalau sudah bertanya mengenai Nev. Tidak ada kata-kata manis yang keluar dari mulutnya dan itu memang spontan ia lontarkan.
" Apa tidak ada kopi untukku", celetuk Nev pada Ergi yang sedang memeriksa dokumen. Ergi hanya tersenyum sinis padanya.
" Air putih banyak tuh", ujar Ergi menunjuk sebuah galon air. Nev melemparkan jasnya kearah wajah Ergi. Ergi cengengesan sambil melempar jas itu kembali padanya. " Bagaimana dengan operasimu".
" Lancar".
" Oh ya tadi Rindi mencarimu".
" Aku tahu, makanya aku kesini. Aku lelah hari ini, tidak punya tenang untuk menghadapinya".
Ergi tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. " Dia tidak pernah menyerah. Aku salut padanya".
" Aku tidak tahu lagi cara menghadapinya".
" Tapi kamu berhasil jika berhadapan dengannya. Sampai detik ini dia tidak pernah mendapatkan kesempatan mendekatimu lagi".
" Ya, tapi aku khawatir".
" Khawatir???".
" Jika nanti Nara salah paham".
" Wah....sekarang ini seorang Nevandra Louis mengkhawatirkan perasaan istri barunya".
" Jangan meledek".
" Maaf", ujarnya cengengesan. " Tapi terakhir kali aku melihat Nara dan dokter Rindi waktu itu, aku rasa Nara bisa menghadapi dokter Rindi".
" Semoga saja".
" Nev".
" Ya".
" Kalian sudah melakukannya apa tidak".
" Kamu ini!!".
" Aku hanya bertanya. Bukankah Nara terlihat sangat seksi".
" Dasar brengsek. Lebih mudah menghadapi dokter Rindi ketimbang kamu, Ergi!".
" Hei Nev, mau kemana?". Ergi tertawa puas karena berhasil menggoda temannya itu. " Padahal aku serius bertanya", celetuknya.
" Dokter Ergi". Dila memasuki ruangannya dengan tergesa-gesa.
" Suster Dila, ada apa?".
" Apa dokter melihat dokter Nev?".
" Barusan dia keluar dari sini, apa kamu tidak melihatnya?". Dia menggelengkan kepalanya. Raut wajah Dila berubah cemas. " Katakan padaku apa yang terjadi?".
" Pak Hendri ada diruangan dokter Nev dan sepertinya dia marah sekali".
" Tua bangka itu selalu membuat masalah".
" Bagaimana ini dokter?". Dila mulai panik.
" Aku akan menanganinya sementara waktu, suster Dila kamu cari dokter Nev karena sepertinya ponselnya tidak bisa dihubungi".
" Ba...baik dokter Ergi".
Ergi segera menuju ruangan Nev dengan tergesa-gesa. Ia membuka pintu itu dan pria itu menatapnya penuh kecewa.
" Kenapa kamu yang kesini?", tanyanya penuh amarah.
" Om Hendri maaf mengecewakanmu", jawab Ergi santai. " Nev sedang ada pekerjaan. Apa kedatangan om Hendri ini sangat penting?".
" Tentu saja sangat penting karena ini demi kelangsungan rumah sakit".
" Maksud om?".
" Sejak ia menangani rumah sakit ini semua menjadi tidak terkendali. Aku mendengar banyak pasien tidak membayar karena perintahnya. Apa yang sedang dilakukannya, dia pikir ini panti sosial".
" Tapi tempat ini juga bukan tempat meraup keuntungan om. Ini rumah sakit tempat orang menyembuhkan penyakit, menolong orang lebih penting".
" Lalu siapa yang akan membayar pekerja kalau kalian seperti ini".
" Pada akhirnya tidak ada pekerja yang terlantarkan karena uang om".
" Kamu berani sekali Ergi".
" Kenapa kalian ribut diruanganku!!!". Raut wajah Nev seketika berubah. " Apa yang om dilakukan disini?".
" Jelaskan padaku apa yang kamu lakukan pada rumah sakit ini. Kenapa aku mendapatkan laporan kalau kamu bertindak sesuka hatimu. Kamu pikir ini panti sosial".
" Om memasang mata-mata".
" Kamu!!!". Pria paruh baya itu mulai meradang. " Nev, om masih punya andil dalam rumah sakit ini. Jangan melakukan hal yang merugikan pada rumah sakit ini".
" Sampai detik ini tidak ada yang dirugikan om dan operasional rumah sakit berjalan semestinya. Kalau om ingin membuat berita yang menghebohkan untuk menjatuhkanku, lakukan dengan baik, jangan sampai memalukan diri om sendiri".
" Nev beraninya kamu!!!".
" Bukankah om yang memulai semua keributan ini".
" Oke, kamu jangan merasa menang dulu. Kita lihat saja nanti, apa kamu bisa seangkuh ini", ujarnya keluar dari ruangan Nev.
Ergi masih terkesima dengan tindakan Nev tadi. Ia tidak menyangka kalau Nev bisa melawan omnya sendiri.
" Wah Nev, kamu melawannya".
" Dia akan melakukan apa saja jika kita terlihat lemah. Aku hanya ingin tahu siapa yang sedang mengamatiku disini. Aku juga curiga pada om hendri tentang kejadian setahun yang lalu".
" Kejadian serahun yang lalu....".
" Aku merasa om hendri ada keterkaitannya".
" Tapi keluarga pasien tidak mengatakan apa-apa".
" Ya, karena mereka dalam tekanan".
" Nev jangan menyimpulkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya".
" Kamu pikir aku sebodoh itu. Aku juga tidak ingin membahayakan keluarga itu".
" Kamu membuatku penasaran Nev. Katakan padaku yang tidak aku ketahui tentang kejadian itu".
" Satu hal yang aku ketahui dengan jelas kalau wanita itu adalah selingkuhannya om Hendri dan aku rasa ada sesuatu tentang wanita itu".
" Apa?? maksudmu apa Nev?".
" Misalnya sebuah rahasia tapi ini hanya asumsiku saja. Aku tidak punya bukti apa-apa".
" Polisi juga menyatakan kalau itu sebuah kecelakaan".
" Kecelakaan?? apa kita harus mempercayai itu".
Ergi mengernyitkan dahinya.
" Nev, apa om Hendri...".
" Bukankah wanita itu masih punya kesempatan untuk hidup. Ia bahkan sempat dirawat dirumah sakit ini. Apa kamu tidak ingat bagaimana om Hendri menaruh perhatian lebih pada wanita itu".
" Ya, aku ingat. Bahkan om Hendri selalu mengecek perkembangannya".
" Ya karena dia tidak ingin wanita itu hidup. Kalau sampai wanita itu sadar, itu akan menghancurkan hidup dan juga karirnya".
" Nev, apa kamu akan menyelidiki kasus itu?".
" Tidak, aku takut itu akan membahayakan keluarga almarhum".
" Jangan gegabah Nev, kamu juga harus berhati-hati padanya".
" Ya, aku akan terus waspada padanya".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Sukma Supriatna
aduhh..hati2 pak dokter
2021-08-29
2
Henny Barutressy
ada rahasia apakh yg diketahui Nev??😎
2021-03-27
1
Rahmawaty❣️
visualnya donk thorr
2021-03-25
4