Saat pagi menjelang, sang mentari merebahkan sinarnya, diiringi kicauan burung yang menyejukkan hati.
Nara terbangun dari tidurnya dan perlahan-lahan ia membuka matanya. Samar-samar ia melihat sofa yang kosong di ujung sana, ia pun terperanjat. Sesaat ia terkejut, berpikir bagaimana bisa ia berada di tempat tidur padahal seingatnya semalam ia ada di sofa itu. Ia teringat semalam seperti ada seseorang yang mengangkat tubuhnya, tapi ia merasa itu hanya mimpinya saja.
Dia melihat ke segala arah, mencari keberadaan Nev. Tapi tidak ada. Dia mulai berpikir apa mereka tidur ditempat yang sama atau Nev tidur di sofa.
" Sudah bangun?", ujar Nev yang keluar dari kamar mandi. Nara terperanjat.
" I...iya kak", sahutnya. Nara menundukkan kepalanya karena ia merasa malu, terlebih dengan keadaan Nev yang belum memakai pakaiannya dengan baik.
" Mau sampai kapan kamu terus berada ditempat tidur itu", celetuk Nev.
" Maaf kak". Nara bergegas bangkit dan menuju kamar mandi. Sampai kapan ia harus menghadapi kecanggungan diantara mereka. Terlebih sampai kapan mereka harus satu kamar seperti ini, ia merasa sedikit risih dengan situasi ini.
Ia membuka pintu itu perlahan demi perlahan, dari balik pintu ia mengintip apakah Nev masih didalam kamar atau tidak. " Terlihat sepi", gumamnya. Ia pun keluar dari kamar mandi. " Haa....syukurlah tidak ada orang, aku lupa membawa pakaianku tadi".
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Nara terperanjat ketika tiba-tiba Nev masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu dahulu. Mereka saling menatap sesaat. Saat ini Nara hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. " Maaf". Nev memalingkan wajahnya. " Cepatlah turun, mereka sudah menunggu", ujarnya lalu pergi.
Nara terduduk lemas. Ia merasa malu sekali, bagaimana bisa ia lupa membawa pakaiannya tadi. Ia terus merutuki dirinya sendiri.
Sedangkan Nev, sebenarnya ia juga merasa malu ketika melihat Nara seperti itu. Ia tidak menyangka kalau Nara masih belum memakai pakaiannya saat ia masuk ke kamar itu sehingga ia harus melihatnya masih berbalut handuk untuk menutupi tubuhnya.
Ia menghela nafasnya.
" Kakak kenapa?", tanya Sarah saat melihat Nev berdiri didepan pintu kamarnya.
" Tidak ada", jawabnya lalu mengambil Deril dari gendongan Sarah.
" Tidak ada bagaimana", celetuknya penuh kecurigaan.
" Nev, kemarilah", panggil nyonya Flo saat melihat Nev beserta Deril. " Duduklah".
" Ada apa ma?", tanyanya. " Apa ada sesuatu yang penting?".
" Iya, ini lebih dari penting", jawab nyonya Flo bersemangat. " Mama dan papa sudah memesan resort di Bali untuk kalian bulan madu".
" Apa ma??? bulan madu?".
" Iya bulan madu".
" Mama ini apa-apaan, kenapa tidak diskusi dengan Nev dulu".
" Ini hadiah dari mama dan papa untuk kalian", ujarnya. " Kamu setujukan Nara?", tanyanya pada Nara yang berdiri mematung karena sama terkejutnya dengan Nev.
" Tante itu terlalu berlebihan", jawab Nara terbata.
" Berlebihan bagaimana?? malah kami sangat senang sekali. Mulai sekarang kamu jangan memanggil tante lagi seharusnya kamu memanggil mama. Sekarang kamu anak mama juga".
" Iya Nara seharusnya kamu memanggil mama juga, bukan tante", celetuk Sarah. " Malah seharusnya kamu tidak memanggil kakak lagi padaku".
" Kalau tante masih mungkin, tapi kalau kak Sarah, Nara masih canggung".
" Baiklah, tidak apa-apa. Senyaman kamu saja Nara".
" Jadi bagaimana Nara, kamu setujukan sama mama?".
" Itu....".
" Ma", potong Nev. " Batalkan saja kami tidak akan pergi. Lagipula siapa yang akan menjaga Deril nanti".
" Mama dan Sarah, iya kan Sarah?". Sarah mengangguk. " Ayolah Nev, jangan kecewakan mama dan papa".
Nev berpikir sejenak.
" Berapa hari ma? karena Nev tidak bisa libur terlalu lama. Masih ada pekerjaan di rumah sakit yang harus Nev selesaikan".
" Tiga hari".
" Tiga hari???".
" Tenanglah Nev, di rumah sakit juga ada papamu. Hanya tiga hari apa susahnya".
" Baiklah, terserah mama saja". Nev menyerah dengan permintaan mamanya karena apapun yang dikatakannya pasti mamanya punya jawaban yang tepat.
" Itu baru anak mama".
"Tunggu-tunggu kenapa mereka tidak mendengar jawabanku juga. Kenapa juga kak Nev malah menyetujui ide itu. Seharusnyakan....., apa yang ada di pikirannya sekarang ini, apa dia sudah tidak waras", gumam Nara yang masih belum percaya dengan ucapan Nev itu.
" Nara", panggil nyonya Flo yang melihat tatapan mata Nara kosong. Tapi, Nara masih tidak meresponnya. " Nara", panggilnya lagi. Nara pun tersadar.
" Iya ma", sahutnya.
" Kenapa? apa kamu tidak suka?".
" Ah.... itu...Nara suka kok ma".
" Syukurlah".
Akhirnya Nara keceplosan juga. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menyetujuinya juga. Padahal tadi ia berpikir kalau Nev akan menolaknya mentah-mentah, tapi ia malah menyetujui ide itu. Mungkin Nev hanya tidak ingin orangtuanya kecewa karena sudah bersusah payah memberikan hadiah pada mereka. Tapi, tetap saja ini suatu musibah. Bagaimana bisa mereka berbulan madu. Menikah saja karena sesuatu, tidak pernah terpikirkan hal-hal yang seperti itu. Berakting itu rumit.
Nara terus menatap Nev yang tengah bekerja dengan laptopnya. Sesekali ia bermain dengan Deril dan sesekali juga ia meliriknya. Nev yang sadar ditatap seperti itu datang menemuinya dan duduk dihadapannya. Nara terkejut melihat Nev yang sudah ada dihadapannya.
" Apa yang ingin kamu katakan", tanyanya yang sesekali meladeni Deril bermain.
" Apa maksud kakak?", jawabnya. " Bukankah dikepalamu itu banyak sekali pertanyaan. Kalau tidak ada, kenapa kamu terus menatapku seperti itu".
" Kakak menyadarinya".
" Tentu saja. Siapapun akan menyadarinya. Jadi katakan apa yang ingin kamu katakan".
" Kenapa kakak menyetujui tentang bulan madu itu?".
" Kenapa? kamu tidak ingin pergi?".
" Bukankah seharusnya kakak menolaknya".
" Kenapa aku harus melakukannya?".
" Apa kakak sungguh ingin berbulan madu denganku?".
" Ya memang kenapa".
" Apa???".
" Kecilkan suaramu itu. Lihat Deril jadi kaget. Kamu ingin kita bertengkar didepan Deril".
" Ah...bukan begitu. Deril maafkan mama ya. Mama tidak akan bertengkar lagi", ujarnya memeluk Deril. Nev tersenyum kecil melihat tingkah istrinya itu.
" Lakukan saja".
" Hmm...".
" Yang mereka minta, kita lakukan saja".
" Baik kak".
" Besok kita akan pergi, persiapkan pakaianmu".
" Iya kak".
Sarah yang sejak tadi memperhatikan gerak getik mereka tersenyum bahagia melihatnya.
" Ma".
" Hmmm".
" Mereka terlihat serasikan".
" Iya".
" Kak Kamira memang tidak salah memilih Nara. Dia pasti bisa menaklukan hati kakak yang seperti batu itu".
" Iya...Kamira memang memilih yang terbaik untuk orang yang di sayanginya. Mama juga berharap begitu, makanya mama menyuruh mereka untuk berbulan madu".
" Mama memang TOP".
" Mama hanya ingin terbaik buat mereka. Mama mengerti kalau kakakmu itu masih belum bisa melupakan Kamira sepenuhnya. Tapi, dia harus membuka hatinya pada orang lain terutama pada Nara yang sekarang sudah menjadi istrinya".
" Mama benar, Sarah juga merasa kalau kak Nev masih menutup hatinya pada wanita lain. Sarah juga berharap terjadi hal yang baik saat mereka pergi berbulan madu nanti".
" Kita doakan saja".
" Iya ma".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R ve
Nev...jangan tutup hati mu uu 😉
2021-10-26
0
Lestari Lestari
bikin bucin duluan nev thor ..
2021-08-28
4
Hening Hening
Moga jangan terjadi apa" pd nara ,
2021-08-23
4