" Nara sudah bangun, tidurmu nyenyak", ujar Sarah begitu melihat Nara keluar dari kamar Nev.
" Maaf kak, Nara ketiduran".
" Tidak apa-apa, kamu pasti lelah".
" Apa Nara boleh memakai kamar mandi?", tanyanya sungkan.
" Tentu, kakak akan membawamu ke kamar tamu", jawab Sarah membawa Nara menuju kamarnya.
Nara menaruh kopernya dan mulai menyusun pakaiannya didalam lemari. Saat melihat ponselnya, ia baru teringat bahwa sejak tiba tadi, ia belum menghubungi Hwan. Padahal Hwan sudah memberikan pesan agar menghubunginya sesampainya disini.
Terdengar dari ujung telepon suara Hwan. Mereka bercerita panjang lebar, bagaimana ia tadi bersama dengan Deril dan juga keluarga ini memperlakukannya.
Setelah selesai menelepon, Nara mengambil handuk dan bergegas mandi karena badannya sudah terasa lengket.
Tok...tok..tok..
Nara segera membuka pintu kamarnya.
" Ayo kita makan", ajak Sarah.
" Iya kak, nanti Nara kesana", ucap Nara.
Nara menutup pintu kamarnya kembali dan merapikan pakaian serta rambutnya. Setelah selesai merapikan diri, ia keluar dari kamar dan pada saat bersamaan, ia berpapasan dengan Nev. Ia membungkukkan badannya seperti biasa yang ia lakukan.
Ini untuk pertama kalinya Nara melihat kakak iparnya itu. Nara terperanjat sesaat melihat Nev, ia tidak menyangka kalau Nev sangat tampan seperti fotonya. Tapi segera ia menyadarkan diri agar tidak terlihat oleh kakak iparnya itu.
Suasana makan malam kali ini begitu khidmat, semua menyatap makanan yang sudah disiapkan oleh Sarah dan Nyonya Flo. Untuk sementara ini mereka memang menetap di rumah Nev. Ini mereka lakukan karena tidak ada yang mengawasi Deril.
Nara sedikit merasa canggung dan risih karena Nev terus menatapnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menundukkan kepalanya. Ia tahu persis apa yang ada dipikiran kakak iparnya itu.
Nara membantu Sarah membersihkan semua piring-piring yang kotor. Nara sudah terbiasa dengan rutinitas seperti ini. Sembari menyuci mereka juga sesekali mengobrol.
" Kamu kuliah Nara?", tanya Sarah.
" Iya kak, Nara kuliah", jawabnya. " Kak, Nara boleh bertanya sesuatu?".
" Tentu, ada apa?".
" Apa kak Nev tahu dengan permintaan terakhir kak Kamira?.
" Bukan hanya kak Nev, kami semua juga tahu".
" Benarkah".
" Bagaimana menurutmu? apa kamu akan menerimanya".
" Aku...., lagipula kami mana bisa seperti ini. Kak Nev pasti tidak menyukai permintaan kak Kamira".
" Nara, mungkin ini sulit untuk kalian. Tapi, pikirkanlah baik-baik".
" Tapi......". Belum selesai Nara berbicara, tiba-tiba Nev datang dan menyuruh Nara untuk ikut dengannya.
Sarah pun menyuruhnya untuk mengikuti Nev, takut-takut Nev akan marah jika Nara tidak menggubris ajakannya.
" Kamu tahukan masalah yang ada dikeluarga ini?".
" Maksudnya?".
" Sebuah permintaan terakhir Kamira, pasti kamira sudah membicarakan hal ini padamu".
" Masalah itu memang kak Kamira sudah mengatakannya padaku, tapi bukankah itu hanya sebuah permintaan yang pada akhirnya hanya kita yang bisa menentukan".
" Dengan kata lain kamu menolak permintaan Kamira".
" Aku juga punya kehidupan, aku punya seseorang yang sedang menungguku pulang. Bukankah kak Nev juga sama?".
" Sama?".
" Tatapan mata kakak sewaktu melihatku seperti melihat musuh, tidak ada yang bisa menggantikan Kamira, walaupun kamu adiknya, kalian tidak akan pernah sama. Bukankah seperti itu".
" Kamu menyadarinya?".
" Tentu saja".
" Cerdas, untuk seusiamu gaya bicaramu itu tidak bertele-tele".
" Jadi tidak perlu khawatir karena kita memang tidak akan bersama".
" Bagaimana kalau takdir berkata lain? apa yang akan kamu lakukan?".
" Kalau begitu datanglah ke Korea, mintalah pada ibuku".
Sesaat Nev terperanjat dengan jawaban Nara. Bagaimana bisa wanita ini begitu berani padanya. Setiap ucapannya selalu penuh kejutan.
" Baiklah, aku rasa pembicaraan kita sudah cukup". Nev pun beranjak dari tempat duduknya. " Kalau itu terjadi, aku harap kamu tidak menyesal. Selamat malam", ujarnya meninggalkan Nara yang masih terkejut dengan ucapan terakhir Nev.
Pada dasarnya itu memang salahnya terlalu berani menantangnya. Bagaimana kalau itu benar-benar terjadi, apa yang akan dikatakannya pada Hwan.
--------
Pagi-pagi sekali Nev sudah bangun dan bersiap akan berangkat ke rumah sakit. Nyonya Flo yang sudah menyiapkan sarapan pun menyuruhnya untuk sarapan.
" Deril sudah bangun ma?", tanyanya sembari mengambil makanan ke dalam piringnya.
" Sudah", jawab Nyonya Flo singkat. " Pelan- pelan makannya Nev".
" Hari ini ada jadwal operasi ma, Nev harus cepat".
" Iya, tapikan tidak harus buru-buru seperti ini".
" Iya ma, tapi Deril ada dimana?".
" Ada di depan bersama Nara". Nev hampir menyemburkan makanan yang dimakannya.
" Ada apa denganmu ".
" Tidak apa-apa ma". Dia pun melanjutkan sarapannya.
Setelah selesai sarapan Nev pun mengambil tas dan bergegas pergi. Saat ia ada di depan pintu, ia melihat Nara dan Deril sedang bercanda. Anaknya itu sangat ceria, dia tertawa dengan bahagianya.
" Kak, Sarah numpang ya". Tiba-tiba Sarah mengagetkannya dan tanpa sadar sudah ada disampingnya.
" Kamu ini mengagetkan saja".
" Kakak tuh yang melamun malah menyalahkan orang", protesnya. Lalu bergegas menemui Deril dan Nara. " Deril, tante pergi ya", ujarnya menciumi Deril.
Nara yang melihat Nev, langsung memberikan Deril padanya. Nev pun mengambil Deril dan mencium anaknya itu.
" Papa, pergi sayang", ucapnya lalu memberikan Deril kepada Nara.
" Da...da...papa", ujar Nara melambaikan tangan Deril. " Da....da....tante".
Setelah adegan pamit-pamitan, Nev pun melajukan mobilnya.
" Apa yang ada dipikiranmu itu?", tanya Nev yang tidak senang dengan ekspresi adiknya ini.
" Apa, tidak ada", jawabnya mengelak.
" Kakak tahu semuanya, jadi jangan coba-coba berbohong".
" Kakak tahu apa, kakak itu cuma seorang dokter bukan peramal".
" Tapi aku ini kakakmu yang sudah mengenalmu bertahun-tahun".
" Wah".
" Atau kakak akan menelepon dokter Ergi agar menjemputmu sekarang juga".
" Apa!!!! dokter mesum itu. Kakak tega sekali pada adiknya sendiri. Dia itu penjahat wanita".
" Kalau begitu cepat katakan".
" Kakak ini!!!! tidak bisa diajak bermain. Aku cuma senang melihat kalian tadi, seperti melihat adegan sebuah keluarga. Sekarang kakak senang. Lain kali jangan sebut nama dokter mesum itu lagi, apalagi mengancamku atas namanya, aku benar-benar merinding".
" Nanti suka baru tahu".
" Kakak!!!!".
" Dia tidak seburuk yang kamu kira Sarah".
" Oh ya. Nara juga tidak seburuk yang kakak kira".
" Kenapa bawa-bawa wanita itu".
" Apa bedanya kita berdua".
" Berdebat denganmu tidak akan ada habisnya".
" Aku berkata benar kok".
" Dia sudah punya kekasih".
" Hanya kekasihkan, lalu apa salahnya. Tapi kalau Nara tidak punya kekasih, apa kakak akan mempertimbangkannya".
" Diamlah".
" Ayolah kak, di dunia ini memang tidak ada wanita yang bisa menggantikan kak Kamira. Tapi, kakak juga punya kehidupan terutama Deril. Cobalah untuk melihat sedikit. Lagipula siapa yang bisa mendekati Deril dengan mudah. Kakak bisa bandingkan kok".
" Kamu ini berisik sekali".
" Dibilangin juga. Kami ini bisa mengamati wanita mana yang tulus dan tidak. Kita lihat saja besok. Wanita mana yang tidak akan melewatkan kesempatan ini. Mencari perhatian dengan seorang duda keren kayak kakak".
" Sudah bicaranya. Sekarang turunlah, kakak hampir terlambat gara-gara kamu".
" Oh iya sudah sampai ya", ujar Sarah cengengesan. " Terima kasih kakakku sayang, jangan lupa dengan apa yang sudah kita bicarakan hari ini. Bye.....".
Nev menghela nafasnya, adiknya ini benar-benar membuatnya pusing.
Ia pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sesampainya disana Nev pun meminta suster menyiapkan persiapan operasi kali ini.
Dua jam lamanya Nev menyelesaikan operasinya dan berjalan sukses. Ia lega akhirnya bisa melalui semuanya.
" Dokter Nev", sapa Ergi. " Selamat operasinya berjalan dengan lancar".
" Iya, terima kasih".
" Besok acara ulang tahun Deril".
" Hanya makan-makan sederhana saja".
" Sarah juga ada disanakan".
" Aku akan membunuhmu jika kamu bermain-main dengan adikku". .
" Ayolah dokter Nev, kita ini sudah berteman lama".
" Karena kita sudah berteman lama".
" Kata-katamu menyakiti harga diriku".
" Sejak kapan kamu punya harga diri".
" Kamu ini kejam sekali".
" Dokter Nev, dokter Ergi". Mereka pun menoleh asal suara itu. Begitu melihat orang yang memanggil mereka, Ergi menggerutu tidak senang. "
" Dia lagi", ujar Ergi pelan.
Orang yang menemui mereka adalah Rindi. Orang yang selalu mengejar Nev dari dulu. Mungkin sekarang ini ia berpikir mempunyai kesempatan setelah Kamira meninggal dunia.
" Dokter Nev, selamat operasinya berjalan lancar", ucapnya memberi selamat.
" Terima kasih".
" Oh iya dokter, besok acara ulang tahun Deril. Aku ingin memberikan sesuatu, apa dokter bisa memberi tahu kesukaan Deril".
" Deril lebih suka dokter tidak datang", celoteh Ergi yang langsung membuat Rindi terbelalak. Tapi ia tidak perduli dengan ocehan Ergi itu.
" Apa saja, dokter Rindi bisa memberikan apa saja pada Deril".
" Begitukah, baiklah dokter".
" Kalau tidak ada lagi yang ingin dikatakan, saya permisi dokter".
" Iya silahkan dokter, terima kasih dokter atas sarannya".
Nev dan Ergi pergi meninggalkan Rindi. Ergi tidak henti-hentinya menyatakan ketidaksukaannya pada wanita itu.
" Aku benar-benar tidak suka dengan kepribadiannya. Mencari perhatianmu atas nama Deril".
" Biarkan saja ".
" Kalau aku jadi kamu Nev, aku akan mencampakkannya keluar dari rumah sakit ini".
" Lakukanlah".
" Kamu mengejekku". Nev tersenyum kecil melihat reaksi temannya itu. " Hei Nev, tunggu!!!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
NOiR🥀
menarik.. Novel mu..🥰👍
2022-06-20
0
Sahat Syukur
kata katanya keren.suka bngt🤗🤗
2022-01-08
0
Ratna0789
tanda2 😅😅😅
2021-11-14
0