*****
Sudah beberapa hari ini Juan selalu disibukan oleh pekerjaannya. Sehingga tidak ada waktu untuk Carra bertanya tentang Syan, gadis kecil itu
Bahkan Juan sama sekali belum menyentuh Carra. Ia selalu pulang larut malam dan mendapati Carra yang sudah tertidur pulas
Juan hanya mandi setelahnya, kemudian tidur di samping Carra dengan memeluk wanita itu
Carra bukan ingin Juan segera menyentuhnya, justu ia bersyukur jika memang Juan belum menuntut haknya sebagai suami sah Carra, Carra belum yakin pada dirinya jika ia benar benar mencintai Juan, ia tidak ingin melakukan hal itu dengan orang yang belum di cintainya
Akan sangat sakit jika Carra memaksakannya, ia tidak ingin merasa di perkosa oleh suaminya sendiri
Carra turun ke lantai bawah untuk mengambil minum, tadi Juan menelponnya dan mengatakan akan pulang cepat hari ini. Baguslah, biar dia menjelaskan kebenaran tentang Syan. Carra istrinya bukan? Jadi dia berhak tau untuk itu
"Nona, apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya seorang pelayan saat Carra menuruni anak tangga
"Aku hanya ingin minum, aku bisa mengambilnya sendiri" Sahut Carra kemudian pergi kedapur dan mengambil minumnya
Seharusnya mereka memanggil Carra dengan sebutan Nyonya. Hanya saja Carra menolak dan mengatakan jika ia terlalu muda jika di panggil begitu
Sehingga mereka hanya memanggilnya nona saja, sesuai dengan apa yang diinginkannya
Carra mengambil minum dan berniat akan kembali ka kamarnya, ia sempat tersenyum saat melihat Syan yang sedang asyik bermain dengan pengasuhnya
"Syan, jangan berlari nanti kau terjatuh" Sahut Sonya pada Syan yang asyiik berlarian dengan babysitternya
"Nona Syan" Panggil sang babysitter karena Syan yang terus berlari sampai menabrak Carra yang sedang berjalan menuju kamarnya
Gelas yang dibawa Carra terjatuh ke lantai sampai terdengar bunyi nyaring dan teriakan dari sonya
Prannnkkkkk
Carra hanya menganga
Sonya berdiri dari duduknya dan menatap Carra dengan Syan, Sonya takut jika saja menantunya itu marah pada Syan
Beberapa pelayan segera datang untuk membereskan kekacauan
"Aww" Rintih Carra saat tangannya terkena pecahan beling, ia berniat menjauhkan beling itu dari Syan yang duduk terjatuh saat menabraknya tadi
Dan Syan hanya mematung dengan wajah pucat menatap Carra. Selama tiga hari Carra tinggal disini dia memang belum pernah berkenalan dengan Carra
Sehingga dia merasa canggung pada wanita yang notabenenya adalah istri sah Dadynya itu
"Hey, kau tidak apa apa sayang?" Tanya Carra, lalu dengan susah payah ia menggendong Syan. Memberi isyarat pada Rose, babysitter Syan untuk tidak khawatir karna Carra akan mengurusnya
Carra menggendong Syan ke ruang keluarga menghampiri Sonya yang masih diam mematung
"Astaga Carra"
Sahut Sonya saat melihat darah segar mengalir di telunjuk Carra, dengan cepat Sonya menyuruh pelayan untuk mengambilkan kotak obat
"Apa Ibu panggilkan dokter saja?" Tanyanya sambil memberi obat merah di jari Carra yang terkena pecahan beling. Syan duduk di samping Carra dengan masih menunduk
"Tidak perlu Bu, ini tidak parah"
"Jika nanti Juan marah karena ibu tidak bisa menjagamu, bagaimana?" Sahutnya dengan wajah khawatir
"Tidak akan. Biar aku yang bicara nanti"
Carra menenangkan
"Baiklah" Sahut Sonya sambil membereskan kotak obat setelah selesai memerban jari telunjuk Carra dengan kain kasa
"Terimakasih Ibu" Sahut Carra dengan senyum tulusnya, Sonya tersenyum tak kalah tulus
Sekarang, pandangan kedua wanita itu tertuju pada anak kecil yang sedari tadi diam menunduk, mungkin dia merasa bersalah karena sudah melukai istri Dadynya
"Hey" Carra menarik dagu gadis kecil itu
"I'am so sorry" Sahutnya dengan memegang kedua daun telinganya
Carra tersenyum, kemudian menggenggam tangan mungil Syan
"Ini bukan salahmu, kau tidak perlu meminta maaf. Tadi tanganku licin, yah dan aku tidak sengaja menjatuhkan gelasnya. Maafkan aku" Sahut panjang lebar Carra dengan menirukan gaya Syan tadi, memegang kedua daun telinganya
Carra mengatakan begitu tentu saja hanya dusta, dia tidak ingin gadis kecil yang polos itu merasa bersalah padanya
"Benarkah?" Tanya nya
"Hmm" Carra menggumam dengan senyuman
"Kau tidak marah padaku?" Tanyanya lagi, tak percaya. Awalnya ia kira Carra akan marah marah padanya karena dia nakal dan berlari lari di dalam mansion
"Marah? Aku tidak bisa marah. Apalagi dengan gadis secantik kau" Goda Carra dan membuat senyuman Syan merekah
Para pelayan yang melihat hal itu alhasil hanya ikut tersenyum saja. Mereka kira Nyonya mudanya akan marah dan memaki maki Syan karena tidak hati hati sampai menabrak, dan melukai tangannya, atau marah marah pada pengasuh Syan karena tidak menjaga Syan dengan baik
Tapi fikiran mereka ternyata salah, justru malah Carra lah yang meminta maaf pada Syan
Tak terkecuali Sonya. Ia juga terkejut dengan respond dari menantunya, sikap Carra benar benar di luar dugaannya. Tadinya ia berfikiran sama dengan para pelayannya, tapi begitu melihat reaksi dari Carra, justru Sonya menyunggingkan senyumnya. Senang, ternyata Carra sama seperti Juan, ia terlihat lembut pada Syan
"Ada apa ini?" Tanya Juan yang muncul dengan pakaian kantornya, di susul oleh Abram di belakangnya
Carra melirik jam, pukul lima sore. Ia lupa jika suaminya akan pulang cepat hari ini
Sedangkan Syan, gadis kecil itu kembali menunduk, dia takut Juan marah marah padanya karena sudah membuat tangan Carra terluka
Carra segera bangkit dari duduknya dan mengambil tas kantor milik Juan, setelah Juan mengecup dahinya
Kala itu terjadi, Abram bersikap biasa saja.
Dia sudah terbiasa dengan pemandangan itu setiap hari
Bukankah ia sudah mempercaya dan merelakan Carra pada Juan? Yah, dan dia tidak ingin egois
"Kenapa?" Tanya Juan begitu melihat jari tangan Carra terbalut perban
"Hanya tergores pecahan beling" Sahut singkat Carra seolah ini bukanlah masalah besar, toh memang itu kenyataannya
"Hah?" Pekik Juan
Sekarang tinggal para pelayan tertunduk takut, karena selanjutnya merekalah pasti yang akan menjadi sasaran kemarahan Tuannya
"Apa kalian sudah bosan bekerja?" Teriak Juan pada para pelayannya yang berderet seperti pasukan pengibar bendera dengan tertunduk seolah sedang mengheningkan cipta, dan memanjatkan do'a do'a pada para pahlawan yang gugur di medan perang
"Kenapa kalian membiarkan istriku terluka?Apa memangnya yang kalian kerjakan? Kalian ingin di pecat?" Maki Juan, dan Carra tidak bisa mencegahnya
"Juan, sudah!" Lerai Carra, tapi dia tidak mau menurut
Begitulah, kadang Carra tidak suka dengan sikap berlebihan dari Juan ini, dia tidak pernah mau bertanya terlebih dahulu tentang masalah apa yang sebenarnya sedang terjadi
"Katakan!" Bentak Juan
"Kalian boleh angkat kaki dari sini sekarang juga!" Teriak Juan dengan jari telunjuknya yang mengarah ke pintu keluar mansion
Bahkan Sonya, Nyonya besar di rumah itu. Dia tidak bisa menghentikan putranya
"Ampun Tuan muda, saya yang bersalah karena tidak menjaga nona Syan dengan baik, dia menabrak nona Carra yang sedang membawa gelas" Tutur Rose dengan suara gemetar
Siapapun pasti akan takut jika Juan sedang marah, dia akan terlihat sangat bengis dan kejam
Sekarang pandangan Juan beralih pada Syan yang sejak tadi menunduk, biasanya saat Juan datang, maka ia akan menyambutnya. Tapi kali ini ia diliputi rasa bersalah sehingga tidak melakukan kebiasaannya
Juan duduk di samping Syan yang sedang tertunduk itu
"Apa kau berlari larian di dalam mansion Syan?" Tanya Juan. Lembut, tapi seolah ada penekanan
"Dad sedang bicara Syan, tatap mata Dad!"
"Dad tidak suka lawan bicara Dad tidak mau menatap mata Dad, kau tau itu bukan?!" Sahut Juan panjang lebar
Carra yang melihatnya tiba tiba saja merasa bahwa Juan selalu bisa bersikap dewasa jika sedang menghadapi Syan, apa Carra sebegitu memperhatikan Juan?!
Perlahan, meski dengan takut Syan menatap manik manik Juan
"Kau sengaja ingin mencelakakan Mom?" Tanya Juan dengan memanggil Carra dengan sebutan Momy, ia memang belum meminta izin pada Carra tapi sepertinya istrinya itu tidak akan keberatan
"No! Aku tidak sengaja Dad, sorry" Sahutnya dengan memelas
"Really?" Juan memastikan, Syan menangguk
"Kau sudah minta maaf dengannya?"
Kembali Syan mengangguk
"Jangan ulangi perbuatanmu!" Sahut Juan, kemudian ia berlalu begitu saja meninggalkan Syan yang masih menaruh takut padannya
Ia tau, jika dirinya membuat kesalahan, maka Juan pasti akan marah. Dia sayang kepada Syah, dia hanya bersikap tegas dalam mendidik anak angkatnya itu. Hanya saja terkadang Juan terlalu berlebihan dalam ambisinya
"Bu, aku menyusul Juan dulu" Pamit Carra, Sonya mengangguk
Dengan cepat Carra pergi menyusul sang suami, bahkan ia sampai tidak sadar jika Abram sedari tadi memperhatikannya
Memperhatikan sedikit demi sedikit perubahan yang ada pada diri Carra kepada Juan
'*/***/*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Virgo Girl
Nyesek liat Abram😩😩
2020-12-20
2
Maharani Susanto
Yuh... mung keno pecahan beling we kabeh dimarahin... dasar org kayah... 🤦♀🤦♀
2020-05-01
6
DeRaSa
kasian si Abram bner2 pria yg baik
2020-03-03
4