******
"Carramel"
Suara itu lantas membuyarkan lamunan Carra, ternyata itu Ratna
"Mamih, kau membuat ku kaget"
Sahut Carra sambil memegang dadanya, Ratna tersenyum. Kemudian duduk di samping putri kesayangannya
"Ada apa?"
"Maksud mamih?"
"Apa yang kau fikirkan, kau masih memikirkan Pria itu?" tanya ratna
"Carra tidak bisa melupakannya"
"Kenapa?"
"Carra masih mencintainya"
Ratna terlihat nampak menghela nafas. Telihat mata bening Carra berkaca kaca. Sebagai seorang ibu Ratna tentu memahami bagai mana perasaan anaknya ini, tapi bagaimana pun Ratna ada di bawah kendali suaminya. Ia tidak ingin menjadi istri durhaka karena menentang perintah suaminya.
Jadilah ia hanya mengikuti perintah suaminya, dan mencoba memahami dengan baik keadaan putrinya
"Papih besok pulang dari spanyol" sahutnya kemudian, mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin anaknya berlarut larut dalam kesedihan. Dan bagaimana pun kerasnya Stev menentang hubungannya dengan Abram dulu, dia tetaplah Papih Carra, tidak ada yang bisa merubah kenyataan itu.
Dan Carra sangat begitu patuh dan sayang kepadanya. Itulah mengapa Abram memilih melepaskan Carra, ia tidak ingin Stev merasa gagal mendidik putrinya karena membangkang padanya hanya demi seorang pria yang tidak di sukainya
*******
Satu tahun lebih Carra menjalani hari harinya dengan hampa, Carra masih mencintai Abram, pria yang sudah bersama sama dengannya selama 2 tahun.
Lihatlah, betapa gadis itu belum mampu seutuhnya melupakan mantan kekasihnya
Kalau bukan karena orang tuanya terutama Stev, mungkin sampai sekarang Carra masih bersamaa dengannya. Jarak bukanlah halangan, melainkan ujian.
Carra menuruni anak tangga, terlihat Ratna yang sedang menonton tv. Menonton berita tentang kabar seorang pengusaha muda nomor one new york yang akan terbang ke L.A untuk liburan musim panas.
L.A?
setelah tahun kemarin tempat sasarannya adalah Belanda, dan sekarang ia ingin ke LA? yang benar saja, apa tidak ada tempat lain?
Carra sudah menyiapkan kupingnya untuk mendengarkan pujian pujian yang nanti akan terlontar dari mulut ratna untuk seorang Juan, Ratna begitu mengagumi pengusaha muda tampan itu.
Setiap melihatnya di televisi, atau di majalah dan surat kabar maka Ratna akan terus memuji muji pria itu.
Wajar memang, semua wanita tanpa batas usia memang mengagumi pria itu, mungkin hanya Carra saja yang tidak begitu tertarik padanya.
Bagi Carra dia sama dengan pria lainnya, bahkan entah mengapa orang orang juga mengagumi sifat dinginnya itu, sungguh kebodohan yang nyaris tidak bisa di sembuhkan
"Lihatlah calon suamimu itu!" Sahut Ratna saat mendapati Carra yang sudah duduk di sofa yang lain, Carra menoleh jengah. Sebenarnya ini bukan yang pertama Ratna mengatakan hal tersebut, tapi tetap saja selalu membuat Carra terkejut
Ahh, Carra benar benar tidak mengerti mengapa Ratna selalu mengucapkan kalimat itu. Apa dia benar benar menginginkan pengusaha muda itu untuk menjadi menantunya?
Terlalu terobsesi!
"Ayolah mih, jangan bermimpi mempunyai menantu macam dia. Aku tidak akan mencintainya!"
"Ahh benarkah?" Tanya Ratna seolah meremehkan
"Yah. Ada apa memang?"
"Kau akan mengetahuinya nanti"
Carra mengernyit mendengar kalimat misterius dari Ratna, tapi yasudah. Ia tidak ingin terlalu perduli. Biar saja dulu mamihnya itu berkhayal, asalkan jangan sampai berlebihan saja.
******
Carra berjalan santai menyusuri koridor campus, tapi tiba tiba saja seseorang menarik tangannya
Dan Carra langsung menghela nafas saat melihat siapa orang menariknya, siapa lagi kalau bukan saudara sepupunya yang julid itu. Jasmin Flaw.
"Kau benar benar, mau aku mati muda karena jantungan, hmm?" Gerutu Carra sambil melipat kedua tangan didadanya
"Carramell. Ayolah, kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau sudah berumur 22 tahun"
"Hmmm..Lalu?"
"Berhenti kekanak kanakan!"
"Hey, siapa yang ke kanak kanakan? Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri nona flaw?"
"Sudahlah. Apa kau sudah menemui Jastin?"
Tanyanya yang kemudian mengalihkan pembicaraan
"No! Aku baru sampai di campus dan kau orang pertama yang aku lihat" Cerocos Carra
"Baiklah, tadi Justin mencari mu. Sebaiknya kau temui dia dulu!"
"Tidak bisa" Sahut cepat Carra kemudian melangkah meninggalkan Jasmin,
"Carramel" Rutuknya sambil mengikuti langkah Carra
Carra menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Jasmin yang nampak memperlambat langkahnya karena rok ketatnya yang terlalu pendek, mungkin. Ia memanglah gadis yang gemar memakai pakaian sexi
"Sudahlah! Aku ada mata kuliah pagi, kalkulus. Kau mau aku terlambat dan dimarahi Tuan Rach karena harus menemui Jastin?"
Carra mendongakan kepalanya pada Jasmin
seolah menantang
"Baiklah kau harus pergi" Sahut Jasmin
Carra hanya mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya
Dan Jasmin hanya menatap kepergiannya dengab heran, tidak mengerti pada sikap saudara sepupunya itu. Tidak bisakah dia membuka pintu hatinya untuk pria lain?
Abram benar benar sudah meracuni fikirannya, sudah mengambil alih seluruh kendali diri yang ada padanya
" Ahh, Abram Luccas kau benar benar sudah membuat saudara sepupuku menderita!"
Yah bagaimana tidak, jangankan tertarik pada pria lain, bahkan pada seorang Juan Zhucarlos saja,bpria yang paling di idolakan kaum wanita, sedikitpun dia tidak tertarik padanya. Bukankah itu gila?
Atau jangan jangan dia sudah tidak normal?
*******
Carra segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas. Ternyata Mr Rach tidak masuk mengajar, tau begitu lebih baik Carra tidak buru buru saja tadi.
Di tambah dengan riuhnya para wanita itu yang sedang bergosip. Kuping Carra mulai panas mendengar obrolan heboh para wanita labil yang sibuk membicarakan kedatangan Juan Zhucarlos ke new york yang akan tiba dua hari lagi.
Kabarnya, pengusaha muda tampan itu juga akan berkunjung ke campus ini. Tidak tau mau apa, barangkali hanya ingin tebar pesona saja
"Ahh apa tidak bisa mereka itu bersikap biasa saja? Hallo, Juan itu hanya pria biasa. Sama seperti pria pria lain! Mengapa mereka harus berlebihan?" Gerutu Carra,bagai pada dirinya sendiri
"Carramel"
Seketika Carra menoleh ke asal suara.
Justin, pria yang sejak dulu menginginkan Carra untuk menjadi gadisnya. Tapi Carra tidak bisa.
Pertama karena dihatinya masih ada Abram, dan kedua Carra sudah nyaman menganggapnya sebagai seorang kawan, ia tidak mau pertemanannya dengan pria itu nanti hancur hanya karena percintaan.
"Hey" sapa Carra
"Tuan Rach tidak masuk ke kelasmu?"
"Bagaimana kau tau?"
"Aku tau karena aku melihat mu disini!" sahutnya yang kemudian tertawa
"Oh yaa" Carra juga sedikit dengan tawanya
"Apa sekarang kita boleh ke kantin?" Ajaknya
"Kau tidak masuk kelas?"
"Kelasku akan di mulai satu jam lagi"
Sahutnya dan tanpa aba aba menarik Carra begitu saja menuju kantin
Begitu sampai di kantin campus, keduanya duduk dan mengobrol kebetulan kantin sedang sepi, jadi Carra tidak begitu risih. Biasanya Carra selalu enggan pergi ke kantin jika kantin sedang rame, berisik.
"Kau tidak senang pengusaha muda sukses itu akan mengunjungi campus kita?"
Tanya Justin mengawali pembicaraan
"Bukan tidak senang, aku hanya tidak terlalu antusias saja"
"Kenapa memang?"
"Aku tidak tertarik!"
"Baguslah!"
"Maksudmu?"
"Ohhh, Lupakan!" Sahut Jastin seperti orang mencurigakan.
Tak lama datang seseorang mendatangi meja Carra, seorang pria dengan pakaian rapih dominan hitam
"Nona Carra, Tuan besar menunggu nona di depan gerbang campus" Sahutnya setelah membungkuk pada Carra, dan Carra ingat bahwa hari ini Stev pulang dari spanyol.Orang ini pasti buadyguardnya, Carra tidak mengenali satu persatu orang orang papihnya memang. Mereka terlalu banyak
"Ohh, baiklah terimaksih" sahut Carra. Dan Justin tidak perlu merasa heran, ia tau jika Carra ini bukanlah orang sembarangan
"Aku akan menemanimu" Sahut Justin begitu melihat Carra yang segera berdiri
"Tidak perlu. Kau sebentar lagi akan masuk kelas bukan?"
"Tapi..."
Tanpa mendengarkan pria itu. Carra berlalu begitu saja meninggalkan Justin.
Jastin jadi kesal sendiri, ia menyesali Carra yang tidak bisa sedikit saja pada dirnya, padahal ia memiliki segalanya. Tapi gadis itu sungguh tidak pernah memperdulikannya.
*****
Carra langsung memeluk pria tampan separuh baya itu dan berteriak senang. Pasalnya sudah satu minggu ini Stev sibuk mengurus pekerjaan nya yang berada di spanyol
"Bagaimana kabar mu nak?" Tanyanya, ia begitu senang melihat putri kesayangannya itu
"Seperti yang papih lihat. Oh yah, mengapa papih langsung ke campusku?"
"Tentu saja karena aku merindukan putri ku" Sahutnya dengan tampang meremehkan pada Carra, dan Carra hanya tersenyum saja
"Pulanglah! Papih ada kabar gembira untukmu" Sahutnya setelah melepaskan pelukan kedua putrinya
"Ohh jadi Tuan Stev menyuruhku untuk bolos hari ini? Baiklah" Sahut Carra yang segera masuk ke dalam mobil yang belum tertutup itu
Dan Stev hanya geleng geleng kepala melihat tingkah polos putri kesayangannya itu.
Ia tidak sabar ingin memberi tahukan kabar baik ini pada Carra, meski sebenarnya hati kecilnya juga merasa sedikit tidak yakin bahwa Carra akan senang mendengar kabar ini.
Terlebih putrinya itu masih dihantui bayang bayang mantan kekasihnya
/*/**/*
Like koment share Vote sebanyak banyaknya❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
psti ada alasan knp papi nya carra tdk mrestui hbungannya dengan abram.. kn klo harta abram jg punya kekayaan dri kakeknya.. mungkinkah krna mslh pribadi kali
2021-10-18
1
augst
ap ad hbungn antra steve dan abram knpa g dibolehin
2021-04-12
1
Mega Tian
lagian kakeknya tega banget sih..juan sama abram kan sama-sama cucunya.kalo emang dia pengen carra jadi menantunya yaudahlah nikahin aja sama abram,bukannya malah misahin mereka dan jodohin carra sama juan.gak mungkin kan kakeknya gak tau kalo carra itu pacarnya abram? secara di dunia novel kalo orang kaya cari mantu kan pasti di selidiki dulu latar belakangnya.iya kan..kalo gini kesannya kakeknya kayak pilih kasih gitu gak sih sama cucu"nya?
2021-02-20
2