Carra berjalan dari parkiran menuju kelasnya.
Wajahnya nampak lesu, sudah satu minggu sejak berita buruk yang di dengarnya tentang kabar bahwa dirinya akan di jodohkan dengan Juan, Carra masih belum bisa memahaminya. Ini bagai mimpi menurut Carra, apakah mungkin dirinya nanti hidup sebagai istri seorang Juan Zhucarlos? ini tidak mungkin
Mustahil jika Carra menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.
"Hey nona. Apakah kau tidak mendengarku?" Ucap seseorang di belakang Carra yang tak lain adalah investor besar itu, anggap saja manusia paling berpengaruh di dunia bisnis dan dunia apapun. Ternyata dia sedari tadi memanggil manggil Carra karena mahasiswi itu menjatuhkan makalahnya.
Tapi entahlah dimana para pengawal yang selalu mengikutinya itu, ia hanya sendiri
"Kau menjatuhkan makalahmu" Sahutnya begitu Carra menoleh
"Ohh. Terimakasih" Sahut Carra begitu pria itu menyerahkan barang miliknya
"Ku kira kau tidak bisa berbicara" Sahutnya dengan seulas senyum yang tampil di bibirnya
"Tentu saja aku bisa" Sahut Carra. Juan nampak manggut manggut, keduanya hanya saling terdiam. Sedangkan mahasiswi lain memandang mereka dengan iri, iri pada Carra yang terlihat seperti akrab dengan investor tampan itu
Sepertinya ini pertama kalinya Juan kembali ke campus setelah kedatangannya satu minggu yang lalu, karena Carra tidak pernah melihatnya di sekitaran campus
Mungkin dia sibuk di perusahaannya, yang katanya ingin berlibur ke LA tetapi malah sibuk bekerja, yasudah anggap saja menyelam sambil minum air.
Sekalian kerja disini dan sekalian berlibur juga.
Baiklah, Carra tidak ingin memperdulikannya
"Mengapa juga aku harus gugup di hadapannya, bukankah dia tidak tau jika kami akan di jodohkan?!" Carra mengutuki dirinya sendiri,
Sekarang ia sedang berada di toilet, mencuci mukanya karena tadi tiba tiba saja ia merasa gerah setelah berjumpa dengan Juan
******
Sedangkan di tempat lain, fikiran Juan berlayar pada gadis yang baru ditemuinya tadi, sebenarnya ini memang bukan yang pertama dirinya bertemu dengan Carra, tapi pernah saat hari pertama dirinya menginjakan kaki di campus ini. Bukankah dia gadis yang menjadi guidenya saat itu?
Ahh seandainyaa saja dirinya tidak di jodohkan oleh orang tuanya, maka seratus persen dia pasti akan mendekati gadis itu, tatapan matanya sungguh menyejukan, dia mempesona
Juan merogoh ponselnya saat ponsel itu berdering, Ahh iyah dia lupa mengabari Syan selama beberapa hari ini, yang menelpon adalah babysitter Syandu, gadis kecil berumur lima tahun itu
"Sayang" Sapa Juan begitu telpon tersambung
"Dad, kapan kau pulang?" Tanyanya dengan sedikit rengekan
"Sayang. Daddy akan pulang sebentar lagi, kau bersabarlah" Sahut Juan berusaha menenangkan gadis kecilnya itu
"Dad, apa tidak bisa aku menyusulmu saja?" Pintanya dengan isakan
"Syan. Bukankah Dad sering meninggalkanmu, ayolah"
"Grandma bilang kau akan menikah disana, kau jahat Dad" Sahutnya yang kali ini seperti menangis keras, juga terdengar sedikit keributan disana, mungkin beberapa pelayan dan babysitter sedang menenangkannya
"Tuan, maaf sudah mengganggu. Nona kecil memang sering merengek akhir akhir ini, saya akan menenangkannya" Sahut seseorang yang sekarang mengambil alih sambungan telpon
"Yah. Jaga dia!" Sahut Juan yang kemudian memutuskan sambungan.
Kemudian memijit pelipisnya, pelan
Ahh ia ingin segera menikah dengan gadis yang di tujuk Max itu dan segera pulang ke new york
********
Juan sudah mulai berjalan dengan dekan campus menuju salah satu ruang kelas untuk memberikan motivasi. Yah dia memang sudah berjanji untuk hal ini, minimal memberi sedikit pencerahan pada para mahasiswa dan mahasiswi agar bersemangat untuk berkecimpung di dunia bisnis
Begitu berdiri di depan kelas dan memberi sedikit sambutan, Juan baru menyadari jika gadis itu berada di kelas tersebut, kebetulan sekali
"Ohh yah. Kau, siapa namamu?" Tanya Juan pada Carra yang duduk di kursi paling depan, pojok kanan
Carra mengernyit, pria itu menanyakan namanya?
Sontak saja para mahasiswi menatap Carra dengan tatapan kagum
"Aku tidak melihatmu saat acara penyambutanku satu minggu yang lalu" Sambungnya saat mendapat tatapan heran dari Carra
Yang benar saja? bukankah Carra yang menunjukannya jalan menuju audiotorium saat itu, mengapa dia mengatakan tidak melihat Carra? Ohh atau mungkin kacamata hitam yang di kenakannya saat itu adalah kecamata berlapis besi? Sehingga dia tidak bisa melihat Carra? Sungguh keterlaluan!
Sang dekan mengangguk pada Carra agar Carra cepat memperkenalkan dirinya
"Carra. Nama saya Carramella Araganta" Sahut Carra dengan sopan
Seandainya saja bukan Carra yang dijodohkan dengannya, itu berarti dia adalah pria yang memiliki mata jelalatan, sudah! Anggap saja begitu!
"Baiklah. Nama yang bagus" Pujinya dengan mengangkat alis dan tersenyum, sungguh tampan.
Kemudian, Juan memulai argumennya.
Ia bercerita tentang semua dunia kerjanya, mulai dari awal dirinya merintis karir, lika likunya dalam meneruskan perusahaan sang ayah dan juga mendirikan perusahaan sendiri. Sampai pada kesuksesan luar biasa yang sekarang di raihnya.
Ia menceritakan semuanya secara detail, bagai tidak ada yang terlewat sedikitpun. setiap kata yang keluar dari mulutnya benar benar terasa manis, Carra dapat merasakannya. Mungkin saja para mahasiswi juga tidak akan keberatan jika di suguhkan seminar yang seperti ini, meski harus duduk berjam jam dan mendengarkan ocehannya
Pembahasan yang di bawakannya sungguh menggairahkan, sama sekali tidak ada kesan membosankan. Dia mampu membawa cerita dalam kesan menyenangkan
Yah, tapi walaw begitu para mahasiswi itu harus menelan rasa kecewa karena Juan yang sudah selesai dengan materinya
Carra biasa saja, ia kemudian hanya memandang kepergian Juan dengan dekan menuju kantor para dosen
Yasudah, sepertinya Carra harus buru buru pulang, tidak ada kelas setelah ini
********
Juan buru buru pulang saat Max menelponnya dan menyuruh ia segera pulang karena ada acara perjodohan itu
Max memang datang tepat empat hari setelah Juan di LA, bahkan Juan tidak mengerti mengapa Max begitu terburu buru mentukan perjodohannya
Juan menghentikan mobilnya saat melihat seorang gadis yang berdiri di kap mobilnya seperti kebingungan, nampaknya mobil gadis itu mogok
Juan yang hari itu memang melarang para pengawal untuk mengawalnya hanya berjalan sendiri menghampiri gadis itu
"Butuh bantuan?" Tanyanya, dan gadis cantik itu hanya menoleh
"Apa kau butuh bantuan nona Carramella Araganta?" Tanyanya sekali lagi saat tak mendapat respond dari Carra
"Carramell" Kata Carra membenarkan namanya, yah. Dia tidak perlu menyebutkan nama lengkap Carra
"Apa aku bisa menolak bantuan mu tuan Zhucarlos?"
"Sepertinya tidak Carramell. Mobilmu kehabisan bensin, dan kau hanya dengan aku disini"
Ucap Juan,
Ahh sial. Bagaimana mungkin Carra melupakan hal itu.
Jalanan itu memang sepi dan jauh dari tempat isi bensin, dan biasanya memang jarang ada yang lewat di jalanan tersebut. Sepertinya Carra sial karena buru buru dan salah memilih jalan
"Aku akan mengantarkanmu pulang. Nanti aku akan suruh tukang derek untuk mengamankan mobilmu!"
Sahutnya, Carra terdiam.
Ragu untuk menerima tawaran bantuannya, tapi tidak mungkin juga dia berdiam sendiri disini dan menolak bantuan Juan, akan bahaya jika dia sendiri di tempat sepi
Dan yasudah, Carra menerima bantuannya, toh sekarang dia juga tidak tau akan di jodohkan dengan Carra. Hanya itu yang Carra fikirkan
"Bagaimana?"
Tanyanya, Carra mengangguk
Juan membukakan pintu mobil untuknya, di kursi penumpang, lalu Juan beralih ke kursi kendali
Tak lama mobil melaju, meninggalkan jalanan sepi tersebut. Juga meninggalkan mobil Carra yang kehabisan bensin itu
******
Keduanya hanya saling terdiam sepanjang perjalanan sampai kemudian, suara Juan memecah keheningan
"Carra, kau kuliah smester akhir bukan?" Tanyanya mengawali pembicaraan yang hanya di jawab anggukan oleh Carra
"Kauu...."
"Turunkan aku di halte bus depan" Pinta Carra
"Aisshh, tidak mungkin aku menurunkan gadis di tengah jalan!"
"Kau tidak harus menurunkan aku di tengah jalan, kau bisa menepi dulu ke pinggir tuan" Sahut cuek Carra
"Bukan itu maksudku nona!"
"Aku ingin naik bus saja"
"Biar aku mengantarkanmu sampai ke rumah, kau mahasiswi cerdas kesayangan dekan sepertinya"
"Lantas?"
"Jangan sampai aku di anggap buruk olehnya karena tidak mengantarkanmu"
"Hey, memangnya kau siapa?"
"Anggap saja aku investor besar di campusmu dan kau harus menuruti apa kataku!"
Kata Juan dengan sombongnya
Carra hanya mendengus mendengarnya, sungguh dia benar benar pria yang sombong
"Baiklah, kalau begitu biar aku turun saja!" Ancamnya sambil memegang handle pintu mobil, seolah akan siap loncat dari mobil yang tengah melaju jika Juan tidak berhenti
"Coba saja!"
Sahut enteng Juan, dan membuat Carra semakin jengkel padanya. Bagaimana mungkin Carra akan menyianyiakan nyawanya dengan loncat dari mobil yang tengah melaju. Yang benar saja!
"Mengapa tidak lompat?" Tanya Juan yang memang yakin, Carra tidak akan melakukan hal gila macam itu.
Memangnya dia punya nyawa berapa?
"Aku masih waras!" Ketus Carra dan membuat Juan hanya tersenyum miring mendengarnya
Benar benar kesan pertama yang menyebalkan berada di dalam satu mobil dengan sang calon suami!
Carra mengutuki dirinya sendiri
/*/*/*/
Like and Koment Guys😍❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Nofriyanti Vivi
alah agk ilfil msa blm nikah udh punya anak..mnding sm abram.
2021-10-24
1
Iiq Rahmawaty
thor tolong jelasin donk knpa juan tiba2 sudh punya gadis kecil
2021-10-18
1
Iiq Rahmawaty
dsni juan sudh jatuh hati sma caramel..dan klo sampe dia tahu klo wanita yg dijodohkn nya itu si caramel psti juan tdk akn mlepasknnya..
brarti akn ada cinta segitiga ni nnti antara cara dan 2 persepupuan
2021-10-18
1