Episode 20

"Kiana...?" Ucap Gadis itu

Kiana tersenyum, kemudian Kiana melepaskan pelukannya dari Aslan lalu menggenggam tangan Aslan, "Apa yang membawamu ke sini Sylvia?" Ucap Kiana yang memanggil Gadis itu dengan nama Sylvia

Sylvia menghela nafasnya, kemudian Sylvia melihat ke arah Evan yang tengah berada di bawah tekanan Sihir Gravitasi sebelum akhirnya melihat ke arah Aslan, "Bisakah kamu melepaskan dia terlebih dahulu?" Ucap Sylvia kepada Aslan

Aslan menghela nafasnya, kemudian Aslan menjentikkan jarinya, Seketika saja Sihir Gravitasi yang menekan Evan langsung menghilang

Kemudian Evan segera berdiri dengan sempoyongan sembari melihat ke arah Aslan, "Aku akan mengingat hal ini... Tunggulah pembalasanku..." Ucap Evan

Beberapa langkah berikutnya, Evan berhenti sejenak dan menatap Sylvia dengan tatapan tajam, "Cih..." Decak Evan

Setelahnya, Evan segera berjalan pergi meninggalkan Kantin Akademi dengan tubuhnya yang babak belur dan berjalan penuh ketidakseimbangan

Sylvia melihat kepergian Evan sebelum akhirnya menghela nafasnya lalu melihat ke arah Aslan dan Kiana, "Kekerasan tidak di perbolehkan di dalam Akademi" Ucap Sylvia

"Kekerasan...? Jadi... Penindasan yang dia lakukan kepada orang lain di perbolehkan di dalam Akademi?" Ucap Aslan

Sylvia menggelengkan kepalanya, "Tidak, Akan aku pastikan Evan akan menerima apa yang pantas dia terima" Ucap Sylvia

Kemudian Sylvia mengambil 3 langkah maju mendekat ke arah Aslan, Sylvia terlihat tengah memperhatikan Aslan dengan seksama

Merasa ada yang aneh mengenai Gadis yang ada di hadapannya itu, Aslan melihat ke arah Kiana, "Kiana... Siapa Gadis ini?" Ucap Aslan bertanya kepada Kiana

Kiana tersenyum lalu mempererat genggaman Tangannya kepada tangan Aslan, "Dia adalah Ketua Dewan Siswa, Sylvia Victoria, Dia memperkenalkan dirinya pada saat kita baru masuk ke Akademi, itu wajar jika kamu tidak mengenalinya karena kamu Tertidur sewaktu Sylvia melakukan Upacara Penyambutan Murid baru" Ucap Kiana

"Benarkah...? Gadis ini benar benar Seorang Ketua Dewan Siswa?" Ucap Aslan bertanya kepada Kiana

Kiana mengangguk, "Ya, itu benar Aslan, Meskipun Sylvia masih Kelas 1 sama seperti Kita, namun dia mendapatkan Gelar Khusus yang membuatnya di pilih langsung oleh Ketua Dewan Siswa sebelumnya untuk menempati Posisi Ketua Dewan Siswa" Ucap Kiana

Kemudian Kiana memalingkan pandangannya dari Aslan, "Dan juga... Aku... Aku berteman dengan Sylvia tanpa sepengetahuanmu Aslan... Aku... Aku... Aku minta maaf karena... Karena aku memiliki Seorang teman tanpa persetujuanmu..." Ucap Kiana

Aslan tersenyum, kemudian Aslan membelai rambut Kiana dengan lembut, "Kamu tidak perlu meminta maaf Kiana, kamu bisa berteman dengan siapapun yang kamu mau dan aku tidak akan pernah mempermasalahkannya, lagipula aku senang karena akhirnya kamu memiliki seorang Teman, itu bisa membuatmu semakin mudah untuk bersosialisasi" Ucap Aslan

Kiana tersenyum bahagia, "Terima Kasih Aslan..." Ucap Kiana

Sementara Aslan dan Kiana saling bermesraan satu sama lain, Sylvia masih memperhatikan Aslan dengan seksama

Mereka semua menjadi Pusat Perhatian bagi semua Murid yang ada di sana, seperti mendapatkan Tontonan Gratis namun menarik, seluruh Murid yang ada di Kantin mencoba memperhatikan hal itu dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya

Setelah beberapa saat kemudian, Sylvia tersenyum lalu berhenti memperhatikan Aslan dan melihat ke arah wajah Aslan, "Sekarang aku tau kenapa Kiana selalu saja membicarakan tentang dirimu, bagiku juga sama, kamu adalah Tipikal Suami idamanku" Ucap Sylvia

Sylvia melangkah maju mendekat ke arah Aslan lalu berhenti tepat di depan Aslan yang tengah bergandengan tangan dengan Kiana, "Mari kita mulai dari perkenalan diri, Namaku Sylvia Victoria, Umurku 17 Tahun, Aku adalah Vampir Berdarah Murni, Anak Ke 2 Dari Keluarga Bangsawan Victoria sekaligus Murid Bimbingan Langsung di bawah Akademi" Ucap Sylvia memperkenalkan dirinya

Aslan tersenyum, "Aslan Nokin, 18 Tahun, Vampir Berdarah Campuran, dan aku tidak berasal dari Keluarga Bangsawan manapun" Ucap Aslan memperkenalkan dirinya

Sylvia tersenyum manis saat Aslan memperkenalkan dirinya, "Jika saja kita bertemu lebih awal, mungkin kita bisa memiliki sesuatu yang lebih special..." Ucap Sylvia

Aslan tak tau apa yang Sylvia maksud dengan sesuatu yang special, namun, karena Sylvia adalah teman Kiana, maka tidak ada salahnya bagi Aslan untuk memasukkan Sylvia sebagai orang yang ingin Aslan lindungi

"Karena kamu berteman dengan Kiana, aku harap kamu bisa akrab dan juga dekat dengan Kiana" Ucap Aslan

Sylvia tersenyum manis saat mendengar ucapan Aslan, "Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah menganggap Kiana sebagai Sahabat Terbaik ku, aku akan selalu ada di sisinya apapun yang terjadi" Ucap Sylvia

Wajah Kiana memerah saat mendengar kata kata dari Sylvia

Beberapa saat Setelahnya, Sylvia melihat ke sekelilingnya dan menyadari bahwasanya dirinya menjadi Pusat Perhatian seluruh Murid yang ada di kantin

"Sepertinya Kita menarik terlalu banyak perhatian, dan karena aku masih ada pekerjaan yang harus di urus, aku pamit undur diri" Ucap Sylvia

Aslan tersenyum, "Baiklah..." Ucap Aslan

Sylvia tersenyum, lalu membungkuk 30° sebelum akhirnya pergi meninggalkan Aslan dan Kiana untuk mengurus pekerjaannya

Aslan mempererat genggaman Tangannya kepada tangan Kiana, "Apa kamu lapar?" Ucap Aslan

Kiana tersenyum manis, "Ya, aku lapar" Ucap Kiana

Kemudian Aslan menarik tangan Kiana dan membuat Kiana jatuh ke dalam pelukannya, "Aku penasaran apa yang mereka sajikan hari ini..." Ucap Aslan

Wajah Kiana memerah, namun Senyuman manisnya tak pernah pudar, "Ya... Aku juga penasaran..." Ucap Kiana

...----------------...

Malam Hari

Distrik Perbelanjaan

Aslan dan Kiana baru saja selesai berbelanja, ada 2 Tas yang penuh dengan Perbelanjaan yang di bawa oleh Aslan sementara Kiana membawa Keranjang kecil yang berisi Sayuran

"Aslan, Kamu suka apel?" Ucap Kiana bertanya kepada Aslan

"Apel itu manis, tapi tiada yang lebih manis dari dirimu Kiana" Ucap Aslan menggoda Kiana

Langsung saja wajah Kiana memerah karena malu saat Aslan menggodanya

Kiana mencoba membuang pandangannya dari Aslan sementara kebahagiaan terus meledak di dalam dirinya

Aslan tersenyum kemudian menarik Kiana jatuh dalam pelukannya, sontak saja hal itu membuat Wajah Kiana semakin memerah karena Aslan memeluknya di tengah ramainya pengunjung yang ada di Distrik Perbelanjaan

"A-aslan..." Ucap Kiana

Aslan tersenyum saat melihat Keimutan Kiana yang tak tertahankan itu, "Kamu sangat imut Kiana..." Ucap Aslan

Tak Kuat menahan rasa Malunya, Kiana membenamkan Wajahnya di tubuh Aslan dan tak berani untuk menatap Aslan

Aslan terus bermesraan dengan Kiana sepanjang perjalanan mereka untuk pulang ke Rumah

...----------------...

Di Depan Rumah Aslan

Aslan dan Kiana akhirnya sampai di rumah, Kemudian Kiana membuka Pintu yang terkunci dengan Kunci yang dia bawa lalu segera membuka Pintu Rumah

Sesaat sebelum Aslan masuk ke dalam Rumah, Aslan seperti mendengar sesuatu dari arah belakangnya

Saat Aslan membalikkan tubuhnya ke belakang, Aslan hanya mendapati Jalanan kosong dan tak ada orang sama sekali

(Itu aneh... Suara apa itu barusan...?) Ucap Aslan dalam benaknya

Kemudian Aslan menaruh tas belanjanya di dekat Pintu untuk melihat apakah ada sesuatu yang telah membuat suara yang dia dengar barusan

"Aslan...?"

Terdengar Suara Kiana memanggil Aslan dari dalam Rumah

Kemudian Aslan mengarahkan pandangannya ke arah Kiana, "Kiana, tetaplah di rumah dan kunci pintunya" Ucap Aslan

Kiana mengangguk, kemudian Kiana segera mengambil Tas Belanjaan yang ada di dekat Pintu lalu segera Menutup dan mengunci Pintu Rumah

Aslan berjalan menyusuri Jalanan Kosong, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan itu

Kereta Kuda berhenti di pinggir Jalan, namun Aslan yakin bahwa itu bukanlah suara yang di hasilkan dari Kuda maupun Kereta Kuda

Suara Suara aneh itu bergema, namun tampaknya Suara itu hanya bisa di dengar oleh Aslan karena Aslan Melihat bahwa semua orang yang ada di sana tengah melakukan pekerjaan mereka masing masing dan tampak tak mendengar apapun

Suara itu berdecik dan gemersik, tak jelas seperti apa, namun suaranya terdengar jelas

Saat Aslan melihat ke arah Bulan Purnama yang berada di langit, Aslan melihat sesuatu yang melayang di atas langit dan berada tepat di depan Bulan Purnama

Itu adalah sebuah Bola Cahaya Berwarna Biru, dia melayang tepat di depan Bulan Purnama, dan bisa di pastikan bahwa Suara itu berasal dari Bola Cahaya Berwarna Biru itu

(Apa itu...?) Ucap Aslan dalam benaknya

Tepat sesaat setelahnya, Bola Cahaya itu melesat dengan cepat ke arah Selatan

Merasa terkejut saat Bola Cahaya itu melesat dengan cepat, Secara Reflek Aslan langsung mengejar Bola Cahaya itu

...----------------...

Di Sebuah Hutan

Sekarang Aslan berada di tengah sebuah Hutan

"Secara tidak sadar aku mengikuti Bola Cahaya itu tanpa sepengetahuanku sendiri..." Ucap Aslan

Setelah menelusuri Hutan itu selama beberapa waktu, Aslan kembali mendengar Suara yang sebelumnya di Hasilkan oleh Bola Cahaya yang dia kejar

Mengikuti kemana sumber suara itu berada, Aslan tanpa Ragu melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah Sumber suara itu

Beberapa waktu kemudian, Aslan Tiba di sebuah Goa yang cukup besar

Di dalamnya gelap gulita, tak ada secercah cahaya sedikitpun, namun, Suara itu datang dari dalam Goa

Rasa Penasaran Mulai memenuhinya, Kemudian Aslan langsung masuk ke dalam Goa itu

...----------------...

Setelah berjalan cukup jauh ke dalam Goa, Aslan melihat banyak sekali batu bercahaya yang memancarkan Cahaya berwarna Biru

Itu tidak terlihat dari Luar Goa karena Goa itu mengarah ke bawah Tanah

Setelah berjalan menyusuri Jalan yang ada di Goa itu, Akhirnya Aslan sampai di sebuah Tempat

Tempat itu cukup Luas, di sekeliling tempat itu di penuhi oleh Batu bercahaya biru yang menerangi, dan di tengah Tempat itu terdapat 2 Buah Batu yang berbentuk seperti Telur Raksasa

Ada sebuah Batu berbentuk Persegi panjang berdiri tepat di tengah Kedua Batu berbentuk telur itu, dan disanalah Bola Cahaya biru itu berada

Aslan menghela nafasnya lalu berjalan menghampiri Bola Cahaya itu, "Aku mengikutimu sampai ke sini, dan aku tidak tau apa sebenarnya ini semua..." Ucap Aslan

Bola Cahaya itu terbang ke Langit Langit Goa, beberapa detik kemudian, Bola Cahaya itu meledak dan berubah menjadi sebuah Kubah yang menutupi seluruh tempat itu

Kubah itu memancarkan aura dingin yang menggigit kulit, namun itu tak mempengaruhi Aslan sama sekali

Di Batu Persegi panjang yang berada di tengah Kedua Batu yang berbentuk seperti Telur, serbuk serbuk Cahaya biru mulai membentuk sesuatu

Tak lama setelahnya, Serbuk Serbuk Cahaya biru itu telah selesai membentuk apa yang ingin mereka bentuk

"Aslan Nokin..."

Suara lembut dari seorang Wanita terdengar di telinga Aslan

Terpopuler

Comments

Nur Tini

Nur Tini

selalu suara perempuan bila ada pesan yg akan disampaikan oleh sang penguasa

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!