Ternyata menyala

Marni mendekati teman nya yang juga pembantu di rumah ini, Ia sedikit kaget karena anak juragan mereka meminta kunci kamar Maharani. Entah karena Andrew baru datang, Jadi ia belum tau apa yang sudah terjadi selama satu tahun belakangan ini.

"Kenapa kamu Mar?" Diah bertanya heran karena Marni malah termenung.

"Aden tadi minta kunci kamar nya Nona Maharani." Ucap Marni pelan.

"Hah?! Terus kamu jawab apa lah." Diah sampai menghenti kan aktivitas nya yang sedang melipat kain.

"Aku bilang kalau tuan besar yang pegang kunci." Sahut Marni.

Diah terdiam dalam pikiran nya sendiri karena firasat nya tidak enak, Ia dan Marni bukan lah pembantu baru di rumah ini. Dan selama satu tahun belakangan, Mereka kerap mendengar suara yang menakut kan.

Semula tidak terlalu ketara dari mana asal suara itu, Kini mereka baru tahu bahwa suara tangisan itu berasal dari kamar Maharani. Namun saat dulu akan di bersih kan, Kamar itu tidak ada apa apa sama sekali.

Nyonya mereka sudah berharap bahwa itu memang Maharani, Namun tidak ada gadis itu di dalam kamar. Laras hanya bisa menelan kekecewaan dan kembali berduka.

"Udah jangan bahas Non Rani terus, Kasihan bu Laras." Ucap Diah.

"Aku sebenar nya sangat penasaran loh Mbak, Kemana lah hilang nya Non Rani." Marni berkata lirih.

"Kalau menurut ku dia sudah meninggal." Ujar Diah.

Diah memang peka terhadap mahluk halus, Firasat nya tak pernah salah jika menebak hal yang berbau mistis. Dulu ibu nya hilang karena hanyut di sungai, Diah yang berhasil menemukan nya di pengkolan tanjung.

Namun ia sudah menunggu juga untuk melihat keberadaan nya Maharani, Sampai sekarang ia tidak bisa menemukan atau penampakan di mana Rani harus di temukan.

"Sudah, Kerja sana." Diah menyuruh Marni berberes rumah lagi.

Marni usia nya dua tahun di bawah Diah, Mereka sudah seperti kakak adik yang selalu bersama. Hanya Diah lebih cantik dari Marni dan sifat nya juga lebih kalem.

Tidak seperti Marni, Yang sangat petakilan bocah nya. Marni membantu Laras yang sedang menata makanan untuk Andrew yang baru datang dari kota.

Tak lama datang lah Andrew dan juragan Adi yang tampak bahagia ngobrol bersama, Mereka duduk di meja makan sambil bersenda gurau bersama. Namun ujung hidung Andrew mencium bau yang tidak biasa.

"Kenapa nak?" Laras bertanya karena Andrew mencium ayam semur buatan nya.

"Kayak ada bau gitu ya bu." Ucap Andrew mencari sumber bau.

"Bau apa yang kamu omongin! Yang ada bau wangi to." Juragan Adi mengambil bagian paha ayam.

Andrew yakin bahwa penciuman nya tidak mungkin salah, Laras menatap putra nya tampak gelisah. Secercah harapan muncul di hati wanita ini, Ia memang sudah ihklas jika memang Maharani sampai di bunuh orang dan sudah meninggal.

Yang Laras ingin kan adalah jasad walau hanya tinggal tulang belulang saja, Setidak nya ia bisa memakam kan sang putri dengan layak.

"Ibu jangan sedih terus, Makan to bu biar ndak kurus kering begini." Juragan Adi menatap istri nya nelangsa.

"Memang sudah badan ku kecil loh mas." Kilah Laras.

"Makan ya bu, Mas juga sedih loh melihat mu seperti ini." Juragan Adi sampai menyuap kan nasi kedalam mulut istri nya.

Hati Andrew ikut memelas melihat keadaan ibu nya yang sangat kurus, Mungkin saja Laras hanya berkata ihklas di mulut. Tentu nya ia sangat marah dan berduka karena sang putri yang telah hilang.

Bahkan hidup atau mati nya pun ia tidak tahu sama sekali, Membayang kan jika Maharani sampai di siksa oleh para penculik nya. Tentu Rani sangat merasa kan penderitaan yang tidak main main.

"Udah to cup cup! Malah nangis to bu." Juragan Adi mengusap air mata istri nya.

"Sebenar nya Rani kemana to mas? Putri ku kemana mas?!" Laras terisak isak.

Jika sudah membahas masalah Rani, Sudah pasti Laras akan menangis histeris begini. Hanya juragan Adi yang bisa menenang kan istri nya, Berusaha memberi kan janji untuk menemukan Maharani.

"Maaf kan mas ya bu, Maaf karena tidak bisa menemukan putri kita." Juragan Adi memeluk tubuh kurus istri nya.

Andrew yang menyaksi kan pemandangan ini sangat tidak kuat, Ia pergi kearah samping rumah dan menangis di sana. Tampak nya keadaan rumah selama satu tahun ini, Di penuhi dengan duka yang mendalam akibat hilang nya gadis mereka.

Wuusshh.

Angin dingin menyapa punggung Andrew sehingga membuat nya terjingkat kaget, Bau amis bercampur dengan bunga melati juga menusuk hidung. Ia berbalik dan ternyata di belakang nya ada kamar Maharani.

Andrew berusaha mengintip dari luar jendela, Namun tidak terlihat sama sekali. Padahal tadi ia sudah meminta kunci kepada ayah nya, Mungkin saja Juragan Adi lupa karena sibuk mengajak putra nya berkeliling melihat kebun.

"Tunggu lah abang datang Rani, Jika itu memang hantu mu. Abang akan mencari siapa orang yang telah mencelakai diri mu." Tekad Andrew.

Karena selera makan nya juga sudah hilang, Andrew memutus kan untuk mengambil mobil nya saja yang masih di tinggal kan di jalanan sana. Entah apa yang sudah terjadi pada mobil nya, Ia bersiap membawa bensin juga dengan di bonceng mang Ujang.

"Itu rumah siapa yang baru bangun mang?" Andrew menunjuk rumah yang kelihatan nya sangat besar.

"Itu nanti untuk pesantren Den, Juragan yang membangun nya. Nama ketua nya kan Adi juga, Jadi juragan merasa punya kembaran." Jelas mang Ujang.

"Oh yang kerap di panggil Abah Adi ya?" Andrew memastikan.

"Iya! Dia abang nya mantan suami bu Laras." Ujar mang Ujang.

Mang Ujang orang lama di sini, Sehingga ia tau berbagai macam cerita yang sudah terjadi. Andrew menikmati pemandangan yang kampung nya suguh kan, Hamparan padi yang mulai menguning serta kebun sayuran lain nya.

"Ini punya juragan juga Den." Ujang menunjuk salah satu sawah.

"Udah siap panen tu mang." Sahut Andrew.

"Rencana nya kan nanti malam mau ada acara syukuran atas hasil panen yang melimpah, Juragan biasa mengadakan acara begitu." Ujar Mang Ujang.

"Seru kayak nya, Semoga nanti ada yang sebaya dengan ku." Harap Andrew.

Tiba lah mereka di mobil Andrew yang tetap terpakir di sana, Segera pemuda ini membuka kunci. Betapa kaget nya Andrew, Karena mobil nya bisa hidup tanpa ada yang rusak atau pun habis bahan bakar.

"Loh kok mau nyala! Tadi malam rusak." Kaget Andrew.

"Aden tidak numpang lewat mungkin, Jadi di tegur sama penghuni kampung." Cetus mang Ujang.

Andrew tidak membantah karena memang iya, Tadi malam ia melewati malam yang sangat berkesan dalam hidup nya selama dua puluh tujuh tahun ini.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒆𝒘 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂𝒏𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈" 𝒚𝒈 𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊 𝑴𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂𝒏𝒊

2024-04-27

0

A B U

A B U

next.

2024-04-04

1

Ass Yfa

Ass Yfa

wah namanya suami Laras juga Ada, tak kira ustad Adi

2024-03-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!