Diah

Diah terdiam kaku di atas ranjang nya, Mata gadis ini melotot tidak berkedip karena suatu pengaruh. Rasa nya ia ingin menjerit sekuat tenaga, Namun suara ini tidak bisa keluar dari mulut nya.

Tepat di atas tubuh Diah yang terbaring kaku, Ada hantu wanita dengan wajah rusak dan menatap Diah tajam. Sudah sering Diah melihat penampakan, Tapi baru kali ini yang bentuk nya sangat lah menyeram kan.

Bola mata yang keluar hampir menyentuh pipi Diah, Tetes darah juga mengalir membasahi wajah pembantu cantik ini. Separuh wajah hantu ini hancur, Namun Diah mengenali siapa sosok tersebut.

"Kau jahat padaku..."

Desis Maharani dengan suara yang sangat serak menyeram kan, Diah akhir nya bisa menyebut nama tuhan nya. Dan segera lari dari dalam kamar nya yang kecil, Tergesa gesa bersembunyi di dapur.

"Tolong aku ya Allah...Maaf kan mbak, Rani." Desis Diah menggigil ketakutan.

"Aaarkhhh!"

Kini di hadapan Diah, Maharani mengngesot mendekati diri nya yang berjongkok di dekat kulkas. Tampak darah terus mengucur deras dari kaki yang terpotong.

"Jangan dekati aku...Maaf kan aku." Isak Diah menangis ketakutan.

"Sakit mbak! Mereka menyiksa ku mbak." Rintih Maharani semakin mendekat.

Tidak bisa lagi Diah mundur karena punggung nya sudah terbentur tembok, Sedang kan Maharani sudah berada di hadapan nya dengan wajah yang hancur seperti di parut.

"Aku dulu cantik kan mbak?" Wajah Maharani kembali cantik.

"Jangan ganggu aku." Pekik Diah sangat takut.

"Mereka merusak nya begini mbak." Maharani entah dari mana mendapat kan parutan keju.

Sreeek.

Sreeekk.

Daging di wajah nya terkikis oleh parutan besi itu, Darah menyembur sampai membasahi wajah Diah. Pembantu ini pingsan lemas karena tidak kuat melihat penampakan Maharani yang terus meneror nya.

"Mbak Diah kemana sih?"

Marni keluar dari kamar karena tidak menemukan Diah di ranjang nya, Di susul kedapur karena mengira ada pekerjaan. Suasana dapur sangat gelap, Agak merinding juga si Marni.

"Aku kalau ndak butuh uang, Ndak bakal aku mau kerja di sini." Rutuk Marni yang memang penakut.

Cukup tragedi saat di Pura itu saja yang membuat mental nya remuk redam, Gadis polos ini memang tidak tau banyak tentang keluarga Juragan Adi.

"Mbak! Ngapain kok tidur di sini?" Pekik Marni ketika menemukan Diah yang tergeletak.

Berulang kali di guncang nya tubuh gadis cantik ini, Namun Diah bagai kan tidak bisa mendengar apa pun. Marni mencoba menggosok hidung Diah dengan minyak angin.

"Eugghh!"

Akhir nya Diah melenguh dan membuka mata, Ia terjingkat kaget melihat Marni yang berjongkok di hadapan nya. Peristiwa tadi membuat Diah masih sangat ketakutan setengah mati.

"Apa sih mbak?!" Marni malah mepet karena ketakutan.

Diah mengatur nafas nya dan mengajak Marni kembali kekamar, Ia tidak ingin bercerita karena tahu Marni penakut. Dan lagi bocah ini mulut nya sangat lah ember.

"Simpan saja terus rahasia ini mbak, Sampai terkubur bersama jasad mu." Bisik suara di telinga Diah.

" Ya Allah!"

Diah menoleh cepat kearah belakang karena kaget, Telinga nya sangat jelas mendengar suara itu. Marni yang merasa ganjil, Segera ia masuk kamar dan bersembunyi di dalam selimut.

"Lindungi aku ya Allah, Aku mencari uang untuk si mbok ku." Marni berdoa sambil menangis ketakutan.

...****************...

Masih pagi, Namun rumah juragan Adi sudah ribut karena Laras yang menolak ketika suami nya mengajak untuk berobat kedukun. Wanita ini menolak karena dukun adalah perbuatan musyrik.

"Kenapa ibu kok di paksa to Yah? Biar lah kalau ibu ndak mau." Cegah Andrew.

"Ibu kamu ini sudah semakin parah Ndrew, Ayah cuma mau membawa nya kerumah dukun Kuncoro." Ujar juragan Adi.

"Aku tidak mau dukun mas." Teriak Laras menangis.

"Kita kesana itu cuma minta doa bu, Bukan nya mau macam macam." Bujuk juragan Adi melemah.

"Minta doa itu ke ustad mas, Dukun itu bersekutu dengan setan." Laras tetap menolak.

Juragan Adi menghembus kan nafas kasar untuk membuang rasa kesal pada hati nya, Ia duduk di sebelah sang istri yang menangis karena tidak mau pergi kerumah dukun.

"Aku itu cuma rindu sama Rani mas! Wajar kalau ibu rindu pada anak yang nasib nya entah bagai mana." Isak Laras.

"Maaf kan Mas ya, Mas cuma ndak mau lihat kamu gini terus dik! Setiap hari menangisi Maharani, Badan kamu saja semakin kurus." Juragan Adi mengelus kepala istri nya.

Karena pikiran nya yang terus mengarah pada Maharani, Tubuh Laras memang semakin habis karena pikiran yang tidak tenang. Setiap hari ia menangis karena mencari Maharani yang entah di mana.

"Huhuhu Ya Allah, Kenapa aku terus menderita begini." Laras menangkup wajah nya dengan kedua tangan.

"Maaf kan mas dik, Maaf karena tidak bisa menemukan anak kita." Juragan Adi juga ikut menangis pilu.

Andrew menatap iba kepada ibu nya yang seperti itu, Pokok nya ia bertekad akan mencari Maharani bagai mana pun cara nya. Tadi malam ia sempat yakin jika Ayah nya punya andil dalam hilang nya Maharani.

Tapi sekarang setelah melihat pemandangan ini, Hati Andrew menyangkal nya keras. Tidak mungkin pula sang Ayah yang tega menyakiti putri nya.

"Haiish!"

Braak.

Meja di kamar nya jadi korban amukan Andrew untuk meluap kan rasa kesal, Kesal karena merasa sangat bodoh. Kini ia malah mencurigai Denis.

"Yah bisa saja dia yang melakukan nya, Mungkin karena dia tahu kalau Rani menyukai nya." Tebak Andrew.

Ia harus bicara sekali lagi pada anak itu, Mungkin saja ada petunjuk yang mengarah pada hilang nya sang adik. Segera Andrew mengambil kunci motor dan menyala kan kendaraan nya.

"Andrew!"

"Iya Yah."

"Kamu mau kemana? Nanti selepas tengah hari, Temani Ayah dan Ibu." Ucap juragan Adi.

"Kemana Yah?" Tanya Andrew bingung.

"Ayah mau membawa Ibu kamu kerumah mbah Kuncoro, Dia harus di obati agar segera lupa pada Maharani." Ujar juragan Adi.

"Bagai mana mungkin bisa lupa? Kan Rani putri nya Ibu." Protes Andrew.

"Sudah kamu diam saja! Yang penting nanti temani kami." Juragan Adi segera pergi.

Hati Andrew agak tidak setuju karena Ayah nya malah akan membawa Ibu kedukun, Di tambah untuk melupa kan Maharani.

Wajar saja to sebenar nya kalau Laras ingat sang putri, Rentetan masalah masih terus bergulir silih berganti. Apa lagi Andrew kan orang kota, Jadi tidak banyak mengenal orang yang bisa di mintai info.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Andrew segera menuju rumah Denis dengan kecepatan tinggi. Ia harus bicara empat mata dengan anak itu, Bila perlu ia akan mengajak Denis keluar.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝑫𝒆𝒏𝒊𝒔 𝒕𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂

2024-04-27

0

A B U

A B U

next.

2024-04-04

1

Nuryanti 94

Nuryanti 94

smkin penasaran, lnjt kk

2024-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!