Sesuai janji, weekend ini kak Al memberi black card kepada adiknya dan end the gang untuk membeli apapun yang mereka mau. Dengan syarat, membawa serta Rei anaknya yang berusia lima tahun.
Mereka mampir di restoran favorit dulu yang sering didatangi. Para pelayan di restoran itu sudah hapal semua menu yang biasa di pesan dan mengosongkan bilik langganannya itu setiap mereka kesana.
"Ini seriusan mamen, bawa anak kecil di acara kita yang bersejarah ini?" Tanya Geri berbisik ditelinga Dika.(bisik-bisik tetangga nih, Geri)
"Ssttt..anak kecil ini black card kita dodol! Tanpa dia, kita gak bakalan bisa kaya gini!" Menyuruh Geri menutup mulutnya.
"Kalian lagi bisikin apaan sih?" Indra mendekati kedua kawannya karena penasaran.
"Heleh..mau tau aja sih lu, Kepo!" Ujar Geri.
Tak lama, menu pesanan mereka pun tiba dan dihidangkan di meja. Mereka melahapnya sampai tak tersisa.
Sesudah memanjakan perut, kini waktunya memanjakan mata dan memuaskan hati. Pusat perbelanjaan terbesar di kota ini pun jadi pilihan mereka.
"Kita mau beli apaan nih, bos? Jadi bingung," Ucap Iren dengan melirik ke kanan-kiri mencari sesuatu.
"Terserah lu semua, pada mau beli apa. Tenang aja, gue yang bayar!" Sherly menggoyangkan kartu limited nya.
"wuiiiihh..ini gue demen. Uhhuyy..!" Mereka bersorak dan bertos ria.
Saat mereka mau memilih barang, Rei narik tangan sherly sambil memegang itunya. "Aunty, Rei mau pipis!" (ya klean tau kan?Hehehe)
"Aduh Rei, baru mau milih malah kebelet pipis. Ya udah, yuk kita ke toilet!" Menuntun tangan kecil itu sesudah berpamitan kepada temannya.
Rei yang sudah tidak tahan, masuk ke dalam toilet pria tanpa di temenin Sherly. karena anak kecil itu sudah dia ajarkan mandiri. Saat sedang menunggu Rei, seseorang keluar dari toilet wanita.
Seluruh wajah yang terdapat banyak goresan dengan tangan dan kaki terluka sobek, bekas ikatan tali yang kuat yang masih mengikat. Sekujur tubuh penuh bekas pukulan benda tumpul dan tulangnya yang patah.
Wanita itu memandang ke arah Sherly dengan tatapan menyedihkan. Tapi gadis itu pura-pura tidak melihatnya, karena keadaan yang rame banyak orang berlalu lalang. Sherly takut orang menganggap dirinya gila.
Bersamaan itu, Rei keluar berbarengan dengan seorang perempuan yang keluar dari toilet wanita. Betapa terkejutnya saat menatap wajah dan tubuh wanita yang diikat itu, sampai dia menjerit histeris.
"Aaaa...aunty, lihat wanita itu!" Menunjuk ke arah perempuan yang baru keluar dari toilet, sambil menutupi wajahnya. "Di..dia menakutkan! Kenapa tangan dan kakinya diikat?" Bersembunyi di balik tubuh Sherly
Perempuan yang ditunjuk tersinggung dan marah dengan keterkejutan anak itu. "Hei bocah, gue cantik gini di bilang menakutkan. Kamu minta di pukul ya?" Mengayunkan tangan ke arah Rei.
Tapi dengan cepat, Sherly menangkap tangan wanita itu. "Jaga sopan santun anda ya, bu! Keponakan saya cuma kaget melihat itu!" Tunjuk Nya pada lukisan wanita sedang diikat dengan wajah penuh luka. (untung aja)
Perempuan itu menengok ke belakang, ternyata memang ada lukisan. Dia pun malu. "Oh...hehe..maafkan saya ya, dek! Kirain ke tante nunjuknya," Kata wanita itu sambil berlalu pergi.
"Kenapa tiba-tiba ada lukisan kaya gitu?perasaan tadi gak lihat. Hemh..ya udah lah!" Ia pun melangkahkan kakinya dan pergi dari sana sambil bergumam.
Hantu perempuan itu keluar dari lukisan yang sesungguhnya poster pemberitahuan. Dilarang membuang sampah di dalam toilet.
"Huft, untung aja!" Sherly mengelus dadanya lega.
Hantu itu menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya yang terikat."Tolong saya"
"A..aunty..iii...tuu!!!" Tunjuk Rei ketakutan.
"Rei, tenang!" Berbisik dan mengusap punggungnya pelan. "Kita pergi aja, ya. Pura pura gak liat, oke!" "Menarik tangan kecil itu untuk melangkah pergi.
Mereka pun menghampiri teman-temannya yang menunggu di area permainan anak.
"Hey guys, udah dapet incarannya belum?" Tanya Sherly (maksudnya barang ya, bukan orang..hehe)
"Lama bener sih, beib! Kirain lu ninggalin kita," Ucap Iren yang kesel.
"Sorry deh, beib! Tadi ada kendala dikit," Melirik ke belakang dan ternyata hantu itu mengikuti mereka.
Rei yang melihat pun spontan memeluk kaki Dika yang berada di sampingnya. "Om Dika, Rei takut!" Membuat Dika dan mereka semua bingung.
"Kenapa Rei? Apa ada yang nyakitin kamu?Siapa? Coba bilang sama om, biar kita hajar tuh orang!" Geri celingukan tapi tak menemukan orang yang mengikuti mereka.
Melihat Rei masih ketakutan, Indra pun berkata. "Rei takut apa? Coba bilang deh, sama om!" Indra mengelus kepala anak kecil itu.
"Itu!" Tunjuk Rei ke belakang Geri sambil menyembunyikan wajahnya di kaki Dika, karena hantu itu sudah mendekat.
Perkataan Rei, membuat Indra memiting leher sahabatnya itu. "Oh, jadi makhluk ini yang bikin kamu takut Rei?" Geri pun mengaduh dan memukul lengan Indra.
"Stop, guys! Rei bukan takut sama Geri, melainkan kita diikutin Hantu wanita ini!" Lerai Sherly dan menunjuk hantu itu.
"Apa?" Kaget mereka kompak seperti lagi ikut kuis, membuat semua orang menoleh kepada mereka.
"Sssttt," Menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Yaelah, giliran kaget kompakan lu!" Ledek Sherly.
"Gue sekarang jadi merinding mulu deh, kalo jalan ama elu. Ada yang ngikutin, mesti hantu. Hiiiyyy," Iren bergidik sambil memeluk dirinya sendiri (bukan kang Indra ya, catat).
"Emang mukanya serem ya beib, sampai si Rei ketakutan gitu?" Tanya Dika.
"Ya gitu deh, Dik. Mukanya sedikit rusak, sekujur tubuh babak belur sampai tulangnya patah, terus tangan dan kakinya diikat kaya abis disandera gitu!" Terang Sherly.
"Kasihan amat tuh! Coba tanya, dia matinya kenapa? Sapa tau kita bisa nolongin dia dan ungkapin ke keluarganya!" Usul Indra.
Mereka pun mengangguk, "Gue juga pikir gitu! Tapi, gak bisa ditanya disini juga kali. Elu mau, dibilang gila?" Sherly buka suara.
"Iya juga! Terus, cara nolongin nya gimana, guys?" Tanya Geri.
"Gak tau juga nih, kita pikirin nanti deh!" Sherly ikut bingung.
"Ya udah, kita bawa kemana nih? Apa ke basecamp aja biar ditemenin sama hantunya Pak Handoko, gitu?" Usul Iren. "Kan sama-sama hantu, mungkin bisa saling ngobrol. Hehehe"Lanjutnya.
"Bener juga tuh kata bebeb gue. Ayo, buruan!" Ajak Indra menarik tangan pacarnya.
"Huuuuuhhhh," Mereka menyoraki pasangan yang baru jadian minggu lalu itu.
"Gimana dengan Rei? Ini anak belum di ajak main sama sekali! Kita juga belum dapat barang buat di basecamp," Membuat mereka semua bingung.
"Rei udah ga mau main lagi. Rei mau pulang aja!" Rengek si kecil.
"Tapi kan, papa sama mama kamu pulangnya nanti sore, sayang!" Kata Sherly lembut.
"Biarin, Rei pulang ke rumah oma sama opa aja." Terus merengek membuat mereka jadi bahan tontonan.
"Jadi Orang tua kok gitu, sih?"
"Anak merengek, malah dibiarin aja!"
"Masih muda udah punya anak, untung masih ganteng!" Meledek Dika yang menggendong Rei.
Itu sebagian celotehan dari orang yang menonton gratis drama keluarga dadakan. Membuat mereka berlima menundukkan kepala dan pergi ke parkiran untuk mengambil mobil Dika. Kemudian, mereka langsung melaju ke basecamp, tak lupa mengajak hantu wanita itu untuk mengikuti dan masuk ke dalam mobil setelah mengantar Rei ke Rumah Sherly.
Sesampainya di basecamp, mereka turun dan mengajak hantu wanita itu masuk. Ketika sudah berada di dalam, tiba- tiba...
"Papa..!!!!" Teriak wanita itu saat melihat Hantu pak Handoko yang sedang duduk merenung di dekat jendela basecamp.
Ia pun berbalik karena merasa mengenal suara itu."Mama??" Betapa terkejutnya ia melihat kondisi istrinya yang memprihatinkan, "Kenapa bisa begini ma?" Tanya-nya sambil menitikkan air mata dan memeluk istrinya itu.
"Hiks, semenjak papa pergi, tak lama kemudian kami semua diusir dari rumah dan disiksa terus menerus. Hiks, "Menangis tersedu.
Brakk
"Kurang ajar bedebah itu! Akan ku balas kau nanti berkali lipat," Mengepalkan tangan dan menendang kursi.
"Sekarang, anak-anak kita dimana ma?"
"Hiks..Mereka semua sama, disiksa dan mati secara tragi. Dan sedihnya lagi, mama tidak menemukan mereka, pa. Hiks, kecuali anak kita yang paling kecil. Sebelum mama pergi, dia menjualnya dengan harga tinggi!" Tutur istrinya di sela tangisnya.
Mereka yang berada di basecamp cuma merasa merinding melihat kursi kayu tergeletak seperti di tendang.
"Psstttt ... psssttt, Itu kenapa? Apa mereka lagi berantem?" Bisik Iren yang ketakutan.
"Bukan! Itu cuma ungkapan kekesalan saja," Jawab Sherly
"Wah, kita salah dong menyatukan mereka satu ruangan!" Seru Dika
"Bukan itu masalahnya, mereka kesal kepada orang yang sama." Penjelasan yang kurang menurut Iren.
"Maksudnya, gimana sih?" Iren masih bingung.Tuh kan bertanya juga
"Mereka itu suami istri," Jelas Sherly dan mereka cuma ber'oh ria.
"Jadi, ini gimana pak cara bukain ikatannya? Aku coba buka, tetep gak bisa. Walaupun aku bisa nyentuh." Tutur Sherly bingung. "Kasihan kan ibunya kaya gitu terus!" Lanjutnya.
"Ini gak bisa kebuka walopun kamu bisa nyentuh, bahkan saya sendiri pun gak bisa membukanya." Tutur pak Han.
"Terus gimana cara dong pak, supaya ikatannya kebuka?" Tanya Sherly bingung.
Dika yang mengerti akan situasi dengan cuma mendengarkan saja menjadi paham. "Mungkin kita harus nemuin jasadnya si ibu dulu kali, Sher. Supaya bisa ngebuka ikatannya!" Dan Sherly cuma mengangguk.
"Teman kamu benar, nak. Kita harus menemukan jasad saya dulu," Ucap bu Handoko.
"Baiklah kalo begitu, dimana kita bisa menemukan jasad ibu supaya kita bisa bebasin ibu dari ikatan ini?"Tanya Sherly.
"Saya juga tidak tahu tepatnya dimana jasad saya, tapi apa saya bisa menunjukan penglihatan kepadamu nak?"
"Bisa kok bu! Saya bisa melihat kejadian yang sudah terjadi kepada ibu jika ibu memegang tangan saya." Jelas Sherly.
"Baiklah!" Ibu itu mengulurkan tangannya dan memegang telapak tangan Sherly.
Lalu kejadian itu tereka ulang, dimana seorang pria dan wanita serta beberapa bodyguardnya menyiksa bu Handoko dengan kejam. Pria itu mengikat kedua tangan dan kaki nya, kemudian bertubi-tubi menghantamkan tongkat ke badannya sampai babak belur.
Jeritannya memohon ampun, tidak dihiraukan kedua manusia bi*d*b itu. Ia terus menyiksa tanpa ampun, sampai dia mati karena tidak bisa menahan rasa sakit yang teramat itu.
Tempat itu seperti gudang bekas yang sudah terbengkalai. Tidak ada kegiatan produksi disitu, krena tempat itu sepi dan jauh dari keramayan. Dengan lahan yang cukup luas, sehingga jerit tangis pun tidak akan terdengar siapapun.
Setelah mati, tubuh wanita malang itu dimasukan kedalam sebuah tong besar seperti bekas minyak dan dikubur di tempat pembuangan barang bekas yang sudah tak terpakai lagi.
"Tidak!" Spontan Sherly terjatuh mundur ke belakang, tapi tertahan oleh tangan kekar Dika dan langsung di dekati semua sahabatnya.
Keringat dingin membasahi seluruh tubuh dan ia pun gemetaran melihat kejadian yang tragis itu. Sungguh tega sekali mereka menyiksanya.
"Elu kenapa, Sher? Apa yang lu liat?" Mereka mengguncangkan tubuh Sherly.
"Mereka kejam sekali, hiks!" Sherly pun tak dapat menahan tangisannya.
"Emang apaan sih?"
"Me..mereka menyiksanya terus menerus dan membuang mayatnya begitu saja," Ucapnya terbata dan masih gemetaran.
"Gila itu orang! Dimana lokasinya? Biar kita lacak tempatnya dan melaporkan kepada pihak berwajib!" Kata Dika yang menjadi emosi.
"Gue juga gak tahu pasti. Tapi, tempat itu seperti gudang tua bekas pabrik minyak. Karena disitu banyak drum dan bau menyengat seperti bau minyak." Jelasnya.
"Gudang bekas pabrik minyak? Dimana itu ya?" Mereka pun bingung karena tidak tahu.
Saat mereka sedang kebingungan, tiba-tiba suara seseorang mengejutkan mereka dan membuat semuanya menoleh ke belakang. "Saya tahu tempat itu." Kata orang tersebut.
Jeng jeng jeng...
Siapa dia?
Penasaran?sama, othor juga!
Makanya, ikutin terus biar tahu ya.
jangan lupa ritualnya, like, komen, dan vote, juga tekan tip buat Othor yang masih belajar ini.
Hatur nuhun...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like
2021-02-11
0
Sekapuk Berduri
wah kasian bu handoko 😱
2020-12-29
1
Caramelatte
eyoo kakak aim kambekk yuhuuuu mangattzzz
2020-11-29
2