Mereka bertiga terus berteriak memanggil nama kedua temannya yang entah berada dimana. Apa mungkin mereka masuk lebih jauh kedalam hutan belantara.
"Sherly, Dika, gue capek!" Rengek Iren.
"Sabar dong, Ren. Mungkin sebentar lagi mereka ketemu!" Ujar Sherly menenangkan.
Ada yang aneh menurut Sherly. Saat mereka meninggalkan tenda, waktu menunjukan jam sembilan pagi. Jika di hitung waktu untuk mencari Geri dan Indra selama dua jam, di perkirakan waktu sekarang jam sebelas siang. Tapi, hari terlihat sudah gelap. Kemungkinan sekitar jam empat sore.
"Mungkin saja, mendung. Makanya terlihat seperti sudah sore." Batin Sherly. Dia pun kembali bersikap santai seolah tak ada yang terjadi.
Mereka berjalan lagi untuk mencari kedua sahabatnya. Namun, keduanya masih belum ketemu.
Ketiganya terus memanggil nama Indra dan Geri yang masih belum mendapat sahutan. Saat mereka melangkah lagi, terdengar suara menyahuti panggilan mereka yang di yakini adalah suara Geri dan Indra.
"Wei, gue denger suara mereka. Ayo, kita kesana!" Dika menarik kedua tangan gadis cantik di sampingnya ke arah sumber suara.
Sesampainya di sana, terlihat mereka sedang duduk di sebuah bangku warung dengan berbagai hidangan lezat di depannya. Di penglihatan ketiganya, Indra dan Geri sedang bersantai dengan menyantap berbagai makanan enak yang menggiurkan mulut, serta minuman yang bisa menyegarkan tenggorokan yang kering.
Sekering kantong othor yang belum terisi fhoto bapak presiden dan wakilnya itu🤭🤭. Eaaakk
Pertanyaannya. Emang ada gitu, warung di hutan belantara seperti ini? Siapa yang mau jajan di tempat seperti ini? Puncak gunung, lagi.
"Asyem, mereka lagi enak makan tuh, gaes!" Seru Dika kesal.
Sherly dan Iren juga ikut kesal melihat itu. " Kita capek nyariin, tahunya mereka malah pesta di sini!"
Ketiganya hanya menatap sinis ke arah Indra dan Geri yang sedang asyik makan tanpa inget mereka. Ide jahil pun muncul di otak, karena ingin membuat mereka kapok.
"Kita kerjain aja. Pura-pura aja gak liat mereka, dan terus teriakin biar keliatan meyakinkan!" Usul Sherly yang di setujui Dika dan Iren. "Oke!"
Mereka mulai berakting di depan keduanya. Berpura-pura tak melihat, padahal sudah terlihat jelas di depan mata.
"Geri ... Indra ... Dimana kalian?" Terus berteriak supaya meyakinkan.
Walaupun keduanya sudah menyahuti, tapi mereka terus melanjutkan aktingnya.
"Mereka gak ada di sini kali, gaes. Kita cari tempat lain, yuk!" Kata Dika menahan senyum karena Geri tepat di depan matanya sedang melambaikan tangan.
Iren dan Sherly mengangguk. "Iya, bener banget. Gue merinding, sumpah. Di sini angker kali." Bergidik memeluk tubuh Sherly karena Indra di sampingnya.
"Gak usah takut, Ren! Gue mah kagak percaya ama hal begituan. Barangkali mereka gak kesini!" Ajak Sherly menarik tangan Iren cepat, karena tangan Indra akan menyentuh bahu Iren.
Mendengar ucapan mereka, Geri maupun Indra sangat ketakutan. "Kenapa mereka gak bisa liat kita? Apa kita udah masuk ke alam ghaib?" Indra terlihat gemetar ketakutan.
"Gue gak tahu, Ndra. Kita coba tanya Rendi dan Iqbal." Keduanya menoleh ke belakang. "Eh, dimana tuh bocah dua?" Celingukan mencari keberadaan Rendi dan Iqbal.
"Gak tahu, gue. Apa jangan-jangan mereka itu ..."
Booooo
"Aaaaaaaaaaa!" Ucapannya tergantikan teriakan histeris, karena kedua pundaknya di tepuk dengan keras oleh Dika.
"Bhahahahaaaa!"
Ketiganya tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata dan perut terasa keram.
Mendengar tawa renyah dari belakang, sontak keduanya memutar tubuh menghadap mereka. "Asyem, kampret!" Menjitak kepala Dika dengan gemas.
"Kurang ajar lu, bertiga. Gue kira elu semua kagak bisa liat kita beneran. Tahunya malah ngerjain doang. Dasar kampret, lu!" Hardik keduanya dengan kesal.
Dika menepis keras kedua tangan temannya. "Asyem, lu. Pala gue sakit nih!" Rengek Dika mengusap kepalanya. "Lagian, elu berdua yang rese. Masa dapet makanan, kagak inget kita!" Ujar Dika.
"Hooh, nih. Giliran yang enak-enak aja, pada gak inget." Timpal Iren.
Indra dan Geri saling menatap, kemudian berbicara. "Makanan apaan sih? Jangan ngaco, deh." Elak keduanya.
"Lah itu di ... Eh, mana ya. Bukannya tadi ada di situ! Elu berdua lihat juga kan, Sher, Dik?" Iren malah terlihat bingung.
Sherly dan Dika ikut terheran karena warung yang tadi terlihat, sekarang sudah tak ada lagi. "Eh iya, dimana warung tadi?"
"Warung? Warung apaan sih? Gak jelas deh, kalian!" Kata Indra.
"Tapi tadi, ..."
"Ini tuh pintu goa. Mana ada makanan di mari!" Kata keduanya. "Lagian, dari tadi kita cuma muter-muter gak jelas ngikutin si Rendi sama si Iqbal. Bukannya dapet makanan, malah jadi candaan elu semua. Bikin capek sekaligus takut doang!" Keduanya menggerutu dengan kesal.
Sontak ketiga temannya saling berpandangan. "Eh iya, mana dua bocah itu? Apa takut gue sleding tuh orang!" Kata Sherly kesal.
"Kagak tahu, bos. Kita di suruh masuk ke goa, dianya malah hilang!"
Kelimanya hanya diam termenung, memikirkan kemanakah dua pemuda yang sejak tadi bersama Indra dan Geri. Apa mereka kabur karena takut? Ataukah, mereka makhluk halus yang bisa menghilang. Ah, entahlah.
"Ya udah, kita balik aja yuk! Perasaan gue gak enak nih!" Kata Dika mengajak mereka pulang.
Mereka pun mengiyakan ajakan Dika, kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Sesampainya di tempat kemah, perasaan Sherly tak karuan. Seperti ada sesuatu yang terjadi saat ini. Seolah waktu bergulir begitu cepat, sampai mereka tak merasakan apapun kecuali kelelahan.
Langit berubah gelap, suara binatang malam pun terdengar saling memanggil.(sepertinya mereka sodaraan)
"Gua capek banget. Mau tidur dulu, ya!" Renita masuk kedalam tenda, di susul temannya yang lain dengan kompak.
"Gue juga!" Ucap ketiga pemuda itu serempak dengan tatapan kosong dan lesu.
Sherly mengerutkan keningnya karena heran. Gak biasanya mereka bersikap seperti itu. "Hei tunggu. Apa kita gak nyanyi-nyanyi dulu, gitu!"
Tapi mereka tak merespon apapun. Hanya tatapan kosong yang terlihat dari keempatnya sambil berkata, "tak nak!" Seperti adegan di serial film si botak kembar dari negri jiran.
Lagi-lagi Sherly hanya bisa mengerutkan keningnya keheranan. "Ada apa ini? Kenapa mereka seperti gak biasanya? Iren juga biasanya paling bawel, kok sekarang jadi pendiem?" Gumam Sherly.
Tapi, Sherly tak mau berpikir kejauhan. "Mungkin mereka memang lelah. Ya udah deh, kita istirahat aja." Sherly pun menyusul Iren untuk masuk kedalam tenda.
Baru saja ia masuk ke dalam tenda dan merebahkan tubuhnya di samping Iren. Saat matanya hampir terpejam, ia malah mendengar begitu banyak suara di luar tendanya. Ada banyak orang yang berteriak seperti menjajakan barang dagangannya.
"Murah ... murah. Ayo, silahkan di pilih!" Teriakan mereka mengundang rasa penasaran Sherly.
Mata Sherly sontak terbuka lebar. Rasa penasaran mengalahkan rasa kantuk yang sempat menyerangnya tadi. "Ada apa sih, rame banget kayak di pasar?" Ia bergegas berdiri, kemudian menyingkap tirai tenda.
Betapa terkejutnya ia saat membuka tirai tenda. Bukan karena ada mobil, motor, barang elektronik, ataupun hadiah lainnya seperti yang ada di kuis yang terkenal itu. Melainkan ada sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman, juga perabotan dapur yang unik dan antik menurut Sherly.
"Apa-apaan ini?" Ia terheran sampai mengerutkan keningnya.
Baru saja dia masuk tenda saat hari sudah gelap. Tapi sekarang, hari sudah terang lagi. Bahkan, banyak orang yang berlalu lalang di sana dengan pakaian aneh seperti jaman dulu.
"Hah ... jaman dulu! Eh bentar, kok disini ada pasar sih? Bukankah kita ada di puncak gunung, ya. Kenapa bisa ada pasar? Terus, tadi gue masuk ke tenda kan hari udah gelap. Kenapa sekarang udah pagi lagi?" Dia kebingungan di buatnya. "Ah, gue bilang anak-anak dulu deh!"
Namun saat berbalik badan hendak memberi tahu yang lain, dia sangat terkejut lebih dari yang dialaminya tadi. (Untung gak punya penyakit jantung)
Tenda yang tadi dia tempati bersama kawannya yang lain, ternyata tidak ada. Bukan cuma tendanya, tapi teman-temannya pun tidak ada di sana. Bingung pasti, khawatir iya. Karna tak satupun dari mereka terlihat, bahkan diantara kumpulan orang-orang itu.
Sherly berjalan menyusuri pasar tradisional yang begitu ramai, selayaknya pasar modern. Sampai lah ia di sebuah tempat yang cukup luas. Bangunan tua khas jaman dulu, layaknya sebuah istana megah begitu apik terlihat nyata di depan matanya.
Gapura yang tersusun dari bebatuan, nampak kokoh menandakan pintu gerbang suatu kerajaan. Sebuah nama yang diukir dan di pahat dari emas murni, terdapat diatas gapura istana itu.
Tulisan yang pasti tidak di mengerti Sherly, membuat dirinya tak tahu jika itu adalah kerajaan ghaib.
Pepohonan yang rindang, dengan bunga yang bermekaran di sekeliling halaman istana, membuatnya terlihat lebih indah dan enak di pandang mata.
Banyak orang berlalu lalang di halaman istana, dengan memakai baju seragam yang berbeda sesuai karakternya. Sepertinya, mereka prajurit dan para pelayan di sana.
Seorang penjaga menghampiri Sherly yang sedang termenung diluar. Penjaga itu seakan mengajak si gadis, untuk ikut kedalam bersama dengannya.
Tanpa berkata dua kali, gadis itu mengikuti langkahnya sampai kedalam istana. Tempat yang begitu luas dan indah dengan banyak pasang mata menatap kearahnya. Ada pula yang menunduk, seakan memberi hormat kepadanya.
Di singgasana, telah duduk seorang pria dengan memakai mahkota di kepala. Walaupun di usianya yang tak muda lagi, namun masih terlihat sangat tampan dan juga gagah. Di sampingnya pun, ada seorang wanita paruh baya yang masih cantik, yang selalu tersenyum ramah kepada semua orang.
Di kanan dan kiri, sudah berjejer beberapa orang tentu dengan baju kerajaan, seperti di film-film kolosal.
Yang mulia raja tersebut menatap ke arah Sherly, kemudian memanggilnya untuk mendekat.
"Kemari lah cucu buyut ku!" Ujarnya seraya melambaikan tangan. "Aku ingin melihatmu lebih dekat!" Lanjutnya kemudian.
Sherly yang bingung, hanya termenung sesaat. Kemudian, ia berjalan untuk mendekati raja tersebut. Tapi sebelum ia sampai, seorang gadis cantik melangkah melewati Sherly.
Gadis itu mirip sekali dengannya dari segala hal. Namun, ia memakai pakaian kerajaan selayaknya seorang putri.
"Hah, siapa dia? Apa dia ..."
Sebelum pertanyaan Sherly terjawab, sebuah suara mengganggu mereka dengan teriakannya.
"Serbuuuuuuuu!"
**Bersambung ...
Siapa, hayo? Penasaran, kan! Yuk, baca lagi episode selanjutnya**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Nabila
like
2021-01-15
1
Sekapuk Berduri
like 💕
2020-12-24
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
permisi...
asisten dadakan datang ya kak😘
seperti biasa, ninggalin jejak dan like..
Mampir lagi yuk😊
2020-12-14
1