Setelah meninggalkan Reihan di sekolahnya, Sherly melajukan mobil sport merahnya menuju basecamp tempat mereka berkumpul untuk merencanakan sesuatu.
Di luar basecamp, sudah berdiri seorang pria tampan yang sedang menunggu mereka. Belum satu anggota team pun yang terlihat di sana, kecuali Sherly sang ketua team yang baru datang.
"Hai kak, udah lama nunggu? Maaf ya, tadi nganterin dulu keponakan ke sekolah." Ucap Sherly yang baru turun dari mobilnya dan menghampirinya.
"Oh hai, belum lama kok! Saya juga baru nyampe," Sahut Hendri tersenyum ke arahnya.
"Yang lain belum dateng, ya?" Celingukan mencari ke kanan dan ke kiri.
Hendri menggelengkan kepa, "Belum sih kayaknya!"
Tak lama kemudian, dua motor sport berhenti di depan basecamp.
Dika yang baru datang dengan motor sportnya, disusul dengan dua orang pemuda di belakangnya. "Sorry, gue telat!"
"Sorry ya, kita juga telat!" Ucap Geri yang baru turun dari motor Indra.
"Gak apa-apa, kita juga baru dateng kok! Iya kan, Sher!" Ucap Hendri kepada mereka.
"Oke kalo gitu, kita ngobrol di dalem aja deh biar enak!" Usul Sherly kemudian.
Memang basecamp ini jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka, tepatnya pertengahan antara arah rumah semuanya. Tempat ini sudah dari dulunya memang jadi markas mereka.
"Dimana Bapak dan Ibu Handoko itu? Kok gak ada?" Tanya Hendri kepada mereka setelah masuk kedalam dan tanpa sadar membuat mereka heran.
"Eh iya, kok gak ada disini sih!" Sherly menimpali pertanyaan Hendri. "Eh, kok kak Hendri tau kalo mereka tidak ada disini?" Ia tersadar dengan pertanyaan Hendri.
"Iya juga, kok kak Hendri tau mereka tidak ada disini?" Tanya Geri. "Emang, mereka tidak ada gitu sher?" Bertanya dan memalingkan wajah ke arah sherly.
Hendri yang tersadar langsung memberikan alasan. "Itu ... anu ... mm, maksud saya nanya sama kamu, apa mereka tidak disini? Biasanya kan kalo ada makhluk halus terasa hawa dingin gitu!" Alibi Hendri menyembunyikan jati dirinya.
"Oh, gitu maksudnya. Kirain kak Hendri bisa melihat seperti Sherly!" Ucap Dika sedikit mengejek karena tak percaya melihat ada yang aneh darinya.
"Ti-tidak kok! Saya beneran bertanya sama Sherly!" Ucapnya gugup membuat semua mata tertuju kepadanya.
"Udah ah, jangan ribut mulu. Kita harus pikirin rencana kita buat mecahin kasus ini." Lerai Sherly kepada semuanya.
"Ya sudah, kita langsung berangkat aja lah ke lokasi buat ngecek kebenarannya!" Usul Geri kepada mereka.
"Baiklah, karena kita sepakat buat pergi ke sana kita putusin naik mobil saya aja biar kita bisa barengan kesana-nya." Ucap Hendri.
"Kok pake mobil kapten sih? Kita kan bawa kendaraan masing masing. Lagi pula, pake motor lebih cepet nyampenya." Ucap Dika tak setuju.
"Iya, kita pake motor saja biar cepet! Jadinya bisa ngejar waktu. Kan kapten sendiri yang bilang bahwa perjalannya jauh. Kalau kita pake mobil pasti kena macet. Bikin lama dong!" Indra membenarkan saran Dika.
"Tapi saya bawa mobil hari ini, tidak bawa motor!" Hendri terlihat kebingungan.
"Kalo gitu, kapten saja pake mobil. Kita sih pake motor, ya kan gengs!" Kata Geri.
Hendri tak terima dengan perkataan Geri. "Ya, gak bisa gitu dong! Saya kan yang dampingi kalian, jadi kita harus barengan perginya."
Melihat akan terjadi keributan, Sherly pun bertindak. "Betul kata kak Hendri. Kita kesana harus barengan, biar gak tersesat. Lagian kan yang tau tempatnya juga dia."
"Tapi Sher, kalo pake motor kita leb_" Ucapan Geri terpotong karena bunyi ponselnya. "Sorry izin sebentar, gue angkat dulu." Geri pun keluar dari ruangan itu. "Ya hallo, ana apa ma'e?" Ucapnya setelah diluar.
"Hallo lek, kowe nangendi saiki toh?" (Hallo nak, kamu dimana sekarang sih?)" Tanya ibunya di sebrang telpon terdengar sedang khawatir.
"Aku neng basecamp ma'e. Ono opo toh?" (Aku di basecamp bu. Ada apa sih?) Tanya Geri balik.
"Lek gawat, eyang kakungmu melebu nang rumah sakit mau esuk! Ma'e kambe bapak'e wes neng kene, tapi...!"(Nak gawat, kakekmu masuk rumah sakit tadi pagi. Ibu sama bapak sudah disini, tapi....)" Ucapan ibunya menggantung bikin penasaran.
(*U*ntung bukan cinta ya, yang di gantung. Hahaha)
"Opo? Eyang kakung melebuh neng rumah sakit?" (Apa? Kakek masuk rumah sakit?)" Teriaknya membuat semuanya panik dan menghampiri Geri. "Lah terus, piye saiki keadaane?" (lah terus gimana sekarang keadaannya?) Tanya-nya lagi.
"Eyang kakung kepingin ketemu karo awakmu, lek. Jarene ono sing arep diomongi." (kakek ingin ketemu sama dirimu, nak. Katanya ada yang mau dibicarakan)" Kata ibunya. "Ma'e wedi mbok ono opo-opo karo eyang kakungmu. Soale, ora biasane takon awakmu." (Ibu takut ada apa-apa sama kakekmu. Soalnya, tidak biasanya nanyain kamu)" Lanjutnya kemudian.
Geri tampak kebingungan. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Yo wes, neng rumah sakit endi?" (ya sudah, di rumah sakit mana?)" Tanya Geri.
"Neng Rumah sakit kota,"(Di rumah sakit kota)" Jawab ibunya sebelum menutup sambungan telpon.
Helaan nafas berat terdengar dari mulut Geri. Dia menjadi tak enak kepada teman-temannya.
"Sorry guys, kayaknya gue gak bisa ikut kalian deh! Eyang kakung masuk Rumah sakit, nih?" Ucapnya dengan tak enak.
"Ya udah Ger, gak apa-apa. Lagian, eyang kakung lebih penting. Masalah ini biar kita yang urus, elu buruan ke RS aja gih!" Ujar Dika. "Kalau ada apa-apa segera telpon kita, oke?" Lanjutnya lagi.
"heemh, buruan pergi sana. Nih bawa mobil gue!" Sherly memberikan kunci mobilnya.
Walaupun tak enak hati, Geri tetap mengambil kunci mobil Sherly untuk di pakai olehnya. "Thanks ya, kawan! Gue janji setelah eyang kakung sembuh, gue ikut kalian lagi buat mecahin kasus." Kata Geri.
"Udah ah gak usah mikirin yang lain, keluarga lebih penting bray." Indra menepuk punggung Geri.
"Ya udah, gue pergi ya. Sekali lagi, sorry and thank you so much." Geri pun pergi menggunakan mobil Sherly menuju rumah sakit kota untuk menjenguk kakeknya.
"Jadi gimana? Apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Sherly kepada tiga pria itu.
"Oke, let's go!" Seru mereka bertiga.
Dika langsung menarik tangan Sherly. "Beib, lu naik motor gue!"
"Oke lah, abang Dika ku sayang! Pakein dong helmnya!" Perkataan Sherly berhasil membuat Dika merona.
Dengan senang hati, Dika memasangkan helm perlahan ke kepala Sherly. "Manjanya ke sayangan gue," Ucapannya sukses membuat Indra mencibir keduanya dan membuat Hendri panas hati.
Hendri yang sedari tadi menyimak tersenyum kecut."Kapan kita akan nyampenya, kalau disini terus?" Ucap Hendri tak senang melihat kedekatan Sherly dan Dika.
Indra bergegas memberikan helm ke arah Hendri dan mengatakan akan memboncengnya. Namun, Hendri menolah dan dia yang menawarkan diri untuk membawa motor Indra. Tanpa banyak berpikir, Indra mengiyakan permintaan Hendri dengan langsung menurutinya. Dia tak mau berprasangka apapun kepada kapten muda itu.
"Jangan jauh dari saya ya, biar kalian gak tersesat?" Ujarnya kepada Sherly dan Dika.
"Siiipp!" Seru keduanya mengacungkan jempol.
Dua motor dengan membawa empat orang, berangkat menuju tempat yang dimaksud kapten Hendri. Daerah yang cukup jauh dari perkotaan, tempat yang sudah terbengkalai tanpa adanya kegiatan pekerjaan membuat tempat itu terasa begitu sunyi sepi bagaikan kuburan.
Mereka masuk di sambut dengan debu yang menyeruak masuk ke lubang indra penciuman mereka, membuat mereka terbatuk dan bau minyak yang tumpah di ruangan yang kotor menambah polusi di hidung mereka.
Saat mereka masuk lebih dalam ke ruangan itu, tercium bau busuk yang menyengat membuat mereka muntah.
"Uwweeeekkk," Bau bangkai itu menusuk hidung dan membuat tak tertahankan lagi.
"Gila, bau apaan ini?" Dika menutup hidungnya setelah ia memuntahkan isi perutnya.
"Asli, gue gak kuat!" Indra melambaikan tangan dan berlari keluar.
"Gue mau pingsan," Sherly pun tak tahan dengan bau busuk itu.
"Kita harus bertahan teman-teman. Pakailah ini!" Hendri memberikan Masker untuk menutupi panca indra penciuman mereka.
"Kak Hen udah menyiapkan ini semua!"Seru Sherly yang memasang masker menutupi hidung dan mulutnya.
"Iya. Saya tahu kalo ini tidak akan mudah. Kejadian seperti ini sudah saya duga sebelumnya." Ujarnya seraya memperhatikan sekeliling.
"Wei, gawat guys! Ada orang yang dateng kesini. Buruan ngumpet!" Indra berlari masuk ke dalam memperingatkan mereka tak lupa menutup kembali pintu masuknya.
"Waduh, gawat dong! Kita ngumpet dimana?" Tanya Sherly panik.
"Kita kesana aja!" Ajak Hendri menunjuk drum besar tempat menyimpan minyak.
Mereka berlari terburu-buru, bersembunyi di belakang drum yang ada di ruangan itu.
"Gimana sama motor kita?" Tanya Dika saat mereka sudah bersembunyi.
"Tenang, udah gue umpetin di tempat rongsokan di belakang gudang sana!" Indra berbisik karena beberapa orang sudah masuk ke ruangan itu.
[
[
"Bos, mereka minta minyaknya dikirim sekarang juga. Kalau tidak, mereka akan membongkar rahasia kita kepada polisi!" Ucap salah seorang pria dari mereka.
"Kalian tidak usah panik, tenang saja.karena aku sudah mengantongi kartu AS mereka. Hahahaha." Pria paruh baya itu tertawa terbahak.
"Memangnya apa yang bos punya sampai membuat mereka takut kepada kita, bos?" Tanya satunya lagi.
"Kalian lihat saja!" Berkata dengan pasti. "Bawa masuk dia!" Memerintah kepada anak buahnya, untuk menyuruh orang yang baru datang dengan mobil box.
Terlihat, beberapa anak buahnya menyeret masuk seorang wanita muda yang diikat tangannya dengan menutupi matanya juga. Wanita itu meronta meminta di lepas, tapi mereka malah sengaja membiarkannya berteriak dan hanya menertawakan.
Wanita itu memaki dan meludahi si bos, bahkan mengutuk pria itu setelah penutup matanya terbuka. Tapi, pria itu malah tergelak dan menyuruh anak buahnya untuk merobek pakaian wanita muda itu setelah ia menamparnya.
Melihat kejadian itu, Sherly, Dika, Indra dan Hendri yang bersembunyi di balik drum besar merasa sangat geram terhadap sikap mereka yang berani menganiaya wanita tak berdaya. Ingin sekali mereka menghajar si pria brengsek itu. Tapi Hendri menahan tangan mereka supaya tidak bertindak gegabah.
Mereka tak tahu seberapa banyak anak buahnya itu. Takutnya, itu malah membahayakan nyawa mereka semua termasuk wanita itu.
Sherly pun duduk ke tempatnya kembali dengan memundurkan tubuhnya lebih ke belakang. Tanpa sengaja, punggungnya menabrak sesuatu yang sedikit basah dan dingin membuat dia terhenyak. Saat ia menoleh ke belakang, di lihatnya sesuatu yang membuatnya terkejut seketika. Dia pun menjerit namun untung telapak tangan Dika menempel di mulutnya, sehingga jeritannya tak keluar dengan keras.
"Siapa itu?" Mereka yang mendengar sebuah jeritan kecil, menghentikan aksinya untuk melucuti pakaian wanita itu.
Dengan segera, Indra beraksi. "Kuuuciiieeeng ... eh, Meooong." Indra yang tersadar dengan ngeongannya. (hadeuh kang Indra).
"Oh ... meong," Ucap penjahat serempak.
"Huhh selamat!" Mereka mengelus dadanya.
Sherly yang masih di bekap mulutnya memukul pelan tangan Dika."Hmmmpphhh ... Tangan lu asin banget sih, bekas apaan? Pluh ... pluh," Mengelap mulutnya saat tangan Dika terlepas.
"Hehehe, sorry ya. Tadi pagi gue sarapan nasi pake ikan asin, lupa cuci tangan. Masih kerasa ya?" Dika nyengir bagaikan monyet ikut kontes cover boy.
Sherly melotot mendengarnya. "Idih, lu jorok banget sih. Wuekk," Rasanya sangat mual mengingat rasa asin tadi. "Oh ya, di belakang gue itu...?" Ucapnya menggantung karena Dika buru-buru menempelkan telunjuk yang langsung di tepis keras olehnya.
"Sssttt," Dika menempelkan jari telunjuk di bibir Sherly yang langsung di tepis. "Jangan pake itu!" Ucapnya.
"Kalo pake bibir, boleh?" Tanya Dika sambil menaik turunkan alisnya.
"Apalagi itu! Gak boleh!" Ketus Sherly lagi membuat Dika merajuk layaknyaanak kecil.
Indra meledeknya sambil menepuk bahu Dika. "Belum sah, Dik. Sabar!" Dia terkekeh senang karena berhasil menggoda sahabatnya itu.
"Udah jangan bahas itu, yang penting di belakang gue?" Kata Sherly menunjuk ke belakang dengan wajah masih menghadap ke depan.
"Itu penyebab bau yang dari tadi kita cium," Ujar Hendri yang di angguki Dika dan Indra.
"Ja-jadi, i-iituu ...!" Sherly terbata tak bisa berkata dan lagi-lagi diangguki mereka bertiga. Dia hanya bisa menutup mulutnya dengan telapak tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Pink Panther
nyicil 5 likes lagi👍
kutunggu feedbacknya di karyaku Who is He? dah UP lho😁💕
2021-02-16
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangatt
2021-02-11
0
BELVA
absen buat author kece
2021-02-04
0