Hari senin adalah hari pertama di setiap minggu, katanya. Tapi kalo menurut gue sih, sama juga. Hehehe...
Setiap orang lebih sibuk di hari senin. Yang sekolah, yang kerja, bahkan yang pengangguran sekalipun. Hari senin itu sering di jadikan hari upacara bendera bagi mereka yang berada di sekolah atau pun di kantor. (masih apa enggak yah?)
Tak jauh beda dengan rutinitas di rumahnya si entong, yang suka menaikan sesuatu ke tiang dan terus di pandangi sambil mendongakkan kepala ke atas.
Depan toko kelontongnya, seorang pria tua terlihat menaikan sangkar burung ke atas dan sesampainya di atas, ia mendongakkan kepala sambil menaruh telapak tangan. Persis seperti sedang menghormat, karena sinar matahari yang menyilaukan. Dan ia sedikit bergumam, terlihat bagaikan sedang bernyanyi lagu kebangsaan.
"Wah babeh, mentang-mentang hari senin. Kaya anak sekolahan aja. Di luar panas-panasan sambil hormat ke atas. Lagi ikutan upacara ya, beh?" Goda si janda kembang yang saat itu melihat babeh dengan gaya hormatnya dan sedikit bergumam. "hebat ya, babeh gak kalah sama anak sekolahan." Lanjutnya sambil tersenyum dan mengedipkan mata genitnya.
(kaya anak kecil yang baru merangkak aja pake mata genit segala, mbak. Mana mata genitnya?uluh ... uluh)
"Eh, dek Nia. Iya dong, kan abang Beni masih mude, masih strong. Kagak boleh kalah ame jiwa muda!" Ucap babeh masih dengan gaya hormatnya.
"Ih, makin seksi aja si babeh kalo gitu!" Ucapnya dengan nada manja.
"Jangan panggil babeh, dong! Abang aje, ye. Kan bang Beni ini, masih mude. Liat, nih!" Membuka peci kebanggaannya dan memperlihatkan rambut yang beruban.
"Iiihhh ... abang Beni lucu deh! Rambutnya ini sedikit beruban, jadi makin macho ih!" Meliuk-liukan badan kecentilan.
"Mana ade uban? Ini sengaja abang cat putih, biar kaya anak mude yang laen nye." Sambil menaik turunkan alis nya dan mencubit sedikit pipi si jande.
"Iiiihh ... bang Ben nakal!" Memukul pelan lengan babeh dengan tersenyum manja.
Saat si tua keladi sedang beraksi, tiba-tiba, dateng seseorang yang mengagetkan mereka. Dengan suara yang lantang, ia menegur si babeh.
"Oh ... babeh, bagus ye. Di rumah si enyak lagi masakin babeh masakan kesukaan, disini babeh suka-suka ame cewek." Ucapnya lantang bikin babeh gelagapan.
"Sssttt, jangan kenceng ngomong nye! Pelanan dikit, nape. Entar enyak lu denger!" Menggeplak si penegur dengan kopiah nya sambil berbisik.
"Salah sendiri, babeh genit. Kalo enyak tau, entar babeh di sleding loh di jalan aspal sambil koprol." Dia malah nakut-nakutin si babeh(gimane ceritanye ye? Ade-ade aje).
"Ya elu nye jangan ngomong, biar enyak elu kagak tau!" Bisik babeh.
Si janda muda itu hanya bisa menggerutu kesal melihat keduanya. "Kok aku di cuekin sih, malah pada asik ngobrol berdua." Rengek Nia.
Si babeh menoleh ke arah Nia. "Eh dek, ade urusan dikit ame si entong. Jadi di cuekin deh, maaf ye!"
"Ya sudah deh, bang Ben. Aku kesini mau beli beras lima kilo, sama telor satu kilo, sekalian mau bayar uang kontrakan. Ini," Menyodorkan uang merah ke arah si babeh.
"Eh, gak useh dek Nia! Buat adek gratis aje, gak useh bayar yeh." Si babeh modus, memegang tangan Nia sambil nyengir memperlihatkan gigi ompongnya dua di samping.
Nia kegirangan mendengar itu. "Aih ... bang Ben baik bener sih! Jadi makin ganteng, deh!" Senyuman yang bikin hati babeh berbunga.
Melihat uangnya tak di terima, si entong langsung bertindak. "Eh, maaf nih mbak Nia. Uang kontrakan yang megang enyak. Kalo gak nyampe enyak, nanti nagih lagi ke mbak. Biar Dika yang terima aje, yeh. Demi keselamatan bersama. Hehehe." Dika langsung menyambar uang itu sebelum dimasukan balik ke tas Nia.
Babeh melotot. "Tong, elu jangan bikin malu babeh dong. Masa di ambil lagi, sih?" Ucapnya gak enak.
"Babeh milih malu depan mbak Nia, ape di tarik itu perkutut dari sangkarnye!" Ancam Dika yang di bikin babeh bergidik dan menggeleng kan kepalanya.
"Nah, maka dari itu nurut! Udeh tue juge, masih aje ke gatelan. Kasihanilah anakmu yang masih jomblo ini, beh!" Jiwa jomblo Dika merana.
●●●
Kring..kring..
Terdengar bunyi telpon nyaring dari tempat ia duduk. Dengan sedikit kerepotan, ia mengangkat gagang telpon itu dan berbicara.
"Halo ... GRISHELD GRUP disini. Ada yang bisa kami bantu?" Ucap seorang gadis yang duduk di kursi sekretaris.
"....."
"Iya, betul!"
"....."
"Oh, anda ingin membuat janji temu dengan Presdir kami?"
"....."
"Saya harus menyampaikan dulu kepada beliau. Jika sudah di konfirmasi, saya pasti menghubungi anda kembali."
"....."
"Iya pak, terima kasih atas pengertiannya. di tunggu ya, Selamat siang!"
Setelah Sambungan telpon terputus, gadis itu melangkahkan kakinya ke arah ruangan yang besar di depannya.
Tok..tok..tok..
Terdengar suara ketukan dari luar, yang di persilahkan masuk oleh si empunya ruangan.
Terlihat, lelaki tampan di balik kursi kebesaran nya dan di atas meja bertuliskan PRESDIR GRISHELD GRUP.
Setelah di persilahkan masuk, ia berjalan mendekati meja presdir dan membungkuk memberi hormat kepadanya.
"Maaf, pak! Barusan ada telpon dari sekretaris PT ANTAR REKSA, ingin mengajukan janji temu Presdirnya dengan bapak siang nanti di cafe A." Ucap sekretaris itu pada orang di balik kursinya.
"Hemh, apa yang mereka inginkan?" Tanya nya dengan suaranya yang berwibawa.
"Sepertinya, mereka menginginkan kerja sama dengan kita, pak." Jawabnya.
Presdir itu kembali bertanya, "Bagaimana perusahaannya? Bisnis mereka juga bergerak di bidang apa?"
Sekretarisnya pun menjawab. "Perusahaannya cukup besar, pak. Tapi, karena kesalahan anaknya yang gegabah dalam menandatangani kontrak, mereka mengalami kerugian besar. Sehingga, sekarang mereka dalam keadaan valid." Jelas sekretaris itu. "Mereka juga bergerak di bidang yang sama dengan kita, pak." Lanjutnya.
"Apa pikiran mu sama dengan ku, Ren?" Tanya presdir itu.
"Iya, pak. Saya rasa, mereka ingin mendapat dukungan dari kita karena kita adalah perusahaan nomor satu yang menguasai kerajaan bisnis internasional." Jawab sekretarisnya. "Mereka ingin supaya kita membantu kesulitan yang mereka alami sekarang ini!" Lanjutnya lagi.
Sang presdir diam sejenak sebelum berkata. "Baiklah, kalau begitu. Karena kita sudah tahu apa yang mereka inginkan, maka kita harus mempersiapkan segalanya dengan sangat baik. Jangan ada kesalahan!" Lanjutnya dengan nada menekan.
Waktu yang dinantikan pun tiba. Pertemuan kedua pemimpin perusahaan itu, menghasilkan sebuah kesepakatan di antara mereka.
Presdir Aldriansyah adalah seorang pebisnis yang ulung. Ia menguasai segala kecerdikan dan kecerdasan yang dimiliki ayahnya, pak Hadi prayoga. Di usia muda, ia sudah menaklukan empat perusahaan besar dalam waktu setahun.
Sehingga ia mendapat julukan, si RAJA BISNIS dari partner kerjanya dan lawannya pun banyak yang kalah karena kecerdasannya.
Jika perusahaan yang di dukung GRISHELD GRUP menghianati atau menyelewengkan kekuasaannya, maka ia tak segan mengakuisi perusahaan itu.
Banyak yang takut jika berhubungan degannya, tapi tidak sedikit juga yang ingin bekerja sama dan menawarkan keuntungan yang besar untuk kedua belah pihak. Biar sama-sama untung.
"Ren, kamu mau pulang sekarang atau mau mampir dulu ke butik istriku biar ketemu temen kamu yang bawel itu?" Tanya kak Al.
"Emh, gimana bapak aja. Aku pasti ikut!" Kata Iren.
"Ya elah Ren, kalo di luar kantor jangan panggil pak dong! Kakak aja, seperti biasa!" Kata kak Al padanya.
"Hehe..iya kak. Abis, kebiasaan di kantor sih!" Ucapnya sambil nyengir kuda memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Renita memang gadis yang rajin dan tekun. Ia juga termasuk cerdas dan cekatan. Menjadi seorang sekretaris GRISHELD GRUP, bukan hal yang mudah. Tapi, ia membuktikannya masuk ke perusahaan dengan kerja kerasnya sendiri. Walaupun temannya adalah adik sang Presdir, tapi ia tidak meminta bantuannya.
Setengah jam perjalanan menuju butik sang istri, ia pun mengajak Iren turun untuk menemui sahabatnya.
Sherly memang anak yang rajin dan cerdas. Tapi soal pekerjaan, ia memilih untuk menghabiskan waktu di butik kakak iparnya. Padahal, sang Ayah menyuruh memimpin perusahaan yang ia punya supaya kakaknya bisa memegang perusahaan yang ada di belanda.
GRISHELD GRUP sebenarnya adalah perusahaan yang dimiliki Pak Hadi Prayoga. Perusahaan yang tadinya kecil. Karena kecerdikan dan kecerdasan pak Hadi, perusahaan ini berkembang pesat menjadi besar dan memiliki cabang di lima negara. Indonesia, Belanda, Prancis, Rusia dan yang terakhir di china.
"Hay, adek ku yang cerewet. Ada yang mau ketemu kamu, nih!" Teriak kak Al setelah masuk ke butik milik istrinya dan mencium pipi sang istri yang sedang melayani pelanggan.
Pemandangan indah wajah tampan pria yang berusia kepala tiga ini, selalu membuat histeris kaum hawa. Pesona nya memang tak pernah luntur, apalagi dia yang selalu tersenyum ramah menyapa semua orang.
"Wah, gantengnya. Keren abis, ini cowok!"
"Pengen deh jadi pacarnya. Tapi, kenapa dia cium pipi bu Aisyah? Jangan-jangan suaminya!"
"Uuh, manisnya dia,"
Itulah bisikan celotehan para pelanggan yang sedang mengantri di butik milik istrinya.
"Siapa? Jodoh buat aku lagi? Males ah, ngejodohin mulu!" Sherly yang lagi fokus menata rancangannya tidak melihat ke arah kak Al.Ia kesel karena setiap ketemu, kakaknya selalu mengenalkan seorang lelaki.
"Lihat dulu dong sayang. Elu mah gitu, ama kakaknya suudzon mulu." Menarik badan Sherly dengan pelan hingga berbalik menghadap ke arahnya. "Taraaaa ..." Setelah adiknya berbalik ia menyingkirkan tubuh jangkungnya.
Saat mata Sherly melihat seseorang yang di balik tubuh kakaknya, dia mundur ke belakang karena terkejut sekaligus takut. "Siapa dia kak?" Pertanyaan yang membuat kak Al dan Iren mengernyitkan dahinya.
"Sayang," Memanggil istrinya. "Apa dia jatoh dan kepalanya terbentur sesuatu?" Tanyanya setelah istrinya menghampiri.
"Tidak! Kenapa memang?"Jawab Aisyah sambil balik bertanya.
Kak Al menempelkan telapak tangannya ke dahi Sherly dan membolak-balik. "Tidak panas, kok!"
"Ih, apaan sih kak!" Menepis tangan kak Al dari dahinya. "Aku gak sakit," Ketusnya.
"Terus, kenapa ekspresinya gitu? Emang kamu lupa, dia ini siapa?" Menunjuk Iren.
"Pertanyaan macam apa itu?Ya dia Iren lah. Masa kaya gitu aja di tanyain."
"Terus, kenapa kaget?" Tanya kak Al heran.
"Kakak abis dari mana?" Ditanya malah balik bertanya.
"Ya abis dari kantor lah, terus kesini. Emang kenapa sih?"
"Kakak bawa siapa?" Lagi-lagi bertanya.
"Tuh kan yang," Merengek sama istrinya. "Sebenarnya, elu kenapa sih dek?Jelas-jelas gue bawa temen lu, masih ditanya."
"Kakak, bukan Iren yang ku maksud. Tapi laki-laki ini!" Menunjuk ke arah samping Iren membuatnya terlonjak.
"Ah, elu mah Sher. Kebiasaan, bikin takut gue aja." Berpindah dan memeluk tubuh sherly.
"Kebiasaan nih bocah. Yuk, ikut gue keruangan kakak ipar lu!" Kak Al berjalan dan diikuti istri, adiknya dan Iren ke ruangan khusus istrinya.
"Nanda, tolong layani mereka dulu ya. Saya ada urusan penting!" Perintahnya kepada salah satu asisten sebelum mengikuti suaminya yang di jawab olehnya.
Setelah masuk ke ruangan, mereka pun duduk di sofa. Iren yang ketakutan, milih duduk berdempetan Sherly. Pasalnya, ia tau jika temannya itu pasti melihat sosok makhluk tak kasat mata.
Kak Al duduk di depan Sherly yang diikuti istrinya. Setelah mereka duduk, baru Sherly angkat bicara.
"Sekarang jawab aku dengan jujur! Sebenarnya, kakak dari mana?" Bertanya kepada kakaknya sambil melirik lelaki yang tadi mengikuti ke ruangan itu juga.
"Gue ada pertemuan dengan klien di cafe A. Biasa, membahas masalah bisnis." Ucapnya sambil memperhatikan gerak-gerik adiknya.
"Apa ada masalah dengan itu?"
"Aku juga gak tau, sebenarnya dia ini dari utusan klien kakak atau dateng dari cafe A. Yang pasti, dia mengikuti kakak kesini." Jelasnya.
"Dia pengen apa, dek?" Tanya kak Al.
"Aku gak tau, kak. Tapi, sepertinya ia ingin meminta bantuan kita deh!" Lelaki itu pun mengangguk.
________Bersambung__________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Little Peony
Semangat selalu Thor 🌻🌻🌻🌻
2021-05-05
0
Pink Panther
lanjut nyicil 5 like🙌👍
kutunggu feedbacknya di karyaku Who is He? dah UP lho😄💕
2021-02-13
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat ya kak
2021-01-09
1