Arzan dan Yara naik ke lantai atas setelah tadi mengusir hama pengganggu yang mengusik rumahnya.
Yara menghentikan langkahnya " Sudah tidak ada orang lagi, kau bisa melepaskan tangan mu" ucap Yara saat ia menyadari jika tangan Arzan masih memeluk pinggangnya.
"Memangnya kenapa jika aku tidak mau, kau adalah istriku. Bahkan lebih dari itu aku berhak melakukannya" ucap Arzan entah sadar atau tidak.
"jangan bersikap seperti kita ini adalah suami istri normal seperti yang lainnya. Kita hanya menikah secara terpaksa. Apa kau lupa ?" sahut Yara yang membuat Arzan mengerutkan keningnya dalam.
"begitu menurut mu?" sahut Arzan sambil terus mendekatkan wajahnya ke wajah Yara.
"Bagaimana jika aku meminta mu melakukan tugas mu sebagai seorang istri, apa ku juga menolaknya?" lanjut Arzan yang semakin mendekat ke arah Yara.
Secara refleks,Yara memundurkan wajahnya dan hal ini justru membuat Arzan semakin ingin menggoda istrinya ini. Bahkan kini wajah keduanya sudah semakin dekat hanya berjarak beberapa inci saja dan hal ini membuat degup jantung keduanya sama-sama berdetak lebih kencang seolah akan keluar dari rongganya. Yara bahkan tak bisa menjawab pertanyaan pria itu.
Dalam jarak yang begitu dekat untuk kedua kalinya Yara bisa melihat lebih jelas bola mata coklat terang milik Arzan begitupun dengan Arzan sendiri, ia semakin mengagumi wajah manis Yara yang tanpa polesan make up pun semakin manis. Meskipun tidak memiliki hidung mancung tapi bentuk wajah Yara begitu menggoda apalagi bibir penuh milik Yara yang semakin membuat Arzan blingsatan.
Arzan ingin sekali mencoba bibir ranum itu tapi keinginannya itu terhenti kala si kecil Yasmine datang dengan wajah khas bangun tidurnya mengacaukan fantasi Arzan.
"Bunda..." rengekan Yasmine memanggil ibunya.
Sontak Yara menolak dada Arzan sehingga membuat pria tinggi menjulang itu hampir saja terjatuh.
"ya sayang,Bunda disini" ucap Yara sambil berlari kecil ke arah Yasmine.
Arzan tersenyum tipis. Hampir saja ia melakukan sesuatu pada istrinya. Ternyata bisikan setan itu jauh lebih mengerikan dari pada bisikan wanita merayu.
Yara segera berlalu dari sana tanpa menoleh lagi kebelakang. Ia bersyukur ada Yasmine yang muncul, jika tidak entah apa yang akan dilakukan oleh pria yang berstatus sebagai suaminya.
Arzan yang hanya menatap kepergian Yara kekamar anak-anak hanya diam dan iapun juga masuk kekamar pribadinya sendiri.
Arzan duduk dipinggir ranjang,ia meraup wajahnya. Ia tak mengerti mengapa ia ingin sekali merasakan bibir lembut wanita yang telah menjadi istrinya itu. Ada dorongan dari dalam hatinya yang ingin menjadikan Yara sebagai istri yang sesungguhnya.
Wajar Yara bersikap antipati terhadapnya. Wanita itu sepertinya juga sedang membangun benteng pertahanan dalam hatinya.
Arzan kembali menatap setiap sudut kamarnya yang masih terpajang foto-foto mendiang istrinya Devina. Bahkan disepanjang koridor dan dinding rumah besar ini juga masih ada foto pernikahan ia dan Devina yang masih enggan Arzan turunkan dari tempatnya.
Arzan berfikir, mungkin karena inilah Yara dan anak-anaknya seperti menciptakan jarak terhadapnya.
...**********...
Saat makan malam semuanya telah berkumpul di meja makan termasuk Yara dan anak-anak. Seperti biasa mereka makan dalam diam, hanya dentingan sendok yang terdengar.
Situasi ini benar-benar membuat canggung. Terutama bagi Arzan dan Yara tentunya.
"Hallo semuanya, selamat malam. Wah lagi makan malam ya? Sepertinya aku datang pada waktu yang tepat. Hai Yara?" sapa seorang pria yang begitu riang sehingga membuat wajah Arzan mengeras seperti tidak suka.
"Hallo dokter Ameer, mari silahkan duduk" sapa Yara kepada pria yang pernah mengobatinya beberapa waktu lalu.
"Ingatanmu lumayan bagus juga, hai kids. Om ada oleh-oleh untuk kalian tapi diambil nya nanti ya sesudah makan" ujar dokter Ameer kepada anak-anak yang terlihat bingung dengan sosok yang baru pertama kali mereka lihat.
"Om siapa?" pertanyaan Yasmine polos yang membuat pria yang masih betah melajang di usia yang sudah memasuki kepala tiga itu tersenyum manis.
"Om belum perkenalkan diri ya sama gadis kecil yang cantik ini. perkenalkan nama om dokter Ameer atau boleh di panggil om Ameer aja deh. Om ini sepupunya papa sambung kalian papa Arzan" sahut dokter Ameer sambil tersenyum kearah Arzan seperti meminta suatu penjelasan dari tatapannya.
Yasmine mengaguk-anggukkan kepalanya sehingga kunciran nya pun mengikuti gerakan kepalanya.
"dan si tampan ini pasti Abhinaya kan?" sapa Ameer kepada anak sulung Yara.
Bocah laki-laki itu hanya mengangguk saja.
"Seperti Arzan saja, dingin dan nggak banyak bicara" bisik dokter Ameer dalam hatinya.
"Sudah perkenalan dirinya, kamu mau numpang makan atau ada perlu lain?" ucap Arzan dengan wajah datarnya seperti tidak senang akan kedatangan pria ini kerumahnya.
Ia sebenarnya tidak suka dengan interaksi Ameer dengan anak-anak sambungnya terutama kepada Yara.
Jika ditanya apa Arzan cemburu, batin Arzan menolak kata-kata itu. Ia tidak cemburu hanya tidak suka.
"Ck.. iya..iya aku mau numpang makan. Dan setelah itu kita harus bicara" sahut Ameer.
"Piring nya den Ameer " ucap Bu Fatma yang menyadari kedatangan sepupu dari majikannya ini.
"Wah terima kasih, Bu Fatma memang yang terbaik" ucap Ameer yang memang sudah sangat mengenal pengasuh Arzan ini.
Suasana di meja makan kini jauh lebih hidup berkat kehadiran dokter Ameer. Anak-anak bahkan kini lebih rileks dan santai tidak seperti tadi kaku dan begitu hening. Bahkan dokter Ameer pun cepat akrab dengan si kecil Yasmine.
Ketika Yara akan mengantarkan anak-anak ke kamar mereka, Arzan mencegat tangan wanita itu.
"jangan tidur dulu, aku ingin bicara" ucapnya sebelum meninggalkan Yara dengan wajah bingung.
Apa yang ingin Arzan bicarakan padanya? Kesalahan apalagi kali ini yang ia lakukan?. pikir Yara.
"Langsung saja kau mau apa kesini? Kalau cuma mau minta penjelasan perihal pernikahanku, kau pasti sudah dengar semua dari Kevin kan?" ucap Arzan begitu ia dan Ameer telah tiba di ruang kerja Arzan.
"ck... kau memang penuh kejutan Arzan. Dulu sewaktu om dan tante masih ada, kau umumkan nikah dengan Devina sekarang setelah mereka tidak ada juga gitu. Tapi bedanya kali ini kalian nikah tanpa sepengetahuan keluarga besar. Apa sebenarnya rencana mu?" sahut Ameer mempertanyakan rencana dan sikap Arzan yang sepertinya menentang keluarga besarnya.
"aku nggak ada rencana apapun. Ini hanya murni menolong wanita itu dan anak-anaknya" ujar Arzan yang kini telah menyilangkan kedua kakinya duduk bersandar di kursi kerjanya.
"Nggak mungkin kau cuma sekedar kasihan, kau bisa bohong pada semua orang tapi bukan padaku. apa kau menyukai ibu dari anak-anak itu?" tebak Ameer yang langsung membuat raut wajah Arzan berubah.
"Nggak usah sok tahu. Pulang sana sudah malam. Kau nggak ada kerjaan dirumah sakit atau klinik?" usir Arzan.
"Zan...aku serius. aku justru senang jika itu benar. aku ingin kau move on. Bangkit Zan! Devina juga nggak pengen kau begini terus. Dia disana pasti ingin lihat kau punya keluarga yang menyayangi mu. Dan jika itu adalah Yara dan anak-anak,apa salahnya?" ucap Ameer menasehati sepupunya.
"Kau nggak tahu apa-apa tentang hidupku. Jadi nggak usah ikut campur perihal hidup ku" ucap Arzan yang marah jika ada siapapun yang mengusik nama mendiang istrinya.
Arzan berdiri dan ingin meninggalkan ruang kerjanya. Tapi langkah pria itu terhenti dengan ucapan Ameer yang membuat Arzan ingin menendangnya seketika.
"Jika kau memang nggak bisa menerima Yara dan anak-anak, lepaskan mereka. aku yang akan menerima mereka dengan ikhlas. aku suka dengan Yara sejak pertama kali melihatnya dirumah sakit dulu" ucap dokter Ameer sebelum ia meninggalkan Arzan sendiri diruang kerjanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments