Arzan sayup-sayup mendengar ketika Yara di hina dan dicemooh oleh para pemuda yang berkumpul di pos ronda dekat rumahnya. Sedikit banyak Arzan tahu kehidupan Yara yang tak mudah.
Rasa kesal itu tiba-tiba menghampirinya. Arzan kesal kenapa orang-orang selalu saja berfikiran negatif terhadap orang lain. Padahal mereka hanya tahu luarnya saja, dan orang-orang seperti itu kenapa tidak memiliki empati terhadap wanita yang mereka hina dan mereka jelekkan.
Arzan berusaha tidak perduli toh ia tak ada hubungan apapun dengan wanita itu. Tapi ketika ia hendak menghidupkan mesin mobil nya, suara tangisan Yara menghentikannya. Arzan penasaran mengapa semua orang termasuk keluarga Yara sendiri juga menghakiminya?. Harusnya saat ini peran dan dukungan keluargalah yang Yara butuhkan.
Tanpa banyak berfikir, Arzan keluar dari mobilnya dan masuk kedalam rumah yang memang pintu depannya tidak tertutup. Diikuti pandangan penasaran dari pemuda-pemuda yang tadi menghina Yara, Arzan bertindak sebagai pahlawan untuk Yara.
"Saya yang akan menikahi nya" ucap Arzan tanpa berfikir panjang karena kekesalannya terhadap wanita yang sepertinya lebih tua dari Yara yang tengah menghakimi Yara.
Sontak apa yang Arzan katakan membuat siapapun yang mendengarnya terkejut terlebih Yara.
Bahkan lututnya saja kini lemas dan seakan tidak bisa menopang berat tubuhnya setelah mendengar pernyataan dari pria yang Yara anggap sebagai dewa penolongnya.
"Sudah pak Herman nikahkan saja mereka berdua, bisa nya cuma bikin malu daerah kita. Nanti kita semua terkena sial mereka akibat perbuatan mereka" ujar seorang pemuda yang entah sejak kapan ada di belakang Arzan.
Seperti terprovokasi oleh ucapan pemuda tadi, bahkan kini sudah banyak warga yang berkumpul di depan rumah orang tua Yara.
Ibu yang mendengar keributan didepan rumahnya kini pun sudah keluar dari kamarnya.
"ayah ada apa ini?" tanya ibu khawatir.
Belum sempat ayah mencerna kejadian ini , Dena justru membuat keadaan semakin rumit.
"itu anak perempuan ibu, telah berbuat mesum dengan pria itu dan dipaksa warga untuk menikahi Yara dan mengusir Yara dari kampung kita. Bisa nya cuma bikin malu" ujar Dena yang semakin memperkeruh keadaan.
"nggak Bu, kami nggak berbuat apa-apa dan justru tuan Anderson lah yang menyelamatkan hidup Yara. Tolong jangan limpahkan beban ini kepadanya. Yara mohon percaya pada Yara" sahut Yara yang kini telah bersimpuh di kaki sang ibu.
Ada rasa iba di hati sang ibunda, apalagi melihat penampilan yang kusut dan luka disudut bibir putri nya menambah kesedihan wanita paruh baya itu.
Tapi ini adalah jalan satu-satunya agar Yara tidak semakin dihina oleh orang-orang.
"tuan nikahi putri saya saat ini juga guna mempertanggung jawabkan perbuatan kalian" putus ibu kemudian yang sontak membuat Yara melepaskan genggaman tangannya pada ibu.
"baik, malam ini saya akan menikahi putri anda. Saya akan menghubungi asisten saya" putus Arzan sepihak tanpa mendengar jawaban dari Yara.
Yara menatap Arzan yang kini entah siapa yang ia hubungi, yang jelas kini kekhawatiran Yara semakin menjadi.
Ditengah kegalauan hatinya, putra sulung Yara menatap dari balik pintu kamar Yara.
Hati Yara makin mencelos kala melihat tatapan mata Abhi yang menyiratkan kekhawatiran.
Asisten Kevin datang sekitar 30 menit berikutnya dan bersama entah dengan siapa Yara tak tahu.
Bahkan pemuka adat dan agama pun sudah berkumpul di rumah orang tua Yara.
...****************...
Pernikahan yang sederhana bagi Yara kini terulang untuk kedua kalinya. Bedanya kini ia tidak melakukan kesalahan. Satu-satunya kesalahannya adalah membiarkan Arzan mengantarkannya pulang. Jika tadi Yara nekat pulang sendiri mungkin hal ini tak akan terjadi.
Janji suci pernikahan telah diucapkan. Status nya kini sudah menjadi istri dari Arzan Alvaro Anderson. pernikahan yang hanya dihadiri oleh asisten Kevin dan seorang pria yang seumuran dengan Arzan yang ternyata adalah pengacara pribadinya. Sedangkan dari pihak Yara hanya ada keluarga inti dan saksi dari warga sekitar.
Yara mencium tangan suaminya Arzan untuk pertama kalinya.
"Kemasi barang-barang mu , malam ini kalian ikut denganku" ucap Arzan dingin setelah sesaat semua orang telah meninggalkan kediaman orang tua Yara.
"Kami tidur di kontrakan saja tuan Anderson. Tidak apa-apa " ucap Yara yang merasa sungkan takut merepotkan Arzan.
"Aku hanya mengucapkan sekali" sahut Arzan lagi dan Yara melihat itu sebagai permintaan yang tak bisa dibantah lagi.
Yara bergegas ke kamarnya dan mendapati Abhi yang tengah menangis.
"Abhi kenapa nak? Kok Abhi nangis? Ada apa hmm?" tanya Yara lembut sambil membelai kepala putra sulungnya itu.
Abhinaya mendongak menatap Yara dengan linangan airmata.
"kita mau ke rumah om galak itu bunda? Abhi takut" ucap Abhi yang membuat hati Yara terkejut bukan main.
Bagaimana bisa Abhi menilai pria yang kini telah sah menjadi ayah sambungnya adalah pria yang galak.
"om Arzan nggak galak kok nak. Hanya saja beliau memang agak susah tersenyum. Tapi beliau baik kok. Nanti kalau Abhi sudah kenal dekat dengan nya pasti Abhi akan tahu jika om Arzan itu orang baik" ucap Yara memberi pengertian pada putranya.
Abhi masih menatap Yara seolah tak percaya apa yang dikatakan oleh bundanya.
"Sudah ayo kita siap-siap. Mulai malam ini dan seterusnya kita akan tinggal di rumah om Arzan dan dia sudah menunggu kita diluar. Ayo, bunda mau gendong adek Yasmine" ucap Yara yang kini tengah bersiap menggendong putri nya yang tengah tertidur lelap.
"Mbak Yara..." panggil si bungsu Azam.
Yara berusaha menampakkan senyum manisnya di tengah kegundahan hatinya.
"Mbak pamit ya... Terima kasih udah bantu jagain anak-anak. Nanti uang jajannya mbak tambahin ya" ucap Yara.
Azam hanya memeluk kakak keduanya itu tanpa ucapan apapun. Ia yang paling tahu jika kakaknya adalah wanita yang baik dan selalu mengerti dirinya. Yara adalah tempat nya berkeluh kesah. Dibandingkan dengan kakaknya Dena, Azam lebih sayang kepada Yara. Mungkin karena mereka tumbuh dan selalu bersama sejak kecil makanya Azam lebih nyaman bersama Yara dibandingkan si sulung Dena.
"Mbak harus bahagia. Kali ini mbak harus bahagia. Azam udah besar mbak, jika suatu hari mbak butuh bantuan, panggil Azam mbak" ucap Azam yang membuat hati Yara semakin menangis.
Yara berpamitan kepada kedua orang tuanya terlebih ibunya.
Ada rasa kecewa dihati Yara pada wanita yang melahirkannya itu dan juga sang ayah yang tak bisa membela putrinya sendiri.Kenapa disaat orang lain menghakiminya justru tempat berlindung nya yang malah menjerumuskannya ke jurang.
Yara menyalami kedua orang tuanya tanpa ucapan apapun kecuali kata maaf. Ayah menatap kepergian Yara dan cucu-cucunya dengan derai airmata, ia menyesal tak bisa berbuat apa-apa pada putri keduanya itu. Rasa kecewanya pada Yara yang dulu kini masih membayangi pria tua itu.
"Nyonya... Biar saya yang gendong, anda masuklah. Tuan Anderson sudah jalan terlebih dahulu " ucap asisten Kevin yang ingin mengambil Yasmine dari gendongan Yara.
Yara hanya mengangguk saja ketika mendengar Arzan telah lebih dahulu pergi dari sana.
"Kita akan pulang ke rumah utama nyonya, dan besok saya akan menyuruh orang untuk mengambil sisa barang-barang Anda di kontrakan" ucap Kevin lagi saat iya sudah duduk di balik kemudi.
"Terima kasih pak Kevin, dan tolong jangan panggil saya nyonya. Rasanya kurang enak di dengar, panggil Yara saja" sahut Yara yang memprotes panggilan dengan embel-embel nyonya.
"saya tidak bisa nyonya karena anda kini telah menjadi istri dari bos saya" ucap asisten Kevin kaku.
Yara menutup mulutnya dan tak ingin berdebat masalah panggilan lagi. Terserah lah pria kaku ini memanggil nya apa yang jelas malam ini Yara hanya ingin beristirahat, ia benar-benar lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
✮тιαɳα☘︎
tinggl menunggu nasib'y si dena 🙄
2024-01-24
0