Hari masih sore, tapi Yara benar-benar sudah dilanda kebosanan. Biasa mengerjakan banyak hal sendiri kini Yara bingung harus berbuat apa, pasalnya semua telah dikerjakan oleh para maid yang memiliki tugas masing-masing.
Yara memilih menemani si sulung Abhi belajar di ruang tengah sementara si kecil Yasmine sedang beristirahat, Yasmine begitu kelelahan karena sejak tadi bermain dan terlalu aktif berlarian kesana kemari dengan Ane yang selalu mendampinginya. Gadis itu terlihat senang sekali menemani Yasmine bermain, katanya Yasmine mengingatkan ia akan adiknya dikampung yang usianya tak beda jauh dari Yasmine.
" Abhi sekarang istirahat juga ya nak, kan pr nya udah selesai" ucap Yara yang membantu Abhinaya membereskan semua buku-buku yang berserakan di lantai.
Abhi menurut. Namun saat Yara ingin mengantarkan putranya itu kekamar atas , ia mendengar suara seorang wanita yang sedang marah-marah dan mengucapkan kata-kata yang sedikit tidak pantas untuk di dengar oleh anak kecil.
"Abhi naik sendiri ya. Sepertinya ada tamu dan ingat apapun yang terjadi jangan turun kebawah ya" pesan Yara agar Abhinaya naik ke lantai dua sendiri saja.
Yara berjalan menuju pintu utama, namun langkahnya terhenti kala seorang wanita langsung menerobos masuk ke rumah dan tanpa tedeng aling ia juga melayangkan satu tamparan keras ke wajah mulus Yara.
Yara hampir jatuh jika saja tidak ada Bu Fatma yang menyambut Yara . Bu Fatma berlari dari arah dapur saat ia mendengar suara wanita yang tak ingin ia lihat sebetulnya.
"Nona Desy, apa yang telah anda lakukan?" ujar Bu Fatma yang agak emosi dengan wanita yang katanya akan dijodohkan dengan Arzan ini.
"Heh nenek-nenek, kau tidak usah ikut campur urusan ku. Wanita ini pasti istri Arzan kan. Cih tidak berkelas sama sekali" ucap wanita yang berpenampilan menor dan terlalu berlebihan ini meremehkan Yara.
"Dan kau dengar baik-baik wanita kampung, aku adalah calon tunangan Arzan dan kau harus segera bercerai dengan Arzan karena kau tidak pantas mendampinginya. Kembalilah ke asalmu" lanjut nya lagi dengan gaya sombong.
Yara mengusap pipinya yang terasa perih akibat tamparan wanita itu. Yara memang wanita kampung tapi ia tidak akan membiarkan seorang pun menghinanya apalagi ia tidak kenal wanita itu sama sekali.
"Kau yang tidak tahu malu bertamu ke rumah orang tapi tidak punya sopan santun. Apa begini gambaran wanita berkelas. Aku rasa lebih sopan aku yang tinggal di kampung dari pada kalian yang katanya wanita kelas atas. Benar-benar etika yang buruk" balas Yara yang semakin membuat Desy semakin naik pitam. Ia kembali ingin melayangkan pukulannya ke wajah Yara tapi gerakannya terhenti karena suara pria yang ia puja.
"Kau..."
"Hentikan!" ucap sang tuan rumah.
Desy menoleh ke sumber suara, wajahnya pucat tapi bukan Desy jika tidak flying victim. Ia memanfaatkan momen untuk bermanja-manja dengan Arzan dihadapan wanita yang katanya adalah istri keduanya pria itu.
"Arzan, wanita ini menghinaku. Kau harus memberinya pelajaran sayang" ucap Desy yang berlari kearahnya ketika mendengar suara bariton pria yang telah membuat ia tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi bisa menjadi isterinya.
Wanita itu bahkan tanpa malu bergelayut manja pada lengan Arzan.
Arzan menatap kearah Yara tanpa ucapan apapun walaupun ia melihat pipi Yara yang memerah.
"Arzan... Kau mendengarkan aku?" rengek Desy yang telah dicuekin oleh Arzan sejak tadi.
"lepaskan tanganmu" ucap Arzan kesal.
"tidak! sebelum kau mengusir wanita kampung itu" ucap Desy yang semakin memeluk lengan Arzan kuat.
Yara bahkan memutar bola matanya, ia benar-benar muak dengan wanita yang katanya tunangan pria itu dan juga pria yang tadi pagi memarahinya bahkan kini ia seperti menikmati dada wanita itu yang sengaja ditempelkan pada lengan nya.
Pria yang tadi pagi mengatakan jika ia tidak ingin terlibat skandal, sekarang lihat siapa yang membuat skandalnya sendiri.
"Kau mau kemana? Suamimu baru saja pulang, kenapa tidak disambut? Bahkan kau membiarkan wanita lain memegang lengan suamimu di hadapanmu?" ujar Arzan ketika Yara ingin berbalik hendak pergi dari sana. Arzan benar-benar kesal dengan reaksi sang istri yang cuek saja.
Yara berbalik dan hanya menatap Arzan tanpa mendekati pria itu. Dan hal itu justru membuat Arzan geram dan gemas.
Arzan menaikkan sebelah alisnya menunggu respon dari Yara. Wanita ini memang tidak peka atau memang tidak tahu caranya menyambut suami saat pulang kerja.
"Nyonya, tuan ingin anda menyambutnya" bisik Bu Fatma yang juga ikut gemas kepada Yara yang hanya diam ditempat.
Semua orang seperti sedang menyaksikan pertunjukan romantis secara live.
Arzan menghempaskan tangan Desy yang sejak tadi melilit di lengannya seperti ular ranting. Pria berdarah blesteran Mexico-Arab itu benar-benar sedang diuji.
Entah kerasukan apa atau Arzan mungkin saja salah minum obat sehingga ia merangkul pinggang Yara dan mencium pipi istrinya yang sedikit tembam itu dengan gemas.
"Kau jangan hanya diam jika suamimu digoda oleh wanita seperti itu. Apa kau tidak kapok jika suamimu yang tampan ini diambil orang dan kau tidak ingin kan jadi janda untuk kedua kalinya?" bisik Arzan yang membuat Yara seketika menatap kearahnya.
"Ayo kita keatas, aku mau mandi" ajak Arzan yang langsung merangkul bahu Yara dan mengajaknya ke lantai dua dimana kamarnya berada.
"Arzan! Berani sekali kau meninggalkanku demi wanita kampung itu. Kau keterlaluan. Aku akan mengadukan mu kepada om William" ancam Desy yang tidak terima ditinggalkan karena pria itu memilih Yara.
Arzan menghentikan langkahnya, menatap dengan tatapan yang siapapun pasti bisa dengan mudah mengartikannya sebagai tatapan marah. Bahkan kuping pria itu saja sudah memerah menahan emosi.
Asisten Kevin yang tadi datang bersama Arzan pun bahkan menaikkan alisnya menunggu kata-kata tajam dan pedas yang biasa keluar dari mulut pria itu. Begitu pun Bu Fatma yang lebih mengenal karakter pria yang sedari kecil ia asuh.
Arzan melepaskan tangannya dari pinggang Yara, berjalan ke arah Desy. "kau jangan pernah mengancam ku. Apalagi mengusik orang-orang yang ada disekitar ku. Atau aku bisa saja menghancurkan hidup dan karir model yang kau bangga-banggakan itu dalam satu malam saja. Jadi simpan ancaman mu itu untuk dirimu sendiri" ucap Arzan tanpa ekspresi sedikit pun.
Tentu saja hal itu membuat Desy ketakutan,tapi ia tetap tidak akan kalah dengan mudah apalagi ia dikalahkan oleh wanita yang ia anggap tak selevel dengannya.
"Arzan,kau jangan marah sayang. Aku... Aku tadi hanya bercanda..iya bercanda. Baiklah aku pergi. Tapi pertunangan kita tetap akan dilaksanakan bulan depan dan itu hanya tersisa dua Minggu lagi. Aku pergi dulu...bye" sahut Desy terbata dan segera berlalu dari rumah kediaman Arzan.
Bertahun-tahun mengenal dan tumbuh bersama membuat Desy mengenal sifat pria itu jika sudah marah. Arzan tidak hanya sedang mengancam saja tapi hal itu bisa dengan mudah ia lakukan mengingat ia memiliki uang dan pengaruh yang besar.
Desy tidak ingin karir yang cemerlang yang ia raih saat ini dengan berbagai cara hancur dalam semalam hanya karena kecerobohannya. Ia akan mengalah saat ini tapi bukan berarti ia akan melepaskan pria yang sejak kecil ia sukai. Tidak akan pernah apalagi ini yang kedua kalinya ia dikalahkan dengan wanita yang tidak memiliki garis keturunan yang sama dengan keluarga mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Lah koq arzan mau"nya lanjut bertungan dgn wanita ondel" gitu
2024-02-20
0