Mobil yang dikendarai oleh asisten Kevin tiba di pekarangan rumah utama dimana dulu Arzan menghabiskan hari-harinya dengan mendiang sang istri Devinamira.
Lewat tengah malam ini, para penghuni rumah masih terjaga atau lebih tepatnya dipaksa terjaga.
Arzan telah menunggu di sofa ruang tengah dengan kaki yang bersilang. Ia memijit pangkal hidungnya. Entah mengapa ia merasa kesal dengan apa yang tadi telah ia lakukan. Bagaimana bisa ia mengambil keputusan dengan menikahi seorang janda hanya karena ia kesal dan kasihan dengan nasib wanita itu terlebih-lebih ia tadi tidak sengaja melihat putra dari Yara yang mengintip dari balik pintu kamar.
Ada sudut hatinya yang meminta Arzan untuk melindungi ibu dan anak itu.
asisten Kevin masuk sambil menggendong Yasmine dan diikuti oleh Yara serta Abhinaya dibelakangnya.
Mengerti akan kesusahan pria itu, kepala pelayan Bu Fatma memerintahkan seorang pelayan wanita membuka pintu kamar tamu dan membantu asisten Kevin untuk menidurkan Yasmine di ranjang.
Sementara Yara dan si sulung Abhi masih berdiri ditempat mereka. Yara bingung harus berbuat apa.
Arzan menoleh menatap wanita yang baru satu jam lalu ia nikahi.
"Bawa putra mu sekalian beristirahat, kalian bisa menempati kamar tamu yang kosong disamping nya" ucap Arzan tanpa menoleh sedikitpun kearah Yara.
"Maaf sebelumnya tuan, kamar nyonya Yara sudah kami siapkan diatas disamping kamar utama. Atau kami harus menyiapkan kamar yang lain tuan?" sela Bu Fatma yang memang sudah diberi tahu tadi oleh asisten Kevin sebelum mereka sampai.
"Terserah, yang jelas tidak dikamar utama" ucap Arzan dan berlalu dari sana diikuti oleh asisten Kevin tanpa menoleh lagi kearah Yara.
Yara hanya menatap punggung tegap pria itu. Ada rasa sakit yang tak bisa ia ungkapkan.
"Mari nyonya saya bantu, dan kamar anak-anak juga sudah kami siapkan disampingnya" ucap Bu Fatma sopan.
Yara menatap wanita yang sepertinya seumuran dengan sang ibu.
"Saya bisa tidur di kamar bawah saja Bu bersama anak-anak. Tidak apa-apa,kami tidur bertiga satu kamar" ucap Yara sungkan.
Bu Fatma menarik nafas. Ia tak tahu apa yang terjadi antara majikannya dengan wanita beranak dua ini. Tadi asisten Kevin hanya memberi tahu jika ia harus menyiapkan kamar tamu untuk istri baru tuan Anderson dan anak sambungnya. Hanya itu.
"Tolong nyonya, kami hanya menjalankan tugas dan kami tidak ingin tuan Arzan marah karena kami tidak melayani istrinya dengan baik." lanjut Bu Fatma yang bersikeras agar Yara mau pindah ke kamar atas.
"Maaf bu... Maaf kami karena telah membuat ibu dan yang lainnya repot karena kami. Baiklah saya akan membawa anak-anak ke atas" ucap Yara akhirnya mau pindah ke kamar yang sudah dipersiapkan oleh Bu Fatma.
"Jika anda butuh sesuatu, panggil saya saja nyonya. Saya permisi" pamit Bu Fatma setelah ia menyelesaikan tugasnya mengantar istri majikannya dan kedua anaknya di kamar yang telah disediakan.
Sementara asisten Kevin kini sudah berada didalam ruang kerja bersama dengan Arzan tentunya.
"Tuan... Nyonya dan anak-anak sudah menempati kamar mereka. Apa ada hal lain yang anda butuhkan?" ucap Bu Fatma saat ia melapor pada Arzan di ruang kerjanya.
"Tidak ada Bu... Sudah malam,Bu Fatma dan yang lainnya beristirahatlah" sahut Arzan.
"Baik, saya permisi " pamit Bu Fatma undur diri.
"Kevin... Kau urus semuanya. Walaupun pernikahan ku tidak wajar tapi aku ingin anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak dan juga mulai besok Yara tidak akan bekerja di perusahaan lagi" perintah Arzan kepada asisten Kevin.
"Baik. Dan mengenai informasi tentang nyonya Yara, saya sudah mengirimkan ke email anda. Kalau begitu saya pamit. Selamat malam tuan" ucap asisten Kevin yang juga pamit pulang.
Hari sudah larut tapi sebagai orang kepercayaan dari Arzan ,ia harus rela memotong waktu istirahatnya.
...****************...
Arzan masuk kedalam kamar pribadinya. Kamar yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang.
Itulah sebabnya, tadi Yara hanya menempati kamar tamu yang ada di samping kamar utama.
Arzan masih tidak rela jika ada orang lain yang masuk kedalam kamar itu.
Perlahan ia duduk disamping ranjang dan membuka ponselnya. Ia membaca dengan teliti semua informasi tentang wanita yang tadi ia nikahi.
Arzan menyugar rambutnya. Entah apa yang akan terjadi esok. Pasti pamannya akan mengamuk jika tahu Arzan menikahi seorang janda anak dua yang garis kehidupannya jauh dibawah mereka.
Rasanya Arzan tak sabar menunggu esok tiba. Dengan senyum tipis nya, ia begitu senang dengan apa yang ia lakukan saat ini. Sama seperti dulu kala ia juga menikahi istri pertamanya yang hanya wanita biasa yang berasal dari panti asuhan namun bisa mendapatkan beasiswa di bidang kedokteran.
Adik dari almarhum ayahnya itu adalah orang yang begitu ambisius dan licik.
Ia akan menggunakan segala cara untuk bisa menguasai perusahaan dan juga harta peninggalan orang tua Arzan.
Padahal pamannya itu tidak pernah berkontribusi terhadap pencapaian yang kini Arzan raih.
Dengan menjodohkan Arzan dengan keponakan istrinya, paman Arzan itu ingin menguasai segalanya secara perlahan namun pasti.
Karena kelelahan, Arzan tertidur dengan memeluk foto mendiang istrinya.
Sementara di kamar sebelah, Yara masih sibuk membolak-balik tubuhnya. Tidur di ranjang empuk tidak lantas membuat Yara bisa dengan mudah terlelap.
Hari ini begitu banyak kejadian yang menimpanya. Mulai tadi pagi ia bertengkar dengan orang tua teman putranya lalu ia hampir saja diper**sa oleh rekan kerjanya sendiri dan malamnya ia menikah dengan bos nya sendiri.
Yara menatap langit-langit kamarnya. Walaupun ia sendiri bingung kenapa harus ditempatkan pada kamar terpisah dengan pria itu, tapi setidaknya ini jauh lebih baik.
Sejujurnya, Yara memang belum siap menikah kembali. Ada trauma yang ia alami pasca perceraiannya satu setengah tahun yang lalu dengan mantan suaminya, Daniel.
Ia takut jika suami barunya nanti tidak bisa menerima anak-anaknya. Ia takut jika Arzan juga akan mencampakkannya kelak jika pria itu mendapatkan wanita yang sepadan dan ia cintai.
Yara hanya takut ditinggalkan kembali. Perlahan air mata jatuh disudut matanya. Yara terisak dalam diam. Entah apa yang akan terjadi esok, Yara sudah memasrahkan diri pada takdir yang telah diatur untuknya. Diam-diam Yara berdoa agar ini adalah pernikahan terakhirnya. Ia hanya ingin dicintai dengan tulus. Yara berharap ada cinta lain yang mampu memeluk luka batinnya. Dan hal itu Yara harapkan dari pria yang kini telah sah menjadi suaminya.
Pagi-pagi sekali Yara telah bangun dan rencananya ia akan membantu menyiapkan sarapan pagi. Tapi begitu ia tiba di dapur ia justru di kaget kan dengan berbagai macam makanan yang telah tersedia di meja makan. Padahal hari masih terlalu pagi, tapi semuanya telah siap.
Yara berdecak kagum dengan cara kerja para maid yang ada dirumah besar ini.
"Selamat pagi nyonya, anda butuh sesuatu. Biar kami yang siapkan" sapa Bu Fatma yang melihat Yara seperti orang kebingungan.
"Eh... selamat pagi juga Bu. Tadinya saya akan membantu pekerjaan dapur tapi sepertinya semua telah siap ya. Saya terlambat" ucap Yara malu.
Bu Fatma tersenyum tipis sangking tipisnya tak ada yang menyadari hal itu termasuk Yara sendiri.
"Semua sudah siap nyonya, jadi anda tidak perlu mengerjakan apapun. Apa anda akan sarapan sekarang? Saya akan siapkan" ucap Bu Fatma yang akan menyiapkan sarapan.
"Tidak... Tidak usah Bu ..ehm maksud saya, saya mau membangun kan anak-anak. Mereka pasti bingung sekarang. Saya permisi ke atas" cegah Yara dan ia langsung menuju lantai dua dimana anak-anak berada.
Para maid yang lain, begitu penasaran dengan nyonya baru mereka.
"Bu Fatma, nyonya baru kita manis ya... Ada lesung pipinya. Cocok dengan tuan Arzan" ucap salah seorang pekerja.
Bu Fatma hanya berdehem dan itu cukup membuat para pekerja kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jk Cute
aku hanya ingin ada cinta lain yang memeluk luka batin ku... kata-kata yang bagus. 😍
2024-01-26
0