Arzan terus berjalan mendekati Yara sehingga membuat Yara terpojok ke dinding dekat pintu masuk.
Arzan mengukung Yara dengan kedua tangannya.
"saya tanya sekali lagi, apa kamu punya kekasih di luar sana? jika punya maka kamu harus segera memutuskannya karena saya tidak ingin ada skandal yang bisa merusak reputasi saya" ucap Arzan memperingatkan Yara tentang statusnya.
Dalam jarak yang begitu dekat ,Yara bisa melihat bola mata Arzan yang coklat terang. Jantungnya berdegup kencang, bahkan Yara bisa mencium aroma mint dari mulut pria itu.
Arzan pun demikian, jika diperhatikan, Yara adalah wanita yang manis dan memiliki bulu mata yang lentik sama seperti mata Yasmine.
Diam-diam Arzan mengagumi istri keduanya ini, namun secepat mungkin Arzan menepis pikiran mesum itu kala matanya terus menatap bibir ranum Yara yang sedikit terbuka.
Arzan berdehem dan memperbaiki posisi berdirinya sambil merapikan jas kerjanya. Ia sudah terlambat untuk pergi bekerja.
Nampak Arzan mengeluarkan sesuatu dari dalam dompet nya dan menyerahkan ke tangan Yara.
"ini kartu debit untuk memenuhi segala kebutuhan mu dan anak-anak. Mulai hari ini kalian menjadi tanggung jawabku. Untuk pin nya nanti akan saya beri tahu" ucap Arzan yang langsung berlalu dari hadapan Yara.
Sepeninggal Arzan,Yara luruh ke lantai, kedua kakinya tak sanggup menopang berat tubuhnya. Degup jantungnya masih saja begitu kencang.
"Dia benar-benar berbahaya. Apa aku sudah terkena penyakit jantung ya? Kenapa detaknya nggak berhenti?" Yara bermonolog pada dirinya sendiri.
Terdengar ketukan pintu dar luar, Yara bergegas membukanya.
"nyonya, apa hari ini nyonya akan berbelanja?" tanya bu Fatma yang ingin mengetahui kegiatan selanjutnya dari nyonya rumah ini.
"eh... Belanja ya? memangnya kebutuhan dapur sudah habis ya Bu?" tanya Yara polos yang tak mengerti maksud dari Bu Fatma.
Bu Fatma ingin sekali tertawa dengan kepolosan istri majikannya ini.
"maksud saya, kan biasanya kalau istri bos perusahaan itu ataupun istri pejabat itu mengisi waktu luangnya ya dengan berbelanja atau arisan barang kali" jelas Bu Fatma yang disambut dengan senyum malu Yara.
" oh saya kira kita akan berbelanja bulanan Bu. Tidak! saya tidak biasa melakukan hal yang Bu Fatma sebutkan tadi. Sayang uangnya Bu, dan kalau arisan saya nggak berminat karena itu cuma ajang kumpul nggak jelas dan memamerkan harta dan jabatan suami. Nggak ah ntar yang ada nambah dosa dengan menggosipkan yang lain" jelas Yara yang tidak pernah melakukan hal yang di ucapkan Bu Fatma kepada nya tadi.
Bu Fatma menggangguk kecil. Benar kata maid yang lain jika istri kedua tuan Anderson ini sungguh berbeda dan itu bisa dilihat dan dinilai sejak pertama Bu Fatma berkenalan dengan Yara.
"Baiklah kalau begitu, apa nyonya mau ke taman belakang? Kebetulan disana saya ada menanam beberapa jenis bunga. Barangkali nyonya berminat?" ucap Bu Fatma akhirnya agar Yara tidak bosan.
Yara tersenyum senang, setidaknya ia tidak akan mati karena bosan dan tak tahu harus melakukan apa.
"Boleh Bu, ayo. Eh Yasmine tadi masih main ya?" ajak Yara yang sudah berjalan mendahului Bu Fatma. Sambil bertanya keberadaan sang putri.
"Nona Yasmine sedang bermain dengan Ane di taman samping dekat kandang kelinci" ucap Bu Fatma memberi tahu.
"Disini ada kelinci juga ya?" tanya Yara penasaran. Kok bisa dirumah besar ini ada hewan peliharaan padahal tidak ada anak kecil disini selain anak-anak Yara.
"Ada beberapa ekor kelinci dan juga kura-kura. Itu semua peliharaan nya tuan Arzan. beliau suka sekali dengan kura-kura dan kelinci itu ide saya sebenarnya nyonya, agar rumah ini terasa lebih hidup saja" jelas Bu Fatma yang hari ini sedikit lebih banyak bicara dari sebelumnya.
...****************...
Perusahaan Zein's company.
Terlihat seorang pria paruh baya yang sedang menahan emosinya.
Raut wajahnya menegang menahan amarah yang siap meledak kapan saja.
"Maaf tuan William, tuan Arzan sedang tidak ada ditempat" ucap sekretaris Arzan yang mencegah pria tua itu untuk masuk menemui Arzan.
"Kau jangan bohong, Arzan pasti didalam,bahkan rapat dewan direksi sudah selesai sajak satu jam yang lalu, kau minggir lah" ucap pria tua itu yang bernama William Anderson, adik dari almarhum ayah Arzan atau dengan kata lain ia adalah pamannya sendiri.
" Tapi tuan...." ucapan sekretaris Arzan terputus saat melihat tuan William sudah menerobos masuk ke dalam ruang kerja Arzan.
Tampak Arzan dan Kevin menyudahi diskusi mereka karena ada tamu yang tak diharapkan hadir di hadapan mereka.
"Kau benar-benar keponakan kurang ajar Arzan , bagaimana kau bisa menikahi wanita yang tidak sepadan dengan mu hah, dan yang lebih memalukan lagi statusnya janda anak dua. Kau sudah tidak waras hah? Ingin mempermalukan keluarga Anderson rupanya kau!" ucap tuan William kesal.
Kening Arzan berkerut. Begitu cepat berita pernikahannya tersebar bahkan belum genap satu hari.
Arzan meletakkan pulpen yang tadi dipakainya untuk menandatangani surat penting. Ia lantas berdiri dan meminta asisten Kevin dan juga sekretarisnya meninggalkan mereka berdua saja.
"Duduk dulu paman, tidak baik anda marah-marah begitu. Paman sudah tua nanti tensinya naik lagi" ucap Arzan santai sambil mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas di ruangan kerjanya itu.
"Jangan sok menasehati kau Arzan. Kau itu harusnya berterima kasih kepada ku kalau bukan karena jasa ku perusahaan ayah mu ini benar-benar sudah gulung tikar dan bangkrut apalagi ditambah kau yang seperti orang stress saat Devina meninggal" ucap tuan William yang membuat Arzan meremas botol air mineral yang dipegangnya.
Rahang Arzan mengeras. Ia tidak suka ada siapapun yang mengusik nama mendiang istrinya Devina tak terkecuali jika itu pamannya sendiri.
Melihat Arzan yang sedikit terpancing emosi membuat tuan William sedikit takut tapi pria tua itu tetap saja tidak akan menyerah sampai ia memperoleh informasi yang ia butuhkan mengenai pernikahan mendadak dari keponakannya ini.
"Jangan pernah paman sebut nama Devina dengan mulut jahat paman itu" ucap Arzan marah.
"Ok baik , saya tidak akan menyebut nya lagi. Tapi kau harus menjelaskan maksud pernikahan mu dengan janda anak dua itu. Kau gila hah? Bahkan pertunangan mu dengan Desy akan dilaksanakan bulan depan bagaimana bisa kau menikah tanpa memberi tahu keluarga mu? apa kau tidak pernah menganggap kami keluarga mu Arzan?" ucap tuan William yang mulai melembutkan intonasi bicara nya agar Arzan luluh.
Arzan bersandar pada punggung sofa dengan kaki bersilang. Bahkan ia juga melipat kedua tangannya di dada. Ia heran kenapa ada manusia seperti pamannya ini.
"Kenapa aku harus memberi tahu kalian tentang pernikahan kedua ku. Aku bukan anak kecil lagi yang memerlukan seorang wali untuk aku mengambil keputusan tentang hidupku. Perihal aku menikahi seorang janda, memang nya kenapa? Toh itu jauh lebih baik dari pada menikahi wanita yang paman dan bibi jodohkan itu. Setidaknya istri ku punya status yang jelas janda dan pernah menikah dari pada wanita yang gampang tidur dengan pria yang berbeda setiap malamnya" ucap Arzan telak membungkam kebusukan keponakan bibi nya itu yang sok suci.
Tuan William mengepalkan tangannya, ia lupa jika Arzan pasti sudah menyelidiki status Desy melalui orang kepercayaannya siapa lagi kalau bukan Kevin pria dingin tanpa ekspresi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments