Sudah tiga bulan lebih berlalu, Yara juga sudah menandatangani kontrak kerja dan telah melewati masa magang nya.
Hari-hari Yara kini sudah perlahan mulai berubah. Ia tak lagi membuat berbagai macam jenis kue, karena memang ia tak memiliki cukup waktu.
Yara kini bisa lebih fokus bekerja dan memperhatikan anak-anaknya dan jika malam ia bisa menemani si sulung Abhi belajar dan juga mengajari beberapa kata atau menulis pada si kecil Yasmine.
Yara kini sudah memiliki tabungan untuk anak-anak nya. Ya walaupun tidak banyak tapi setidaknya ia memiliki uang jikalau nanti ada pada masa sulit.
Ternyata dibalik perpisahannya dengan mantan suami ada hikmah besar disana.
Mungkin Tuhan tak ingin Yara terjebak dan tersakiti lebih lama lagi dalam hubungan pernikahan yang hanya akan menyakiti Yara dan anak-anak.
Kini Yara paham maksud Tuhan yang sebenarnya. Walaupun diawal ia tertatih-tatih untuk bangkit, namun kini semuanya bisa berjalan dengan baik.
"Bunda.... Tadi Abhi berantem dengan teman Abhi" ujar putra sulung Yara yang tentu saja membuat Yara menghentikan kegiatannya melipat pakaian yang untuk ia setrika besok.
Yara menatap Abhi meminta penjelasan.
"Lalu Abhi ada yang luka?" tanya Yara sambil mengecek kondisi tubuh Abhinaya.
Anak laki-laki Yara itu menggeleng takut.
"Nggak luka bunda, tapi besok bunda dipanggil ke sekolah" ucap Abhinaya pelan.
Yara menarik nafas dalam namun ia tetap berusaha tenang agar tidak menakuti putranya.
"Apa alasan Abhi bertengkar dengan teman Abhi?" tanya Yara pelan sambil mengelus kepala putranya.
Yara tahu jika Abhi adalah bocah yang tenang dan tidak mungkin ia yang memulai pertengkaran.
Abhi menatap wajah bundanya. Ada rasa bersalah yang ia rasakan karena telah membuat Bunda nya itu menjadi repot.
Yara masih menanti jawaban dari Abhinaya dengan sabar.
"Kenzo hina bunda. Katanya Abhi nggak punya ayah dan bunda adalah wanita penggoda" ucap Abhi sambil terisak.
Yara mematung. Ternyata apa yang di takutnya terjadi juga. Anak-anaknya mengalami pembullyan oleh teman-temannya.
Mata Yara memanas,tapi sekuat mungkin ia menahan air matanya agar tidak jatuh dan akan semakin membuat Abhi merasa bersalah.
Rasanya suara Yara tercekat di tenggorokan.
"Besok sebelum pergi bekerja, bunda akan menemui wali kelas Abhi" ucap Yara akhirnya.
Abhinaya menatap Yara dengan berurai airmata.
"Maaf kan Abhi bunda... Harusnya Abhi bisa tahan emosi Abhi tapi Abhi nggak bisa lihat Bunda di hina orang" ucap Abhinaya terisak.
Yara tak kuasa menahan tangisnya lagi, ia memeluk putra tersayang nya. Mungkin Abhi hanya ingin melindungi nya.
Sebagai anak tertua,ia ingin melindungi ibu dan adiknya. Dan Yara maklum hal itu.
Besok Yara akan meminta izin untuk bekerja siang ia akan menemui wali kelas putranya. Yara tak ingin mental Abhi terganggu dan akan berdampak pada nilai akademiknya nanti.
"Sudah ya .. Sekarang Abhi bobok, udah malam. Besok bunda akan bicara pada wali kelas Abhi. Sudah ya nak" bujuk Yara.
......................
Pagi ini setelah mengantarkan si kecil Yasmine, Yara akan menemui guru putra nya. Setelah tadi ia meminta izin kepada bagian HRD,Bu Novi. Dan syukur nya beliau mengizinkan Yara bekerja pada siang atau sesudah urusannya selesai.
Yara menunggu dengan hati yang gelisah.
Setelah menunggu sekitar setengah jam akhirnya Yara bisa juga bertemu dengan wali kelas Abhi dan turut serta juga orang tua dari teman Abhi.
Awalnya pembicaraan berjalan baik-baik saja, tapi ketika orang tua dari Kenzo menyinggung perihal status Yara yang tidak akan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Yara emosi.
"Jangan bawa status saya Bu Kenzo. Jika Abhi berani memukul putra anda berarti ada yang salah dengan ucapan putra anda. Saya tahu sifat Abhi selama ini, ia tidak akan mengusik jika tak ada yang mengusiknya duluan" ucap Yara tegas.
"Makanya jaga anak kamu, ck.. Status kamu tuh yang menjadikan si Abhi jadi nggak baik" ujar orang tua Kenzo yang secara langsung menghina status Yara.
"Anda seorang wanita Bu Kenzo, tidak sepatutnya anda menghina sesama wanita. Bukan saya mendoakan anda tapi cepat atau lambat juga anda pasti akan merasakan status seperti saya. Entah kah anda bercerai atau suami anda dipanggil Yang kuasa kita nggak tahu takdir Bu Kenzo. Jadi ada baiknya kita sama-sama introspeksi diri dan mendidik anak-anak menjadi baik bukan membenarkan prilaku yang tidak baik dan mewajarkan hanya karena atas dasar ia masih anak-anak" ucap Yara bijak dan tenang.
Sontak apa yang dikatakan oleh Yara dapat membungkam orang tua Kenzo. Dan alhasil maka disepakati kata damai antara anak-anak maupun orang tua mereka.
Yara memang gagal menjadi anak dan istri tapi ia tidak ingin gagal dalam menjadi ibu yang baik bagi anak-anak nya.
Yara kembali bekerja setelah tadi ia pamit kepada putranya.
Yara masih mengerjakan tugas-tugasnya yang sempat terbengkalai.
Namun saat ia hendak mencari peralatan yang tertinggal di ruang perkakas ia dikejutkan dengan suara laki-laki yang dengan sengaja menutup dan mengunci pintu ruangan itu.
Yara ketakutan tapi ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya.
"Mas Roni, kenapa pintu nya ditutup. Apa mas Roni mau ambil barang juga" tanya Yara mengalihkan perhatian pria yang bernama Roni itu yang merupakan rekan kerjanya.
"Nggak Yara, saya cuma ingin berduaan dengan kamu. Saya mau kenal kamu lebih jauh lagi" ucapnya sambil terus merengsek maju mendekati Yara.
Yara menoleh kesana-kemari guna mencari sesuatu yang dapat ia jadikan pelindung dirinya. Ia tahu situasi ini tidak baik baginya. Yara adalah wanita dewasa yang mungkin naif tapi ia tidaklah sepolos itu untuk mengerti situasi berbahaya ini.
Yara terus berdoa dalam hati, agar ada seseorang yang melintasi ruang penyimpanan ini.
Rekan-rekannya yang lain pasti sedang bekerja pada area mereka masing-masing dan menjelang waktu istirahat mereka akan kembali menyusun barang-barang mereka. Sementara saat ini waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi dan itu artinya rekan yang lain masih sibuk.
"Ayolah Yara, kau jangan berlagak lugu begitu. Mumpung yang lain masih sibuk bagaimana kalau kita bersenang-senang. Ini pasti akan cepat, aku janji tak akan menyakitimu" ucap Roni semakin mesum dan kini sudah berdiri dihadapan Yara.
Yara mendorong tubuh pria kurus itu sekuat tenaga yang ia miliki dan itu cukup berhasil membuat Roni terjatuh dan menghantam tempat sampah yang kosong.
Yara menggedor pintu dari dalam dan berusaha meminta bantuan kepada siapa saja yang mendengar teriakannya.
"Percuma Yara tidak akan ada seorang pun yang mendengar teriakkan mu. Ayolah Yara sayang" ucap Roni semakin menjadi.
"Tuan... Lift anda sedang diperbaiki jadi kita pakai lift ini saja yang biasa digunakan oleh para petugas kebersihan " ucap Kevin kepada Arzan yang rencananya pagi ini akan melakukan janji temu dengan seseorang.
"Terserah kau saja lah" ucap Arzan dingin.
Saat tiba dilantai dasar sayup-sayup Arzan mendengar teriakkan minta tolong yang ia yakini dari ruangan yang di samping lift.
Arzan dan Kevin saling pandang guna memastikan pendengaran mereka.
"Tolong siapapun yang diluar" teriak Yara yang sudah menangis. Bajunya sudah sobek separuh akibat di tarik paksa oleh Roni bahkan pria itu sudah dengan kasarnya membentur kan kepala Yara ketembok.
Arzan yang mendekatkan telinganya ke daun pintu dan semakin yakin jika ada yang akan berbuat tidak baik di perusahaannya.
Wajah nya menjadi merah padam menahan amarah. Ia dengan sekuat tenaga mendobrak pintu ruangan perkakas dan betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan yang tidak senonoh didepan matanya sendiri.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
fitri yanti
yara2 kesian bgt nasib mu
2024-04-08
0