Arzan telah bangun dan juga telah bersiap. Pagi ini rencananya ia akan memimpin rapat bersama para pemegang saham. Rapat bulanan yang sebenarnya Arzan sendiri malas mengikutinya. Disana hanya ada persaingan dan wajah-wajah para penjilat yang lebih mementingkan urusan pribadi masing-masing.
Saat Arzan akan turun,sayup-sayup ia mendengar celotehan gadis kecil yang menanyakan ia sekarang berada dimana dari pintu kamar yang tidak tertutup rapat.
"Abang mandi dulu, ayo nanti telat ke sekolah nya" pinta Yara kepada si sulung Abhinaya.
Bocah berusia tujuh tahun itu menurut saja tanpa banyak bicara.
"Yasmine, juga sekarang siap-siap ya. Kita akan sarapan dengan om Arzan dan yang lain nanti. Ayo nak sini bunda kepang rambutnya" ucap Yara kepada si kecil Yasmine yang memang sudah selesai mandi sejak tadi.
"kita dimana bunda? Kita sedang menginap di hotel ya seperti yang ada di sinetron yang biasa nenek nonton" tanya Yasmine yang penasaran sekaligus takjub dengan ranjang besar yang ada dikamar itu.
Yara tersenyum melihat tingkah lucu Yasmine. Yara juga bingung mau menjawab apa, dan bagaimana memulainya.
Terdengar pintu dibuka dan memunculkan sosok Arzan yang sudah terlihat begitu rapi lengkap dengan setelan jas mahalnya.
"saya tunggu dibawah" ucap Arzan singkat dan langsung berlalu dari hadapan ibu dan anak yang terlihat terkejut akan kehadiran pria itu.
"Bunda, om itu kok Yasmine pernah ketemu ya" ucap Yasmine berusaha mengingat wajah Arzan.
"oh ya dimana?" ucap Yara ingin mengetes ingatan si kecil Yasmine.
Gadis berkuncir dua itu nampak berfikir keras sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu.
"Ah.. Yasmine ingat. Om itu kan yang ada waktu Yasmine kecelakaan. Iya kan bunda?" ucap Yasmine yang mengingat sosok Arzan.
"iya.. Dia om Arzan dan sekarang jadi papanya Yasmine" ucap Yara pelan ketika menyebut kata papa.
"Ayo bunda kita turun. Nanti Abhi telat ke sekolahnya" potong Abhi saat ia keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian seragam sekolahnya.
Abhi tahu jika sang bunda bingung menjelaskan status pria itu. Walaupun Abhi masih kecil, tapi ia paham kini status sang bunda karena ia juga menyaksikan semua kejadian malam itu dimana sang bunda terpaksa menikah dengan pria yang mengantarkan bundanya pulang.
Yara dan anak-anak turun dan telah menemukan Arzan duduk di kursinya.
"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama ibu Fatmawati. Kalian bisa memanggil Bu Fatma saja. Ibu yang akan membantu kalian dirumah ini nantinya bersama maid yang lain. Ayo mari kita sarapan. Mari nyonya" sambut Bu Fatma begitu melihat kebingungan di kening anak-anak sekaligus mengajak Yara untuk menuju di meja makan.
Yasmine dan Abhinaya melihat kearah bundanya guna meminta persetujuan. Yara mengaguk kecil tanda mengizinkan mereka duduk diikuti oleh Yara yang juga duduk dengan jarak satu kursi di samping Arzan karena Bu Fatma yang membantu menarik kursi lain selain yang disamping Arzan.
Yara duduk tanpa banyak bicara. Ia bahkan makan dalam diam begitu juga anak-anak yang sudah dilayani oleh para maid yang membantu Bu Fatma.
Arzan berdehem dan melipat kedua tangannya diatas meja makan. Menatap satu persatu wajah anak-anak Yara.
Cepat atau lambat anak-anak pasti akan tahu status nya. Jadi Arzan memutuskan untuk memberitahu kepada mereka.
"Namaku Arzan Alvaro Anderson. Aku dan bunda kalian telah menikah, jadi kalian bisa memanggil ku dengan papa Arzan bukan om Arzan" ucap Arzan formal dan kaku seperti memulai rapat dengan bawahannya di perusahaan dan menekankan kata papa.
"Om kan... " ucapan Yasmine terputus saat melihat wajah protes Arzan ketika gadis kecil itu masih memanggilnya dengan sebutan om.
Ia segera merubah panggilannya " Eh papa Arzan kan yang kemarin dirumah sakit" lanjut Yasmine lagi.
Arzan mengangguk. "kamu benar gadis kecil dan mulai hari ini kamu sudah papa daftar kan sekolah. Jadi nanti mulai besok kamu akan diantar supir ke sekolah. Begitu juga dengan Abhinaya, yang ke sekolah akan diantar oleh supir yang sama" ucap Arzan yang memutuskan secara sepihak tanpa berunding dengan ibu mereka.
Yasmine yang akan segera bersekolah tentu saja senang, karena ia memang sudah tidak sabar untuk menunggu hingga tahun depan seperti janji bundanya. Namun lihatlah kini , gadis kecil itu tak perlu menunggu hingga tahun depan, dengan kekuatan uang dan pengaruh ayah sambungnya, ia bisa sekolah meski sudah tengah semester.
Melihat wajah Yara yang ingin protes,pria itu lalu mengatakan sesuatu yang membuat Yara semakin terkejut.
"Dan kamu Yara, kamu tidak usah bekerja lagi di perusahaan. Kamu bisa membantu mengurus rumah atau melakukan hal lain yang menjadi kesenangan mu" ucap Arzan yang lebih terdengar seperti titah sang raja yang tak ingin dibantah.
"Ayo bersiap-siap. supir sudah menunggu diluar" ucap Arzan yang tertuju kepada putra sulung Yara.
"Bun.." panggil Abhi kepada ibunya.
Yara mengaguk dan berdiri " ayo bunda antar kedepan" ucap Yara kepada Abhinaya.
Bocah laki-laki menurut saja dan berpamitan kepada Arzan.
"selamat pagi nyonya, saya mang Hilman, supir pribadi yang akan mengantarkan anak-anak ke sekolah. Ayo den Abhi kan?" sapa pria yang sedikit lebih tua dari Yara yang berpenampilan rapi mengenakan safari menyapa Yara dan anak-anak.
"Bunda, Abang pamit ya" ucap Abhi yang langsung masuk ke dalam mobil diikuti oleh mang Hilman.
Yasmine menarik jari telunjuk Yara. " Bunda, kita jadi orang kaya ya" tanya gadis itu polos.
"Eh... Kok gitu?" tanya Yara kaget.
"Iya, kita sekarang nggak tinggal di kontrakan kecil lagi yang cuma ada kasur lantai, terus sarapan kita juga banyak tadi. Dan Abang Abhi diantar ke sekolah pakai mobil bagus seperti punyanya Raisa. Tapi lebih bagus punya kita sih. Lebih mengkilat" ucap Yasmine sambil membandingkan mobil yang dimiliki oleh sepupunya,anak dari mbak Dena.
"Yasmine, nggak boleh ngomong gitu. Apapun yang kita miliki,kita harus bersyukur karena semua yang kita miliki ini hanya titipan. Jadi kita nggak boleh sombong. Dan lagi pula ini bukan punya kita" ucapan Yara terputus.
"Ini punya kita, punya Yasmine dan juga Abhi. Jadi kalian bisa menikmatinya sesuka kalian " sahut Arzan yang langsung memotong ucapan Yara.
Tentu saja hal itu membuat si kecil Yasmine girang dan berlompat kecil.
Yara berdecak kesal. Pria yang menjadi suami nya ini telah mengajarkan putrinya yang tidak-tidak.
"Sekarang Yasmine main dulu dengan maid dihalaman belakang, papa mau bicara dengan bunda" pinta Arzan kepada putri sambungnya.
Gadis kecil itu menurut dan langsung menyambut uluran tangan seorang maid yang tadi malam membantu Yara.
"Ikut denganku" ucap Arzan sambil berjalan menuju ruang kerjanya.
Yara hanya diam dan berjalan dibelakang pria itu. Ia juga perlu bicara tentang semua ini termasuk keikutsertaan pria itu dalam mendidik anak-anak Yara.
"Saya langsung saja. Walaupun kita berdua sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini, tapi saya tekankan bahwa tidak akan ada perceraian dalam pernikahan ini. Dan jika kamu mau protes dengan keputusan saya mengenai pendidikan anak-anak, kamu sia-sia karena di keluarga Anderson, pendidikan lebih penting" ucap Arzan yang menunjukkan ke kediktatorannya.
"Tuan, anda tidak perlu membuang-buang waktu dan uang anda untuk kami. Saya tetap menganggap pernikahan ini salah" protes Yara yang sejak tadi malam ia tahan.
"Tuan?? saya adalah suami mu, walaupun saya tidak menuntut kamu melakukan kewajiban sebagai seorang istri tapi rasanya tidak etis kamu memanggil dengan kata tuan. Panggil saya Arzan. Dan seperti yang tadi saya katakan jika kamu tidak berhak untuk protes " ucap Arzan yang tak ingin dibantah.
"Atau karena kau sudah memiliki seorang kekasih makanya kau tidak ingin anak-anak tahu status kita"ucap Arzan sambil berjalan mendekati Yara.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments