Pengkhianat

Setelah pergi dari rumah sakit untuk menuju mansion akhirnya Jeremy beserta kedua anak dan kedua cucunya sampai di mansion

Mereka berlima masuk kedalam dengan membawa aura yang sangat menakutkan, para bodyguard dan maid yang melihat itu tentu saja takut dengan aura yang dikeluarkan oleh kelima tuannya

"berkumpul!" ucap Jeremy dengan sedikit berteriak

Semua bodyguard dan maid segera berkumpul di ruang tengah yang luas itu dengan berjajar rapi, mereka bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi mengapa kelima tuan mereka terlihat sangat marah

"siapa yang telah berkhianat!?" Jeremy kembali bertanya dengan suara dingin dan wajah yang datar

Tak ada yang menjawab. Mereka semua diam dengan menunduk tentu saja, lagi pula siapa yang akan mengaku sebagai pengkhianat? sekalipun memang benar seorang pengkhianat

"JAWAB SIALAN!" teriak Daniel yang sudah tak bisa menahan amarahnya

"baiklah tak apa jika tak ingin menjawab" ucap Gevano santai lalu duduk di sofa yang ada dengan laptop dipangkuannya, tak lama ia kembali berdiri dengan membawa laptopnya itu

"lihatlah!" tekannya dengan memperlihatkan rekaman video

Di video tersebut terlihat seorang maid yang sedang mengobrol dengan salah satu bodyguard di dekat gudang belakang, sebenarnya di sana tak ada cctv, namun ntah bagaimana Gevano dapat menemukan video tersebut

Fyi : selain menjabat sebagai pemilik perusahaan Gevano juga adalah seorang hacker handal yang sedikit orang tau

keduanya terlihat berbicara dengan serius, lalu Gevano menekan salah satu tombol di laptop tersebut dan suara Meraka pun terdengar dengan sangat amat jelas

"bagaimana? Kau sudah melakukan tugasmu?" tanya bodyguard

"tentu saja sudah, aku telah memasukan racun mematikan kedalam adonan puding yang kepala maid buat" jawab maid itu

"bagus, kita pasti akan mendapatkan uang jauh lebih banyak" ucap bodyguard

"cepat hubungi dia" lanjutnya, maid tersebut terlihat mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi seseorang

"halo, sudah saya laksanakan dengan baik"

"....."

"baiklah, terima kasih"

Tut..

Sambungan telpon dimatikan oleh maid tersebut secara sepihak, maid itu tersenyum memandang bodyguard didepannya

"dia bilang kita akan segera mendapatkan uangnya" ucap maid tersebut

"bagus" jawab bodyguard

"yasudah cepat kembali ketempat masing masing sebelum kita ketahuan oleh keluarga ini" ucap maid itu dan diangguki setuju oleh bodyguard

akhirnya mereka pergi dari sana untuk melakukan pekerjaan mereka masing masing

Lalu video pun berakhir.

semua yang ada di sana merasa tegang bahkan keringat sudah memenuhi kening mereka karena ketakutan, terutama dua orang yang berada di dalam video tersebut

"Kalian, bawa mereka berdua keruang bawah tanah! sekarang!" perintah Frans pada bodyguard yang tak berkhianat

Maid dan bodyguard tersangka dibawa dengan paksa keruang bawah tanah keduanya memberontak dengan berteriak, namun bodyguard bodyguard yang membawa mereka tak peduli, lagi pula mereka masih sayang nyawa untuk berkhianat pada Robertson

"Gevano. sudah tau siapa yang menyuruh mereka?" tanya Jeremy

"sudah opa" jawab Gevano mengundang tatapan tanya dari yang lainnya

"siapa lagi jika bukan dia" lanjutnya dengan wajah yang semakin menunjukan amarahnya

"si brengsek itu tak lelah terus menganggu ketenangan Robertson!" gumam Gerald yang masih terdengar jelas oleh yang lainnya

Gerald memang terlihat acuh pada sekitarnya namun sebenarnya ialah yang paling menjaga mereka semua, terima Daffin.

Mungkin Daffin serta kakak kakaknya mengira Gerald membenci atau bahkan tak menerima Daffin, namun nyatanya ia sosok yang paling menjaga Daffin sekalipun dari kejauhan, bahkan sejak awal bocah itu bertemu dengan ayah kandungnya David.

Jeremy, Frans dan David tentu saja tau bahwa Gerald yang terlihat acuh adalah sosok paling perhatian

"dia akan mendapatkan balasan nya nanti" ucap Frans

"kau benar, dia akan mendapatkan nya" saut Gerald

"lebih baik sekarang kita urus kedua pengkhianat itu" ucap Jeremy lalu melenggang pergi dari sana untuk menuju ruang bawah tanah diikuti yang lainnya

***

Mereka telah sampai di ruang bawah tanah, tepatnya ruang penyiksaan.

Terlihat maid dan bodyguard itu terduduk di lantai kotor dengan darah dimana mana membuat bau amis adalah kesan pertama saat masuk kedalam ruangan tersebut

Kedua pengkhianat itu telah di rantai dikedua tangan dan kakinya, keduanya hanya menunduk dengan tubuh yang sedikit bergetar ntah itu karena takut atau mungkin menangis?

"saya mohon tuan lepaskan saya.." mohon maid

"saya melakukan semua ini hanya karena perintah tuan" lanjutnya dengan suara bergetar

"berisik!" sentak Gevano kesal

"tuan, saya hanya diperintah tuan" kini giliran bodyguard yang memohon

"kalian mendengarkan perintah orang asing dibanding atasan kalian sendiri? Hah.. lucu sekali" ucap Daniel dengan nada meremehkan

"kalian sudah salah berkhianat pada Robertson" tekan Jeremy

"siapa yang lebih dulu?" tanya Frans

"aku" jawab Gerald lalu melangkah mendekat kearah kedua pengkhianat tersebut dengan tiga belati di tangannya

Gerald menusuk nusuk, menyayat nyayat bahkan membogem keduanya tanpa peduli pria atau wanita yang ia hajar

"cukup! Aku juga ingin bermain ayah!" ucap Gevano, Gerald mengalah saja toh dia juga merasa sedikit puas

"kalian bodoh" desis Gevano dengan menoyor kedua kepala pengkhianat itu dengan menggunakan dessert eagle nya

Akhirnya kedua pengkhianat itu terus di siksa tanpa ampun, meski keduanya telah lemas namun kelima pria Robertson itu tak peduli yang mereka pedulikan saat ini adalah kepuasan mereka dalam menyiksa

"a-am-pun.." lirih bodyguard

"hen-tikan.." lirih maid

Namun bagaikan angin lalu, kelimanya tak memperdulikan lirihan keduanya yang sangat amat pilu menahan sakit disekujur tubuh keduanya

"hahahah... Kalian memang bodoh! Kalian salah berkhianat pada Robertson!" tekan Gerald dengan tawa semangat, semangat membunuh.

Jeremy, Frans, Daniel dan Gevano hanya menatap datar Gerald yang sekarang seperti kesetanan mencabik tubuh tak benyawa keduanya dengan brutal

"sudahlah Ayah.. Mereka sudah mati" ucap Daniel

"aissh dia memang seperti itu jika sudah seperti ini" ucap Frans dengan santai seolah Gerald memang sering melakukannya, memang.

"sudahlah, biarkan Gerald puas dengan kedua pengkhianat itu, kalian bersih bersihlah sekarang, lalu kita kembali kerumah sakit untuk melihat keadaan baby" ucap Jeremy dengan perintah diakhir

ketiganya mengangguk setuju lalu keluar dari ruangan tersebut menyisakan Jeremy dan Gerald yang masih anteng mencabik

"sudahlah Gerald. Kau ini tak berubah, dari kecil kau memang sudah menjadi mesin pembunuh!" ucap Jeremy dengan sedikit kekehan walau wajahnya terlihat datar

"ah kau mengganggu saja!" kesal Gerald lalu melempar belati yang ia gunakan untuk mencabik tersebut dan setelahnya pergi dari sana

"dasar anak itu, sifatnya tak pernah berubah.. Begitu pun kedua adiknya" gumam Jeremy dengan sedikit mengingat masa lalu, dimana ketiga putranya masih remaja

"kalian, berikan mayat itu pada Josh!" perintah Jeremy dan dibalas anggukan oleh beberapa penjaga di sana, lalu setelahnya ia melanggang pergi dari sana

🐻🐻🐻

Like + Comment ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!