Satu dari masa lalu.

Harsa membuang rokoknya kasar. Sebulan berlalu selepas pernikahan Rumi. Ia pun pergi ke Surabaya sembari membawa beban.

Kepedihan mengendap di hatinya. Pun perceraian dengan Rumi membuat namanya sedikit tercoreng. Bapaknya kecewa padanya. Harsa hanya bisa kabur berharap mendapat penawar luka.

Rumi adalah cinta pertama sekaligus istri yang didamba. Pertemuan tak sengaja kala pulang dinas menghantarkannya pada perasaan suka pada lawan jenis.

Pelecehan yang dilakukan pelaku membuat matanya menatap betis putih mulus Rumi, jantung Harsa bergetar, dengan spontan dia menghajar para pelaku, dan dari hari itu dia mulai mengklaim Rumi sebagai miliknya.

Harsa mengumpat berkali-kali. Ia tak tahu lagi bagaimana menahan lara yang semakin menjadi. Tiap malam bayangan kenang bersama Rumi menari-nari. Harsa gagal mempertahankan Rumi menjadi istrinya karena ia tak bisa menahan diri. Sialan!

Harsa butuh Rumi untuk mengembalikan kepercayaan publik, dan kewarasannya.

Tapi sepertinya itu akan sulit, karena jelas-jelas laki-laki sialan dan idiot itu tidak akan membiarkan itu terjadi. Sepertinya Harsa salah memilih lawan.

Dari berita yang dia dapatkan, Jaya bukan orang sembarangan. Keluarga besar pria itu adalah pemilik pondok pesantren terbesar di daerah Jawa Timur. Lelaki itu berpendidikan tinggi, tapi kematian istrinya membuatnya depresi.

Dengan bersusah payah, Harsa menarik napasnya dan menghembuskannya secara perlahan. Dia berusaha untuk menenangkan diri.

Memikirkan bagaimana caranya untuk membuat Rumi mau kembali padanya. Rumi lawan diskusi yang baik, dia juga lawan s*ks yang seimbang. Rumi yang pintar dan bisa diajak bertukar pikiran, dan Harsa benar-benar salah besar menceraikan Rumi.

Sepertinya Harsa tidak bisa mengatur emosinya, dia kembali melemparkan benda yang berada di jangkauannya. Hingga benda itu hancur berserakan diatas lantai.

Apalagi yang harus dilakukannya untuk me dapatkan Rumi. Mengancam laki-laki yang menjadi suaminya sekarang, tidak mempan. Kemarin Harsa sudah melakukannya, tapi yang ada dia malah kena mental.

Jalannya sangat sempit untuk bisa menarik Rumi kembali padanya. Harsa menghela napas kesal.

Dia mengambil sebatang rokok dan mulai membakar rokoknya. Ini mungkin bisa menenangkan pikirannya sejenak.

Sementara kehidupan Rumi bersama Jaya semakin akrab.

Hari itu. Rumi tidak mendesak Jaya. Rumi percaya suatu hari nanti Jaya akan menceritakan tentang dirinya sendiri jika lelaki itu sudah bisa mempercayainya.

Rumi sedang sibuk membereskan rumah. Jaya telah bekerja sejak dua minggu yang lalu. Rumi ikut senang walaupun terkadang ingin meminta penjelasan.

Status Jaya yang terungkap membuat Rumi menerka. Lantas, ke manakah mantan istrinya? Lalu, apa mereka memiliki anak selepas pernikahan dulu?

Rumi hanya mampu menyembunyikan rasa kepo-nya. Rumi sedikit paham tentang Jaya yang tak ingin privasinya dikulik. Maka, Rumi akan dengan sabar menanti cerita riwayat sang suami.

Saat tengah berkutat dengan lantai rumah yang habis di sapu dan hendak di pel, atensi Rumi dialihkan oleh ketukan pintu. Ia pun melirik jam. Baru pukul sepuluh pagi? Tidak mungkin kalau Jaya pulang. Lalu, siapa yang bertamu?

Rumi gegas menyimpan kain pel nya dan cepat menghampiri pintu. Saat pintu terbuka, saat itu pula Rumi menatap wanita di hadapannya. Wajah asing itu membuat Rumi mengerutkan kening.

"Siapa, ya?" tanya Rumi tersenyum.

Senyum Rumi tak dibalas. Si empu justru menatap wanita di hadapan dengan pindaian penilaian.

"Putraku ada? " tanya wanita di depannya.

"Putra anda? Oh, Mas Jaya sedang bekerja." Rumi membalas dengan ramah meski tatapan di hadapannya sama sekali tidak bersahabat. Dan lagi kata putraku? Siapakah yang dicari? Rumi hanya tinggal bersama suaminya, dan bukannya Rumi sudah bertemu dengan ibu dari suaminya saat acaranya dulu?

Sementara di tempat lain, Jaya sedang bertemu dengan rakan kerjanya dulu. Laki-laki brewokan itu tengah mendiskusikan tentang pekerjaan yang hendak dilakoni saat notifikasi ponsel mengalihkan perhatiannya.

Seketika itu pula Jaya berdiri. Ia melirik kawannya sebentar dan berlalu pergi tanpa bicara apa-apa.

Jaya pulang. Hatinya terbebani tatkala sebuah pesan tak menyenangkan mampir di ponsel.

Ibu kecewa kamu menikah tanpa berkabar. Tapi tak apa, mumpung ada waktu senggang ibu sempatkan melihat wanita pilihanmu.

Kesal! Jaya mengeram. Lelaki itu merasa tak sabar untuk segera sampai di rumah. Siapa lagi yang mengirimi pesan jika bukan ibunya yang jauh disana! Sungguh, Jaya tak suka dengan cara ibunya yang selalu sesukanya sendiri.

Sesampainya di rumah menggunakan ojol, Jaya buru-buru mengetuk pintu. Kala Rumi telah berada di hadapan. Sesegera mungkin ia mencekal pundak sang istri kuat.

"Kamu gapapa?"

Pertanyaan bernada khawatir itu hanya di anggukki Rumi. Dia merasa bingung dengan sikap Jaya.

"Gapapa, kenapa? Ada apa, Mas? "

Jaya tak menjawab dan memilih mendekap Rumi di ambang pintu.

Setelah hening, Jaya melonggarkan pelukannya.

"Kepikiran kamu terus, tadi."

Tangan Rumi mulai meraih tas kerja Jaya, wanita itu menahan napas guna mengatur kegugupan.

Satu waktu Jaya bisa berubah menjadi lelaki posesif seperti sekarang, satu waktu bertingkah seperti anak kecil.

"Terima kasih, " tutur Jaya sembari mengelus puncak kepala Rumi.

Kali ini tanpa gerakan apapun Rumi mematung. Jantungnya seakan terlepas saat itu juga. Ia tak mengira Jaya bersikap lembut dan demikian. Tidak dengan gombalan melainkan perbuatan.

Wajah berewok Jaya seolah menjadi candu, saat tangannya terulur hendak menyentuh rahang sang suami suara seseorang menghentikannya.

"Astaga... Apa yang terjadi padamu, Nak?" pekikan nyaring itu menyadarkan Jaya bahwa pesan tadi tidak main-main.

Wanita paruh baya itu benar-benar berada di hadapannya.

"Tuhan... "desahnya sendu.

"Mas, Ibu ini mengaku sebagai ibu kandung, mu."

Jantung Jaya bekerja tak normal saat ini. Sedang, Rumi menatap sang suami dengan tatapan ingin tahu.

Jaya menahan napas sejenak. Rumi melihat sang suami yang kini memasang raut berbeda.

"Aku memang ibunya!" bentakan itu menyadarkan Jaya dari keterpakuan nya.

Rumi berkedip cepat lalu melihat pada keduanya.

"Kamu menikahinya karena pelarian kan sayang? Lihatlah, dia tak sepadan dengan kita, di luar sana masih banyak perempuan yang lebih baik dari wanita ini Ha.. "

"STOP!" Jaya menjerit memotong perkataan wanita paruh baya itu.

Sementara Rumi yang melihat Jaya tertekan berusaha menenangkannya.

"Jaya, ada aku. Tenang ya!" bisik Rumi dengan satu tangannya yang lain mengelus punggung suaminya.

Tatapan Jaya liar, tak fokus dan terkesan gugup, tapi Rumi berusaha untuk menerima apa yang akan di jelaskan oleh Jaya.

"A-aku mulai menyayangimu, itu benar. Kalau masalah cinta aku tak tahu, dia akan berada di hatiku untuk selamanya."

Penjelasan Jaya tak salah. Hanya saja Rumi kelimpungan menerima informasi di tengah ketidak mengertiannya. Siapa yang di maksud dia oleh Jaya.

######

Dobel update kalau like dan komentarnya sesuai ya, novel baru butuh dukungan sayang.

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

Rumi bingung, aku juga .asih bingung dgn misteri jaya

2024-02-07

0

faridah ida

faridah ida

Rumi masih bingung ini , .. semoga Jaya bisa menjelaskan nya ....

2024-02-06

0

faridah ida

faridah ida

makanya jangan asal ucap talak aja , sekarang nyesel kan ..../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Tongue/

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!