Bukan lagi suami istri.

Menikah tidak hanya menyatukan dua hati agar saling mengikat.

Lebih dari itu sebuah hubungan harus berlandaskan kejujuran, kesetiaan dan komitmen yang dibangun sejak awal.

Bagi Harsa, kejujuran adalah hal penting lalu diikuti oleh kesetiaan dan komitmen.

Namun, jika satu waktu Harsa mendapati hilangnya kejujuran dan kesetiaan dari istrinya Rumi, ia tak akan bisa mengendalikan emosinya.

Satu tamparan mendarat di pipi Rumi yang pulang dalam keadaan basah kuyup setelah turun dari motor laki-laki yang dibenci oleh Harsa.

"Dasar pelacur! Tidak usah pulang sekalian, pergi saja kamu! Istri tidak berguna... Kamu... " Harsa menghentikan kalimatnya sejenak, sebelum tangannya terulur guna menarik dagu Rumi ke atas.

Berbagai prasangka buruk tidak bisa Harsa cegah hingga dikuasai emosi.

"Ananta Gayatri Rumi binti Mahmudin, aku ceraikan kamu dengan talak tiga! Cerai. Cerai. Cerai.. Puas kamu? Sekarang angkat kaki dari sini, perempuan penggoda! Pantas saja kamu begitu pintar diatas ranjang, ternyata begini kelakuanmu di belakang ku."

Rumi terduduk lantaran kalimat yang ia lontarkan. Saat matanya melihat sudut bibir sang istri berdarah, baru saat itu Harsa di dera rasa bersalah.

Tidak biasanya Rumi pergi tanpanya, tidak biasanya Rumi pergi di jam dia pulang kerja, perempuan itu bahkan meninggalkan ponselnya, dan kini fakta istrinya turun dari motor laki-laki lain membuat Harsa dibutakan oleh emosi.

"Rum.. " Harsa berjongkok untuk membantu Rumi yang terduduk sebab syok dengan apa yang baru saja dia alami.

Rumi sudah ketakutan setengah mati mengetahui dia tak mendapatkan apa yang di cari, ditambah melihat Harsa sudah berada di rumah, di tambah lagi dengan tatapan tajam Harsa ketika melihatnya pergi tanpa pamit, kini... darah merembes dari sudut bibirnya sebab tamparan Harsa, dan kalimat yang baru saja Harsa ucapan lebih menakutkan dari suara guntur yang sejak tadi mengiringi derasnya hujan.

Tubuh Rumi menggigil, tatapan tajam Harsa memudar yang digantikan dengan tatapan kekhawatiran.

Selalu seperti ini.

Rumi kerap di sakiti oleh Harsa karena sang suami yang tidak bisa menahan emosi. Sikap tempramen Harsa seolah sudah mendarah daging. Dan Rumi selalu menjadi sasaran empuk, bahkan seringkali kesalahannya tidak setimpal dengan luka yang harus Rumi terima lahir dan batin.

Rumi pikir masa lalunya yang suram sudah berlalu. Setelah menikah harusnya dia sudah move-on dan melupakan kenangan pahit itu, lalu melanjutkan hidup bahagia bersama Harsa.

Namun siapa yang menyangka, kalau takdir mempertemukannya dengan Harsa hanya akan berakhir dengan luka yang sama. Merasakan di remehkan dan dipandang hina.

Bahkan telinga Rumi tidak tuli untuk mendengar kata yang keluar dengan lantang soal talak yang dijatuhkan Harsa. Kini bukan sekedar harga diri Rumi saja yang jatuh, tapi tubuhnya juga ikut luruh dengan rasa sakit yang membelenggu.

Sementara Harsa yang melihat Rumi lemas bergegas meraih tubuh ringkih itu kedalam dekapannya.

Sesungguhnya Harsa sedang merasa panik sekaligus menyesali apa yang sudah terucap dari bibirnya.

Setan apa yang memasukinya hingga dia secara frontal bisa menjatuhkan talak tiga pada Rumi?

Kini tentu apa yang sudah terucap tidak bisa di tarik kembali, kenyataannya dia sudah menjatuhkan talak tiga pada Rumi.

Dan Harsa benar-benar menyesal. Laki-laki itu gegas membawa isinya masuk kedalam rumah.

Dengan tangannya sendiri Harsa membersihkan noda darah di sudut bibir Rumi, dengan tangannya sendiri Harsa menganti baju basah sang istri dan dengan kesadaran yang butuh Harsa menciumi wanita yang sudah di cerai secara hukum itu.

Mata Rumi terbuka ketika malam sudah larut. Rumi melirik di sisi kirinya dimana ada Harsa yang tidur sembari menggenggam tangannya.

Biasanya mereka akan berbaikan setelah Rumi memaafkan Harsa. Seperti yang sudah-sudah, luka fisik yang Rumi terima tidak hanya kali ini, sudah sering. Bahkan terlalu sering hingga menimbulkan rasa trauma mendalam. Itu alasan mengapa hanya perkara susu yang tidak ada Rumi bisa sangat takut menerima kemarahan Harsa.Tapi sekarang keadaannya berbeda. Harsa sudah bukan lagi suaminya.

"Kamu bangun?" suara serak Harsa menyadarkan Rumi dari lamunan.

Tidak ada senyum di bibir Rumi, Rumi malah beringsut menjauhi Harsa.

"Ada apa, Rum? " tanya Harsa seolah lupa jika mereka sudah bukan lagi suami istri.

Rumi kembali beringsut, memilih mengigit bibit dan memeluk erat lutut sebagai pelampiasan kesedihannya. Bunuh diri adalah dosa, itu masih menjadi pegangannya. Rumi sudah pernah mencoba karena merasa frustasi dan kemudian gagal saat pikirannya sadar. Memendam masalah sendiri bukan berarti mandiri. Rumi ingin berbagi cerita, tetapi tak tahu pada siapa?

Mendapat penolakan dari Rumi membuat Harsa murka. Seisi kamar hancur lebur dalam hitungan menit.

Harsa juga langsung menghubungi kedua orang tuanya untuk membicarakan persoalannya.

Hingga kini Rumi tengah duduk di ruang tengah dengan Harsa dan kedua mertuanya.

Arindita Harimurti hanya bisa menatap iba menantunya. Murti baru sadar ternyata kedua lelaki kebanggaannya memiliki temperamen yang sama, kasar dan tidak segan menyakiti bahkan istrinya sendiri.

Murti juga mendapat perilaku yang sama dari Paramudya Pradaya. Hanya saja dia selama ini menahan segalanya sendiri. Tidak menyangka kini hal yang sama di alami Rumi.

"Pokoknya aku mau rujuk!"

"Tidak bisa Harsa! Kamu sudah menjatuhi Rumi talak tiga." suara Paramudya Pradaya tak kalah keras dari putra semata wayangnya.

Meskipun dia memiliki kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat sekitar. Tapi soal agama, Paramudya tidak bisa main-main. Semua ada hukumnya.

Harsa harus menanggung apa yang sudah dia lakukan, untuk kali ini Paramudya tidak bisa membantu banyak.

"Sekarang kalian tidak bisa tinggal satu atap lagi, Rumi bukan lagi istrimu di mata agama." ucapan Paramudya mengambil alih perhatian Harsa.

Harsa sungguh menyesali perbuatannya. Kini konsekuensinya dia dan Rumi harus berpisah.

Di tempatnya duduk Rumi hanya terus menundukkan kepalanya. Bapak mertuanya bahkan langsung memanggil Kiai Salahudin untuk membicarakan kelangsungan rumah tangganya.

"Jika Mas Harsa Ingin rujuk kembali dengan istri setelah talak tiga dijatuhkan, maka si istri harus menikah dengan seorang muhallil. Setelah menikah dengan muhallil, lalu si istri yang dijatuhkan talak tiga itu cerai ba'da al dukhul dan harus melewati masa iddahnya."

Ucapan Kiai Salahudin sudah seperti bom di telinga Harsa. Melihat Rumi di bonceng laki-laki lain saja sudah membuatnya cemburu setengah mati apa lagi harus melihatnya menikah dengan laki-laki lain. Harsa tidak bisa membiarkan istrinya jatuh pada laki-laki lain. Untuk itu Harsa akan menyusun rencana, dia yang akan memilihkan laki-laki yang akan menikah dengan Rumi nanti.

*******

Harsa yang biasanya dingin kini berubah jadi lebih hangat pada Rumi. Tapi untuk apa semua sudah tidak sama.

Harsa mengantarkan Rumi ke kontrakan yang tak jauh dari kediaman mereka.

Mau tidak mau, Harsa harus rela meninggalkan Rumi di rumah kost tersebut. Sembari mencari laki-laki yang bakal dijadikan tumbal untuknya bisa rujuk dengan Rumi.

Dengan langkah berat Harsa meninggalkan Rumi, dengan setengah hatinya.

*******

Saat ini Rumi sedang berdiri di depan jendela kamarnya.

Sudah satu jam Harsa meninggalkannya sendirian di rumah ini.

Rumi memandang anak-anak kecil yang tengah bermain, awalnya Rumi hanya fokus pada ke empat anak tersebut sebelum lelaki familiar itu menarik perhatiannya.

Jaya duduk di dekat anak kecil yang sedang bermain tadi. Spontan semua anak-anak bersorak.

"Jaya orang gila! Jaya orang gila! Jaya orang gila!"

Semua bersikap bahwa laki-laki yang kerap kali tertawa dan menangis sendiri itu hanyalah orang gila. Lelaki yang fisiknya sempurna itu berbanding terbaik dengan otaknya. Begitu penilaian orang.

Jaya. Lelaki jangkung yang mendengar sorakan anak-anak itu bangkit dengan air mata tangisan.

Saat anak-anak mulai bertingkah kurang ajar, seperti menarik-narik bajunya, lelaki itu hanya menutup kepalanya dengan kedua tangan. Laki-laki itu terus memejamkan mata hingga cekalan lembut serta panggilan seseorang menariknya untuk membuka mata.

"Jaya."

Dia.... Satu-satunya perempuan cantik yang sudi mengajaknya bicara. Jaya tidak tahu siapa namanya. Hanya saja wanita itu kerap menolongnya dari lemparan batu kerikil anak-anak nakal.

Usapan di kepalanya membuat lelaki itu terkesiap. Rumi selalu membantunya tiap di bully.

"Jaya, kita bertemu lagi." senyum manis Rumi suguhkan, berlagak menjadi seorang penenang. Berbanding terbaik dengan riuhnya kepala Rumi. Rambutnya kusut masai, wajahnya sembab yang membuat Jaya sedikit heran.

"Rumi, namaku Rumi, kamu Jaya ya?"

######

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak untuk author biar semangat ngetiknya...

Happy reading...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

OTW jodohnya Rumi

2024-02-07

0

faridah ida

faridah ida

suami bodoh .. bicara talak tanpa pikir2 lagi ...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2024-02-06

0

M. salih

M. salih

lanjut author

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!