persembahan-2

Ayu berjalan tertatih mencapai pintu belakang rumahnya. Ia harus cepat, sebelum semua orang memergokinya.

Sosok wanita yang mengerikan dengan lubang di punggungnya telah mengintainya sejak tadi. Ayu bersujud di lantai teras belakang yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi dua meter sembari meletakkan bayinya di atas dua telapak  tangannya.

Lalu sosok wanita yang merupakan sekutunya dalam mencapai kesesatan itu menarik arwah bayi tersebut dan membawanya pergi untuk dijadikan tawanan abdinya.

Setelah itu, Ayu meletakkan jasad bayi yang baru dilahirkannya diatas lantai teras dan membuka kain pembungkusnya. Ia berkomat kamit membaca mantra, dan entah dari mana datangnya. Ratusan burung gagak datang dengan tiba-tiba. 

Unggas pemakan daging yang biasanya aktif di siang hari itu, seolah terpanggil dan dengan rakusnya menyantap daging mungil yang masih menempel tali pusat bersama placentanya itu hingga tak bersisa.

Ayu tersenyum bahagia. Ia tak sabar dengan kekayaan yang akan diterimanya, sebab tumbal persembahannya diterima dengan sangat baik.

Setelah menit-menit berikutnya, akhirnya tiada yang tersisa. Hanya tengkorak kepala yang juga sudah hilang isinya, menyisakan tulang belulang, dan Ayu bergegas memasukkannya ke dalam safety tank.

Tak berselang lama, Bagas datang bersama ustaz Guntur, dan juga Sugi yang membawa bidan Andana. 

Ayu sedikit gelagapan. Tetapi ia harus pandai berakting, agar semua rencana yang telah disusunnya berjalan dengan baik dan seperti yang diinginkannya.

“Huuu…huuu….huuuu…,” Ayu menumpahkan air mata kebonya. Ia menangis sembari meraung-raung di belakang rumah.

Laila yang sedang memasak mendengar tangisan tersebut dan bergegas mematikan kompor, lalu mencoba memeriksa ke belakang rumah.

Saat bersamaan, ke empat orang lainnya ikut menyusul masuk dan melihat banyaknya ceceran darah nifas dari liang selangka Ayu yang menuju teras belakang rumah.

“Dik Ayu,” guman Sugi dengan panik, lalu setengah berlari mengikuti ceceran darah itu dan ke empat orang lainnya mengekori dari arah belakang.

“Ada apa, Dik, apa yang terjadi?” tanya Sugi panik.

“Kang, hiks…hiks…hiks…,” tangisannya sengaja ia ledakkan dengan agar orang-orang mempercayai jika ia sedang berduka malam ini.

“Bayi kita, Kang,” ucapnya dengan nada selirih mungkin. Ia mendekap tubuh suaminya untuk membuat Sugi meyakini segala ucapannya.

“Kenapa dengan jasad bayi kita?”

“Dimakan habis burung gagak, Kang,” tangis Ayu semakin kencang dan hal ini membuat semua orang terperangah.

“Bagaimana bisa itu terjadi, Dik. Itu tak mungkin,” Sugi rasa tak percaya mendengar semua itu. Bagaimanapun ia sangat terpukul saat mengetahui kenyataan yang ada, dimana jasad bayinya menjadi santapan para burung pemangsa daging tersebut, bahkan ia belum puas memandang jasad bayinya yang berjenis ke-lamin laki-laki tersebut. Ia hanya memandang sekilas saja saat tadi.

“Bener, Kang. Apa Kang Sugi gak percaya sama Ayu?” tanyanya dengan isakan yang semakin dibuatnya terdengar memilukan.

Melihat istrinya semakin menangis dengan kencang, Sugi malah kebingungan.

“Hah, astaghfirullah,“ ustaz Guntur terperanjat saat melihat sesuatu melintas dengan wujud yang sangat mengerikan. Lalu menghampiri Ayu yang kini sedang menangis dengan tersedu dalam dekapan Sugi.

“Bukankah sosok itu yang ada di rumah lama mereka? Mengapa ikut kemari? Kecuali itu memang dipelihara,” guman Pria itu dalam hatinya.

Hal yang sama dirasakan oleh Andana. Ia juga melihat sosok mengerikan itu berada tepat di belakang Ayu dengan wujud yang mengerikan.

“Mengapa bisa jasad bayi itu berada di teras tiba-tiba? Jika bukan sengaja dibawa dan diserahkan?” guman Andana dalam hatinya.

Ia melirik Ayu sejenak, dan menggelengkan kepalanya. Ia juga melihat sosok wanita yang sangat mengerikan sedang berdiri tepat di belakang punggungnya.

“Kang Sugi, tolong gendong bu Ayu ke dalam rumah, saya harus memeriksa kondisinya,” titah Andana dengan setenang mungkin.

Sugi menganggukkan kepalanya, dan berhenti bertanya, sebab darah nifas yang dialami istrinya tampak banyak.

Pria itu menggendong sang istri tercintanya memasuki rumah dan meletakkannya di dalam kamar.

Sosok wanita mengerikan itu ingin mengikuti masuk ke dalam rumah, ia menyukai aroma amis darah tersebut.

Tetapi saat ia akan masuk, hawa panas menghantamnya dan membuatnya terpental hingga jauh.

Ustaz Guntur menarik nafasnya dengan berat, lalu menarik pergelangan tangan kedua bocah itu agar segera masuk ke dalam rumah. 

Saat ia akan melangkah masuk, ia melihat bayangan yang sangat samar jika ada sesuatu di dalam safety tank.

Andana menolong Ayu yang dalam kondisi lemah. Ia menjahit anunya yang robek karena pasca melahirkan barusan.

“Gas, sudah mau subuh, ayo kita shalat,” ajak sang ustaz.

Bocah itu mengangguk cepat dan memilih ikut masuk yang dibuntuti oleh Laila.

“Ustaz, saya ada lihat wanita yang selalu mengikuti ibu,” bisik Bagas dengan lirih, yang mana ternyata didengar oleh Laila.

“Kakak juga melihatnya,” sahut bocah perempuan itu.

“Kakak melihatnya juga?” tanya Bagas tak percaya.

Laila mengangguk cepat.  “Sepertinya dia yang berada dirumah kontrakan rumah lama dan ikut pindah sampai kemari” 

Keduanya saling mengiyakan satu sama lain, tetapi memilih bungkam karena merasa takut jika sampai mengungkapkannya.

Guntur menghentikan langkahnya, lalu menatap pada kedua bocah tersebut.

Tetap berhati-hati dan waspada, mohon perlindungan Allah, karena tidak ada kekuatan yang mampu kekuatan Allah,” ucap lirih, agar tak terdengar dengan yang lain, termasuk Ayu.

“Itu yang ingin saya tanyakan, ustaz. Sebenarnya tum….,” 

“Bagas, tolong ambilkan air hangat untuk ibumu, ia sangat haus,” teriak Sugi dari dalam kamar.

Ucapan bocah itu terhenti, dan bergegas masuk ke dapur untuk mematuhi perintah orangtuanya.

“Saya ambilkan minum untuk ibu dulu, Ustaz,” ucap Bagas, dan bergegas menuju dapur. Sedangkan Laila mengingat jika saat tadi belum selesai menggoreng ayam dan ia tinggalkan dengan kompor yang sudah dimatikan.

“Ustaz tunggu di mushallah,” sahut Guntur dan berpamitan, sebab ia harus mengumandangkan adzan subuh yang waktunya hampir tiba.

Andana juga sudah selesai dengan tugasnya, lalu memberikan beberapa obat untuk diminum oleh Ayu. Ia berpesan agar wanita itu masih dalam masa nifas dan jangan terlalu banyak beraktifitas yang berat.

Ayu segera membayar uang jasa sang bidan. Ia tak sabar akan apa yang didapatkannya saat nanti.

Andana merasakan kecurigaan yang sangat besar pada gelagat Ayu yang sangat aneh. Tetapi ia masih ingin menahan dirinya, ia akan mencari tahu sendiri apa yang disembunyikan oleh wanita tersebut. Ia berpamitan dan bergegas pulang.

Sugi membelai rambut sang istri. Tampak Bagas dan juga Laila datang membawa segelas air minum dan juga sepiring nasi dengan ayam goreng yang baru saja dimasaknya.

“Mengapa adik Bagas bisa dimakan burung gagak, Bu? Kan didalam rumah, kecuali ibu yang membawanya keluar,” ucap bocah laki-laki itu sembari menyodorkan segelas air putih hangat.

Seketika wajah Ayu memerah dan terlihat sangat marah.

Namun ia harus menahannya, dan tak jangan sampai suami begonya itu juga ikut curiga padanya.

“Hiks…hiks..hiks.. lihatlah anakmu, Kang. Ia sudah pandai mencurigai ibunya,” ucap Ayu yang kini kembali menumpahkan air mata palsunya.

Seketika Sugi memandang sang bocah. “Bagas,” ucapnya dengan penuh penekanan, lalu menggelengkan kepalanya ke sisi kanan yang dengan isyarat agar segera keluar dari kamar, karena akan menambah kesedihan sang istri tercintanya.

Bocah itu menundukkan kepalanya dan memilih pergi meninggalkan kamar, lalu meraih kopiahnya dan bergegas ke musholla.

Sedangkan Laila tampak sama penasarannya. Sebab sebelum kejadian itu, ia diminta oleh sang ibu untuk memasak.

Tetapi apa daya baginya yang hanya seorang bocah yang mana harus tunduk patuh pada segala ucapan sang ibu.

“Laila, keluarlah. Biarkan ibumu beristirahat,” titah Sugi.

Lalu bocah itu menganggukkan kepalanya dan memilih keluar dari kamar. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk berbicara.

Ayu tersenyum dalam dekapan Sugi. Bayangan motor baru dan juga mobil sudah tergambar jelas di matanya. Ia akan kaya raya dalam sekejap dan orang-orang yang dahulu menghinanya akan ia taklukkan.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

uuuh.. lobang di punggungnya pasti nambah lebar 🙈

2024-01-29

6

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

aku blm tau jenis kelaminnya ,tapi tubuh bayi ayu udah ludes🤦‍♂️🤦‍♂️.

2024-01-29

8

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

tum tumpah seganeee
tum tumpah wedangeeee🤣🕺🕺

2024-01-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!