pindah-3

Rasa penasaran yang melanda keduanya. Membuat ke empatnya bergegas menuju rumah pak RT.

Setibanya disana, benar saja. Ayu tampak berdiri didepan pintu meskipun sudah hampir senja.

Sarinah yang sedari tadi sudah sangat kesal, ngedumel gak jelas. Ia tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan berita tak mengenakan hati ini kepada teman genk ghibahnya.

"Siaaal, bagaiamana mungkin aku dikalahkan oleh Si Ayu, uang darimana, dia!" guman Sarinah kesal.

Saat bersamaan, Sugi datang bersama Yudi, Andana dan juga Darmadi.

"Di, kamu disini dulu, akang pinjam motormu," pinta Sugi memelas.

"Kalau gitu motornya saja, Kang. Masa iya aku juga harus menyaksikan peedebatan kalian," jawab Darmadi, dan meninggalkan motornya.

Lalu tanpa permisi ia nangkring di jok motor Andana yang membuat Yudi semakin panas.

"Eh, gak gini juga, kali!" omel pemuda itu tak terima saat melihat Darmadi nangkring dijok motor sang bidan.

"Sudah, jangan banyak protes, nenekmu sudah ngik ngik nafasnya bagaikan lagu tak berdawai, seperti komentar reader Andini," sahut Darmadi, dan sang Bidan Andana melaju meninggalkan Yudi yang masih bengong. Kemudian ia menyusul keduanya dengan hati kesal.

Sementara itu, mobil dum truck yang membawa semua barang pindahan sudah berangkat dan kini tinggal Sarinah dan Sarno yang juga akan pergi. Sarinah masih belum rela meninggalkan rumah indahnya.

Sugi berjalan tergopoh-gopoh menghampiri sang istri yang berdiri diambang pintu.

"Dik, kamu beneran beli rumah ini?" tanya Sugi memastikan sekali lagi. Sebab ini sangat mustahil.

Ayu memutar bola mata malas, dan ia mencebikkan matanya. "Iya, kenapa, Kang? Sudah gak bisa bahagiain istri, setidaknya senang melihat istrimu dapat membeli rumah mewah ini, ini impianku sejak lama," sahut Ayu pongah.

"Tapi kamu uang darimana?" tanya Sugi dengan rasa penasaran.

Sarinah yang mendengar pertanyaaan Sugi tercengang. Jika pria itu yang merupakan suaminya saja tak mengetahui asal usul uang istrinya, bagaimana dengan mereka yang lain?

"Kamu bisa diam, gak, Kang! Kan sudah ku bilang dapat warisan dari bapak!" potong Ayu dengan cepat.

"Ta...,"

"Diam gak!" Sela Ayu cepat, kedua matanya membola dan tatapannya tajam, bahkan terkesan mengerikan.

Sugi terdiam, lalu Sarno menarik pergelangan tangan Sarinah agar pergi dari rumah tersebut, sebab hari hampir Maghrib.

Ayu memasuki rumah dan diikuti oleh Sugi yang masih diliputi rasa penasaran.

"kamu jangan banyak tanya, ya, Kang. Kaku ikutin saja semua perintahku, jika gak senang, kamu tinggal pilih untuk pergi dariku!" ancam Ayu dengan nada penuh penekanan.

Mendengar hal itu, Sugi melemah. Bagaimana mungkin ia harus pergi dari sang istri yang cantik, dan ia akhirnya mengalah.

"Jangan marah, donk, dik. Akang kan cuma bertanya," jawab Sugi. Lalu menghampiri sang istri dan mendekapnya dari arah belakang.

Ayu tersenyum menyeringai. Mudah baginya untuk menaklukkan suaminya yang pastinya mencintainya dengan segenap jiwa raga kami.

"Nah, gitu, donk. Kan Ayu jadi seneng," ucap Ayu sumringah, "Kalau begitu, angkut anak-anak kemari sekarang juga, kita tidur disini malam ini," titah Ayu dengan cepat.

Sugi melepaskan dekapannya. Ia memikirkan sesuatu dan tampak diam.

"Malam ini malam Jumat Wage, dik. Tak baik kita pindah, jatuh hitungannya 10, dan itu berarti Rogo Pati," ujar Sugi menjelaskan.

Ayu memutar tubuhnya. Ia menatap tajam suaminya. "Emangnya kenapa dengan Rogo Pati?" tanya Ayu dengan sinis.

"Itu tidak baik untuk pindah rumah ataupun acara pesta. Sebab akan ada yang kehilangan nyawa," sahut Sugi menjelaskan.

Wanita itu menyunggingkan senyum sinisnya. "Kamu masih percaya hal begituan? Aku gak perduli, aku mau pindah sekarang, malam ini juga!" Ayu menegaskan dan tak ingin dibantah.

Sugi merasa bimbang. Ia merasa jika firasatnya sangat buruk. Akan banyak musibah beruntun yang mereka hadapi kedepannya.

"Buruan, Kang!" hardik Ayu dengan kasar.

Sugi yang masih berfikir tersentak seketika, dan ia melihat Ayu.kini berubah menjadi sosok yang berkuasa. Tetapi apalah dayanya yang hanya seorang pekerja serabutan, dan tidak dapat membantah sang istri.

Dengan berat hati ia menjemput anak-anaknya dan membawanya pindah ke rumah yang baru.

Sementara itu, Ayu menggulir ponsel pintarnya. Ia memesan barang-barang yang diinginkannya. Dari mulai kasur king size, sofa, lemari es empat pintu, mesin cuci, peningin ruangan dan semua yang inginkan dengan begitu mudahnya. Semua karena uang yang dimilikinya.

Seorang pria yang baru saja selesai membersihkan rumah tersebut berpamitan dan meminta bayarannya. Ayu membayar upahnya dengan cepat.

Kini ia tinggal dirumah itu sendirian, sebab Sugi sedang menjemput anak-anaknya.

Ia menghubungi Ujang sahabat sesatnya. "Kang, ini bagaimana? Aku ingin mendapatkan uang dan kekayaan lebih banyak lagi," ucap Ayu dalam panggilan telefonnya.

"Ya kamu harus numbalin anak kamu lagi, koq repot," sahut Ujang dari seberang sana.

"Tetapi Juni gak mau mati, padahal sudah sekarat gitu," sahut Ayu dengan kesal.

"Emmm... Kalau gitu tumbalin yang lain saja," Ujang menyarankan.

Suara deru mesin motor berhenti didepan rumah barunya, Ayu mematukan sambungan telepon sepihak. Ia tau jika itu adalah suaminya.

"Kita tinggal disini, Pak?" tanya Bagas penasaran. Matanya mengamati setiap bangunan rumah mewah tersebut. Ini bagaikan mimpi, mereka pindah dari rumah kontrakan yang sangat memprihatinkan, dan beraih ke rumah yang sangat megah. Akan tetapi, Bagas tak merasakan kegembiraan tersebut, bahkan cenderung sedih, entah apa yang kini ia rasakan.

Bagas menggendong Meli dalam dekapan tubuh mungilnya. Ia membawa masuk sang adik ke dalam rumah baru mereka, sedangkan bapaknya kembali menjemput yang lainnya.

"Bagas, sini masuk, Sayang," sambut Ayu dengan senyum tawa bahagianya. Sebab ia akan segera menjadi orang terkaya didesanya.

Meli yang biasanya ingin minta digendong oleh sang Ibu, kini memilih diam dan bergelayut dalam dekapan sang kakak.

Gadis mungil itu menyembunyikan wajahnya didalam dekapan Bagas. Ia melihat sosok mengerikan dibelakang sang ibu yang menatapnya dengan tatapan jahat.

Sugi sudah membawa semua anak-anaknya dan kini mereka telah berkumpul dirumah baru yang dibeli oleh Laila dari hasil menumbalkan Shaleh. Masih ada banyak keinginan yang ingin ia capai, ia ingin berjalan-jalan ke luar negeri.

Laila mengamati setiap detail ruangan rumah yang memiliki dua lantai. Ayu memilih lantai dua dengan dua kamar sebagai tempat tidurnya. Sedangkan anak-anaknya akan tidur dikamar lantai dasar itu sudah ia fikirkan sebelumnya.

"Kang, tolong beli makanan yang enak-enak, kita akan merayakan kepindahan kita dirumah baru ini," titah Ayu dengan senyum sumringah.

Sugi hanya menganggukkan kepalanya dan menuruti semua keinginan sang istri. Ia menganggap jika sang istri lagi ngidam rumah mewah, sebab ia dalam kondisi hamil tua, meskipun ia tidak dapat mencerna dari mana senua uang itu didapatkan. Jika benar warisan, kedua orangtua Ayu alias mertuanya juga hidup susah dikampungnya. Entahlah, kecantikan sang istri lagi-lagi mmebuat akalnya tak bekerja dengan baik.

Juni tergelatak dilantai beralaskan tikar. Ia menggunakan diapers untuk mencegah darah yang masih keluar itu berceceran dilantai. Sementara itu, Laila juga merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh Bagas, tak ada rasa bahagia dirumah baru mereka, kecuali Nisa yang tampak begitu bersemangat, dan sangat senang dengan kemewahan yang ada didepan matanya.

Sugi berangkat membeli makanan untuk makan malam mereka. Ia kini bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, hanya menurut saja.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

duuh Nisa makan nya jangan banyak2, nanti kamu yg selanjutnya loh 😱😱🙀🙀🙀

2024-01-24

4

Helena Lena

Helena Lena

dasar suami gk berguna, hny lht istri cantik, lgsg oleng otak nya

2024-05-04

1

A B U

A B U

,lanjut

2024-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!