sesuatu

"Ustaz, Bagas mau tanya sesuatu boleh?" ucap bocah itu dengan ragu.

"Boleh, mau tanya apa, Gas?" jawab ustaz Guntur yang saat ini sedang melipat sajadahnya. Ia baru saja selesai mengajar anak-anak didesa ini mengaji yang mana dibayar seikhlasnya.

"Untuk menghindari syetan gimana caranya, ya, Ustaz"

Guntur menoleh ke arah Bagas, dan ia tersenyum tipis. Ia melihat mimik wajah bocah itu dalam kegelisahan.

"Sini, duduk," Guntur menepuk lantai keramik didekatnya, dan bocah itu mengangguk patuh dan duduk didepan sang ustaz.

"Kamu takut sama syeetan?" tanya Guntur. Kali ini wajahnya terlihat begitu teduh, membuat Bagas merasa nyaman. Selama ia hidup bersama dengan kedua orangtuanya. Ia hanya merasakan kepedihan dan penganiayaan yang dilakukan oleh Ayu sang ibu jika sedang marah atau selesai bertengkar dengan Ayahnya karena masalah ekonomi yang mana sang ayah hanya bekerja serabutan dan pastinya tak dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan enam orang anak yang masih sangat kecil, tentunya sangat kewalahan.

Bocah itu mengangguk cepat. Ia merundukkan kepalanya.

"Bagas, kamu tidak perlu takut padanya. Sebab manusia lebih mulia daripada mereka,"

"Tetapi wajahnya seram, bagaimana tidak takut," jawab Bagas cepat.

Guntur terdiam. Ia menduga jika bocah itu melihat sosok mengerikan yang sama ia lihat waktu meninggalnya Shaleh beberapa waktu yang lalu.

"Kalau begitu kamu harus melawan jika bertemu dengannya, sebab mereka akan takut jika kita berani, dan sebaliknya ia akan berani jika kita takut,"

Bagas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana mungkin ia dapat berani melawan makhluk mengerikan itu.

"Kalau dia punya kekuatan super, bagaimana saya dapat melawannya, ustaz?" tanya Bagas bingung. Ia membayangkan sosok monster yang ada didalam film power rangers kesukaanya yang ia tonton saat bersama anak tetangganya dalam sebuah ponsel canggih.

Guntur tersenyum tipis. "Karena kamu juga punya kekuatan super,"

Bagas semakin bingung dengan apa yang dikatakan sang Ustaz.

"Maksudnya?"

"Karena kamu punya Allah yang memiliki kekuatan super diatas apapun, dan mintalah padanya, pasti syeetan itu akan kalah,"

Bagas masih bingung. Ia belum dapat mencerna apa yang dikatakan oleh Ustaznya. "Caranya bagaimana?"

"Ya, kamu berdoa, meminta perlindungan kepada Allah. Masih ingat ayat-ayat pendek yang Ustaz ajarkan?"

Bagas tersenyum, dan kali ini ia mulai sedikit faham dengan penjelasan sang Ustaz.

"Bagus, nanti kalau kamu merasa takut, kamu baca saja ayat-ayat tersebut, agar kamu terlindungi dari niat jahat Syeetan dan manusia," ujar sang ustaz.

Bagas merasa lega, dan kini ia sudah memiliki senjata ampuh mandra guna jika sosok itu kembali memperlihatkan wujud dihadapannya.

"Bagas pamit, ya Ustaz. Kasihan kak Laila nanti nunggui," ucapnya, lalu menyalim tangan pria yang yang sudah memberikan wejangan yang sangat berarti baginya.

"Assalammualaikum," pamitnya.

"Waalaikum salam, hati-hati dijalan, ya," pesan sang Ustaz.

Bagas menganggukkan kepalanya, lalu bergegas keluar dari musholla dan menggunakan sendal jepitnya yang sudah usang dan putus dibagian penjepitnya, sehingga ia harus mengikatnya dengan tali agar masih dapat digunakan.

Ia berjalan dengan keberanian yang tumbuh didalam dirinya setelah mendapatkan nasihat dan petuah dari sang ustaz. Kini ia meyakini jika tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan kekuatan Allah.

Tanpa sengaja, ia mendengar nama ibunya disebut oleh seseorang yang mana saat ini sedang berkumpul didepan rumah Ida.

Bagas bersembunyi dibalik sebatang pohon dan berusaha menguping pembicaraan itu.

"Eh, kalian curiga gak sih, sama si Ayu," ucap Desy yang sedang ngumpul membuka group ghibah.

"Iya, aneh saja. Masa setelah anaknya meninggal, ia tiba-tiba banyak uang, pakai bayarin bakso kita lagi, belagu amat, tuh, orang," Sindy menimpali, sehingga ghibahan semakin panas.

"Apa si Shaleh dijadiin tumbal, ya? Soalnya si Ayu itu gak ada sedih-sedihnya kehilangan anaknya," Nina menambah bumbu ghibahan.

Keempat wanita itu saling bertukar pandang. Hanya saja Ida masih tampak bungkam untuk masalah ghibahan kali ini. Diantara group ghibah, hanya Ida yang paling sulit berkomentar, ia lebih banyak menjadi pendengar.

"Hiiih, kalau bener si Ayu pakai pesugihan dan numbalin anaknya, pasti nanti ada yang bakal di tumbalkan lagi, lihat saja, nanti kita dengar akan ada anaknya yang meninggal dalam waktu dekat," ujar Desy berapi-api.

Deeeeg...

Jantung Bagas seolah berhenti. Meskipun ia sendiri belum mengerti pesugihan itu apa dan juga tumbal yang dimaksud oleh para emak-emak group ghibah tersebut, mungkin ia akan bertanya kepada ustaz Guntur esok.

Bagas ingin menyudahi pengupingannya, tetapi tiba-tiba ia mendengar kembali ocehan dari Nina yang membuat debaran dadanya semakin tak karuan.

"Apakah tumbal selanjutnya adalah Bagas?"

Seketika Bagas merasakan sesak didadanya. Ia menyelinap pergi meninggalkan tempat persembunyiannya dan berlari kencang hingga membuat sendal jepitnya kembali putus dan ia tak menghiraukannya.

Hatinya sangat gundah dan fikirannya sangat kacau. Ia berlari kencang menyeberangi jalan,

dan...,

Ciiiiiiiiiiit...

Sebuah sepeda motor yang melaju dari arah timur melakukan pengeraman mendadak dan hampir saja menabrak tubuh mungil tersebut.

"Woooi, kalau nyeberang liat-liat dong, hampir aja Lu metong!" umpat kesal pemuda yang mengemudikan motor tersebut.

"Ampuun, bang Yudi, gak sengaja," sahut Bagas yang memucat sembari mengatupkan kedua tangannya didepan wajah.

"Ya Allah, Bagas! Kamu itu kalau nyeberang jangan sembarangan, kalau ke tabrak tadi apa gak pindah alam, Lu," omel Yudi.

Bagas tak menyahuti omelan Yudi, ia ngacir dengan cepat dengan menggunakan satu sendalnya saja.

Yudi mendenguskan nafas kesal. Masa iya, harus selalu bertemu bocah itu dalam kondisi hampir lakalantas. "Tuh bocah keq kucing saja, punya nyawa sembilan," gumannya, lalu kembali mengemudikan motornya.

Ia ingin menuju ke rumah bidan Andana, sebab neneknya sedang sakit dan ingin menjemput sang bidan untuk membawa ke rumahnya, sebab sang nenek mengalami sesak nafas dan membutuhkan pertolongan segera.

Saat melintasi rumah kontrakan kang Sugi, Yudi menambah kecepatannya, ia tak ingin menatap rumah itu sebab tak ingin melihat sosok mengerikan yang pernah temui saat didekat kamar mandi waktu itu.

Sementara itu, Bagas baru saja tiba didepan pintu. Ia menggedor-gedor pintu debgan kencang.

"Kak, Kak Laila, buka pintu," ucapnya dengan kencang.

Wuuuuusss....

Desiran angin yang menyapa kulit tengkuknya membuat ia merasa sangat tak nyaman. Punggungnya tiba-tiba terasa menebal, seolah ada sesosok tak kasat mata yang sedang berada dibelakangnya.

Ssssssssshhhhtt....

Suara bisikan yang mengerikan tepat ditelinganya. Debaran didadanya kian menderu dan wajahnya semakin memucat. Seketika ia mengingat pesan ustaz Guntur untuk membaca doa perlindungan dari kejahatan apapun.

"Bis... Bismika Allahumma Ahya wa amut," ucapnya dengan cepat dan ia tak menyadari lagi doa apa yang sedang dibacanya, sebab ia sangat takut saat ini, "Kaaak.., kak Laila," teriaknya dengan kencang menyebut nama sang kakak.

Saat bersamaan, sebuah tangan menyentuh pundaknya.

"Syeeeetaaan," teriaknya kencang.

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

blum tentu pindah alam bang ..paling masuk UGD doank
/Facepalm//Facepalm/ lagian udah tengok kanan kiri mo nyebrang jln tp ditabrak dr depan,sama jg apes ngkaleee /Pooh-pooh//Pooh-pooh/

2024-01-18

6

A B U

A B U

next
.

2024-03-29

1

Rumini Parto Sentono

Rumini Parto Sentono

walahh malah baca doa mau tidur.... 😅😅😅

2024-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!