palsu

Ayu menangis meraung-raung menumpahkan air mata kebonya, seperti kata salah satu reader, mbak V3.

Tetangga yang mendengar tangisan Ayu ada yang bersimpati dan berdatangan ke rumah yang masih berduka. Kemudian mencoba menyabarkan Ayu dengan berbagai kata nasehat yang mana masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri, sebab semua hanya kepalsuan belaka.

Malam menjelma. Laila, Bagas, Meli, Juni dan juga Nisa berkumpul diruangan tamu. Mereka merasa gembira karena sang ibu sudah kembali, tetapi terkecuali Meli yang sedari siang tadi tak diacuhkan Ayu.

Tangisan Ayu sudah tidak terdengar lagi. Ia beranjak dari duduknya. "Ada yang mau pesan makanan?" tanya Ayu cepat.

Kelima anaknya saling pandang. "Mau, mau," sahut mereka. "Mau beli apa? Tinggal sebut saja," ucap Ayu. Ia seolah tak mengingat jika baru saja kehilangan salah satu dari anaknya.

"Bakso, bu," sahut Bagas.

"Mie, ayam, Sate,,"sahut Nisa dan juga Juni.

Laila masih terdiam. Ia sebenarnya belum berselera untuk makan, sebab teringat akan Shaleh yang selalu ia jaga dan ajak bermain.

"Laila dan Meli mau beli apa?" tanya Ayu. Ia melihat kedua anak perempuannya itu tampak tidak bersemangat.

"Terserah ibu saja," jawab Laila lirih, begitu halnya dengan Meli yang juga tampak diam saja.

Ayu menganggukkan kepalanya. "Ibu lagi banyak uang?" tanya Bagas penasaran.

"Iya, ibu dapat rezeki," jawab Ayu gugup.

"Ada yang beri Ibu uang?" Bagas kembali mencecar. Ayu semakin risih dengan pertanyaan-pertanyaan dari anak lelaki yang tinggal satu-satunya itu.

"Sudahlah, anak kecil diam saja, yang penting kamu bisa makan," jawab Ayu jengkel, kemudian melangkah pergi untuk menuju tukang bakso yang ada diujung jalan.

Wanita itu berjalan dengan memegangi pinggangnya yang sakit. Sugi--suaminya sedang keluar bersama Darmadi ke rumah bidan Andana untuk mengurus surat BPJS kesehatan sebagai wanti-wanti jika Ayu melahirkan operasi.

Dengan tertatih menahan perutnya yang semakin membuncit, wanita sesat itu berjalan sejauh 300 meter untuk mencapai tukang bakso.

"Coba saja kang Ujang tidak melarangku membeli motor baru, mungkin aku tidak akan kelelahan seperti ini," omel Ayu dengan menggerutu.

Saat bersamaan, Idah yang mengendarai motor juga sedang menuju warung bakso. Melihat Ayu berjalan tertatih, ia menghentikan motornya.

"Mau kemana, Yu, malam-malam begini keluar sendirian, mana lagi hamil besar," tanya wanita yang merupakan tetangga Ayu.

"Mau ke tukang bakso, Dah," jawabnya dengan nafas tersengal. "Ya sudah, ayo tak boncengin, aku juga mau kesana," Ida menawarkan dengan hati yang tulus.

Ayu mengalah dan naik keatas boncengan motor.

"Besok aku mau beli motor baru juga, Dah. Ribet gak punya motor, mana aku sudah hamil tua gini, mudah lelah kalau jalan kaki," celoteh Ayu dengan pongahnya.

Ida mengerutkan keningnya. Ia berfikir bagaimana mungkin Ayu dapat membeli motor, sedangkan makan saja susah, dan kondisi keuangan mereka senin kamis, alias kembang kempis. "Wah, kamu lagi banyak uang, ya Yu," sahut Idah, menimpali bualan Ayu.

"Iya, Bapak Aku lagi jual tanah dikampung, dan aku dapat bagianku, makanya aku mau beli motor baru," jawab Ayu berbohong.

"Ooo, begitu," jawab Idah yang tak begitu ingin tahu.

Setibanya diwarung bakso. Ada beberapa pembeli yang mengantri.

Mereka melihat Ayu turun dari boncengan Idah. Tak terlihat raut sedih diwajahnya akan kehilangan Saleh, bahkan ia terkesan ceria.

Dan hal yang paling mencolok lainnya, Ayu menggunakan gelang tangan yang harganya sangat fantastik. Dimana ia sengaja memamerkannya dengan cara menggulung lengan bajunya hingga ke siku.

Pandangan mata sinis para emak-emak yang melihat kejanggalan itu tertuju pada wanita yang bergelar paling melarat didesanya itu.

"Bang Jajang, bakso 2, mie Ayam tiga," ucap Ayu dengan nada sedikit keras, agar didengar oleh yang lainnya. Biasanya ia juga kalau sudah sangat kepingin, beli bakso sebungkus dibagi lima.

"Wah, mbak Ayu lagi banyak uang, ya," sahut kang Jajang bercyanda.

"Yai iyalah, Kang..., semua yang lagi beli disini juga aku traktir, Nih," sahut Ayu semakin terpancing kesombongannya.

Idah semakin merasa ada sesuatu yang aneh pada Ayu, tetapi ia lebih memilih diam.

Para emak-emak itu tak yakin akan Ayu yang dapat mentraktir mereka, dan itu sulit untuk dijelaskan.

"Sudah, Kang, hitung pesanan saya, sekalian kamu Idah, mau beli berapa, biar saya bayarin," ucap Ayu kembali.

"Ndak usah, Mbak. Saya bayar sendiri, kok," sahut Idah. Ia merasa Ayu sedang stres saja karena baru kehilangan anaknya, sehingga berbicara ngaco.

"Kang, saya beli baksonya tiga bungkus," ucap Idah menyebutkan pesanannya. Ia merogoh uang dalam saku celananya.

Setelah pesanan Ayu selesai dibuat, begitu juga dengan Idah, kang Jajang menyerahkannya. "Pesanan buat Mbak Idah 50 ribu," ucap pria tersebut.

"Ya, ampuun, Kang. Hitung sekalian punya Mbak Idah dan juga yang lagi makan itu, semuanya saya bayarin," Ayu kembali ngoceh, dan tentu saja itu membuat cibiran dari emak-emak berdengung bagaikan lalat yang mengepakkan sayapnya.

Jajang terperangah. "Beneran, Mbak?" tanya pria itu masih tak percaya. Ia terlihat ragu untuk mempercayai kata-kata Ayu yang mirip seseorang sedang mengigau.

"K-kalau untuk semuanya tiga ratus ribu, Mbak," jawab Ujang ragu.

Ayu tersenyum congkak, kemudian mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang lembaran merah ratusan ribu. "Nih Kang, untuk bayar baksonya," ucap Ayu dengan sombongnya. Ida dan semua yang ada disitu terperangah, sebab dalam dompet Idah masih banyak lagi terselip lembaran uang yang mungkin nilainya cukup banyak.

"Makasih, Mbak, ini karena mbak Ayu yang maksa," jawab Idah sungkan.

"Santai, saja, Dah"

Kemudian mereka kembali pulang.

Setibanya dirumah. Ayu menenteng kantong kresek berisi bakso dan mie ayam, sedangkan sate tidak ada, sebab tak ada yang buka.

Aroma kuah bakso menyeruak menggugah selera. Juni bergegas pergi kebelakang dan mengambil mangkuk berbahan plastik untuk wadah bakso mereka.

Ayu pergi memasuki kamar mereka yang hanya berdinding triplek saja. Ia memilih memainkan ponsel barunya.

Juni dan Nisa tampak lahab memakannya, dan mereka bahkan tak menyisakan kuahnya sedikitpun.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bagas, lalu menyendokan kuah dan ingin menyeruputnya. Seketika rasa kuah itu terasa berbeda, seperti basi dan juga ada aroma bangkai begitu menyentuh ujung lidahnya.

Ia menggembungkan mulutnya untuk menahan agar kuah itu tak tertelannya apalagi masuk ke tenggorakannya, kemudian berlari ke bilik kamar mandi yang terdapat diluar dan bersebelahan dengan dapur. Ia memuntahkannya hingga tak bersisa, bahkan makanan yang ia makan saat siang tadi ikut keluar bersama perutnya yang terasa mual bagaikan diaduk.

Wuuuuusss....

Desiran angin yang berhawa panas menyapu tengkuknya, dan serasa merinding seketika, kemudian ngacir masuk ke dapur. Ia tak lagi ingin menyentuh bakso tersebut, ia sangat lemah.

"Abang gak mau baksonya?" tanya Juni bersemangat.

Adik perempuannya itu tampak sangat lapar sekali.

Bagas menggelengkan kepalanya lemah. "Makanlah, abang tidak selera,"

Juni tertawa girang, lalu mengambil jatah Bagas dengan penuh semangat, dan ia menyantab bakso yang rasanya sangat nikmat sekali baginya dengan tak sabar, bahkan ia berebut pentol bakso itu dengan Annisa.

Sementara itu, Laila merasakan jika mie ayam yang menjadi jatahnya terlihat seperti cacing yang bergerak-bergerak dan potongan daging ayam itu berubah menjadi belatung yang bergerak lincah.

Laila berusaha mengusap kedua matanya, dan saat ini telah berubah kembali menjadi mie ayam yang enak, tetapi ia sepertinya tak sedang berselera untuk makan.

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

Bismillahirrahmanirrahim..
dan makanan nya pun kembali ke setelan pabrik,dgn taburan upil genderuwo ,saus liur pocong ,topping kutu mbak Kunti jg rendaman popok tuyulwan tuyulwati 😳😳

2024-01-16

8

kagome

kagome

kayaknya bagas ma laila punya kelebihan
aq jadi kepoooooooo

2024-04-25

0

kagome

kagome

bagas ma laila kayaknya kelebihan deh
aduh thor kepooooooo

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!