persembahan

Ayu menyelesaikan makan sesaji tersebut. Ia seperti orang yang sedang kerasukan dan tak memandang jijik dengan apa yang dimakannya, bahkan terkesan lahap.

Ia meninggalkan kamar rahasianya dengan senyum sumringah. Bayangan kekayaan yang akan didapatmya sudah ada didepan matanya.

Ia mengunci kamar tersebut. Ia tak ingin ada sesiapa pun yang mengetahui apa yang sedang dilakukannya. Ia bergegas turun dari anak tangga. Tetapi baru saja dua anak tangga yang ia tapaki, perutnya terasa melilit dan rasa sakitnya kian menjadi.

Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Ia merasakan jni sangat tak biasa, tetapi dibalik rasa sakit tersebut, ada semburat kebahagiaan yang ia sembunyikan.

Ia duduk di anak tangga dengan wajah meringis menahan sakit. ia memegangi perutnya yang tampak mengeras dan kontraksi yang sangat hebat.

Menurut perkiraan bidan Andana, kelahirannya tinggal tiga hari lagi, tetapi semua bisa maju dan juga bisa mundur dari apa yang diperkirakan.

Jam didinding menunjukkan pukul 1 dini hari. Ini artinya masih lama untuk masuk ke subuh.

Wajah cantiknya mulai memucat, tampak air berwarna jernih tak berbau menyembur dari liang selang-kanya. Ia mulai terasa sesak bernafas.

"Siaalaan, buruan keluar, tinggal lahir saja susah banget, kamu harus mengorbankan dirimu untuk membuat ibu kaya. Ibu sudah bosan hidup susah terus," guman Ayu dengan kesal, sebab janin didalam rahimnya tak jua lahir, tetapi menyiksanya dengan rasa sakit yang kuar biasa.

Ia mencoba miring ke kiri, rasa kontraksi semakin kuat. Ia tak ingin Sugi terbangun dan melihat kondisinya.

Namun sesuatu berkata lain. Bagas yang kebelet pipis terbangun dan bergegas ke kamar mandi lalu menyampaikan hajatnya. Saat bersamaan ia juga merasa haus.

Setelah keluar dari toilet, ia bergegas ke dapur. Saat bersamaan, ia tanpa sengaja melihat Ayu-ibunya yang duduk dianak tangga dan sedang berpegangan pada pegangan tangga dengan rambut panjang terurai menutupi wajahnya karena meringis menahan sakit.

Bocah laki-laki itu tersentak kaget melihat sosok wanita duduk dianak tangga dengan kondisi yang begitu menakutkan.

"Seeeetaaan," teriaknya kencang dengan suara yang sangat lantang. Tentu saja teriakannya membangunkan penghuni rumah, termasuk Sugi dan Laila.

Keduanya keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang saat ini tampak memucat ketakutan.

"Bagas, diam, Kamu! Ini ibu," sergah Ayu dengan wajah meringis menahan sakit.

Sugi tiba diruang keluarga yang menguubungkan dengan anak tangga menuju lantai dua. Begitu juga dengan Laila yang terbangun dengan wajah kusut dan juga masih mengantuk.

"Bagas, mana setannya?" tanya Sugi dengan cepat. Ia menoleh ke arah tatapan Bagas yang menatap ternganga melihat sosok yang ia sebut setan ternyata ibunya sendiri.

"Ayu, kamu kenapa, Dik?" tanyanya dengan rasa khawatir yang begitu banyak. Ia setengah berlari menapaki anak tangga dan dengan sigap menggendong Ayu dan menurunkannya, lalu membaringkannya disofa yang baru saja dibelinya sore tadi.

"Pinjam ponselmu, Dik, biar akang telfon bidan Andana,"

Seketika Ayu membolakan matanya. Menatap Sugi dengan tajam. Ia tidak ingin bidan itu datang. Sebab jika Andana datang dan bayinya selamat, maka gagal lah ia untuk mendapatkan kekayaan yang diimpikannya.

"Tidak, jangan panggil bidan Andana, aku bisa melahirkan sendiri," sergah Ayu.

"Tapi ini sangat berbahaya, ini bisa mengancam nyawa kamu dan juga calon bayi kita," Sugi mencoba menjelaskan.

"Aku bilang tidak, ya tidak! Kamu ini tuli ya, Kang!" ucap Ayu sembari memegangi rasa sakit diperutnya.

Sugi semakin bingung dengan keinginan-keinginan yang sangat aneh dari sang istri.

Sementara itu, sosok makhluk mengerikan dengan rambut gimbal, wajah yang hancur dan juga punggung yang berlubang dengan aroma amis dan juga busuk menyeruak di dalam ruangan tersebut.

Bagas terlonjak kaget dengan apa yang dilihatnya. Lalila sudah duduk di sisi sang ibu sembari memijat lembut pergelangan tangan wanita yang telah melahirkannya tersebut.

Sesaat darah mengalir dan merembes dengan diiringi rasa sakit yang sangat luar biasa. Ayu mencengkram pergelangan tangan Sugi dengan kuat. Ia sangat kesakitan.

Saat bersamaan, terlihat sosok itu sedang menghampiri ibunya yang tampak kesakitan.

"S-Se...,," Bagas ingin berteriak, tetapi tiba-tiba lidahnya terasa keluh dan seolah ucapannya tersangkut ditenggorokannya.

Nafasnya memburu dan degub jantungnya berdetak sepuluh kali lebih cepat serta wajah pucat yang yang tergambar sangat jelas diwajah lugunya.

Sosok itu meringsek mendekati Ayu dan dengan cepat menarik janin didalam rahim wanita berhati iblis itu. Lalu dengan seketika Ayu mengejan dan janin itu meluncur, lalu lahir dengan kondisi tubuh berlubang dibagian punggungnya.

"Astaghfirullah halladzim..," pekik Sugi saat melihat kondisi sang calon bayi yang lahir tanpa bersuara sedikitpun saat ia pertama kali datang ke dunia. Bahkan bayi itu tak ingin memandang dunia ini, sehingga ia terlahir dengan memejamkan matanya.

Bagas yang masih ketakutan akhirnya tersadar. Ia berlari ke luar rumah. Tujuannya adalah ustaz Guntur. Ia harus menemui pria itu dengan segera.

Bocah itu berlari tanpa alas kaki. Ia sangat ketakutan. Entah apa yang saat ini dalam benaknya, ia tak dapat memikirkan apapun, fikirannya buntu.

Laila sama halnya tersentak kaget melihat kondisi sang adik yang lahir dengan kondisi yang sangat mengerikan.

Tiba-tiba ia menjadi tremor dan tak dapat mengatakan sepatah katapun. Tubuh bayi mungil itu tak bergerak.

Sugi terduduk lemas menghadapi kenyataan yang ada. "Ya Allah, cobaan apa lagi ini," gumannya dengan lirih, sembari memegangi dadanya yang terasa bergemuruh.

Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Ayu saat ini. Ia justru sangat bahagia, sebab yang menjadi tujuannya akan tercapai dengan sempurna.

Sugi seperti linglung, dan ia bingung akan melakukan apa. Lalu Laila mengguncang tubuhnya. "Pak, Pak, sadar, Pak!" ucap Laila, sembari mengguncang tubuh bapaknya.

Sugi tersentak kaget. Ia mencoba menjaga kesadarannya, lalu mencari kain untuk membungkus jasad anak yang baru dilahirkan Ayu. "Laila, kamu jaga ibumu, Bapak mau ke rumah kang Yudi untuk meminjam motor dan menjemput bidan Andana. Ibumu butuh pertolongan," titah Sugi kepada Laila.

Anehnya Ayu tak lagi melarang suamimya untuk menjemput bidan tersebut, ia terkesan membiarkan Sugi pergi.

Pria itu keluar dari rumah mewah mereka. Ia ingin menemui Yudi dan meminjam motor untuk menjemput sang bidan.

Melihat suaminya sudah pergi, Ayu mengatur siasat untuk rencananya. "Laila, coba masakkan ibu ayam goreng dan nasi panas. Ibu sangat lapar," titahnya kepada puterinya.

Laila yang tampak menangis sesenggukan karena melihat adiknya yang dilahirkan dengan kondisi t yang sangat mengenaskan, perlahan menganggukkan kepalanya dan tanpa bantahan apapun ia menuju dapur untuk memasak.

Melihat kondisi sudah aman. Ayu yang masih dalam kondisi lemah, tak memperdulikan semuanya. Ia memyumpalkan dasternya untuk menahan darah yang mengucur akibat baru saja melahirkan. Ia menyambar bayinya yang sudah tak bernyawa, lalu menentengnya ke arah belakang rumah, dan entah apa yang akan dilakukannya.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa🦈𝔄ʀ 💗

❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa🦈𝔄ʀ 💗

gila bener ya si ayu. aku sampai merinding bacanya. ada ya seorang ibu kejam begitu

2024-04-28

0

ghina amd

ghina amd

dasar wanita iblis

2024-04-24

0

A B U

A B U

next,

2024-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!