Mentari menghentikan langkahnya sejenak. Kupingnya tak sengaja mendengarkan percakapan yang sangat mencurigakan dari sebuah Gazebo dekat pohon rambutan.
Entah kenapa jiwa penasarannya minta dipenuhi. Ia mengendap-endap mendekat untuk memperjelas pendengarannya.
"Hahaha, Bu Lana baik banget sama kita yak," tawa seorang pria.
"Iya, cuma nyekap anak 10 menit udah dapat 10 juta, gimana kalau kita nyekap anak itu 1 hari? Pasti kita bisa dapat lebih, hahaha."
Mentari tercekat. Ia sampai menutup mulutnya dengan telapak tangannya takut kalau ia bereaksi berlebihan. Ia terlalu kaget dan tak percaya kalau pelaku hilangnya Adiba tadi adalah ulah wanita ular itu.
"Eh, jadi kalian yang bikin aku sampai kecapean tadi hum?!" tanyanya pada dua orang pria yang tak dikenalnya itu. Dua orang yang sedang bercakap itu langsung kaget. Mereka berdua saling bertatapan kemudian melempar tatapan tajam pada Mentari.
"Hey! Siapa kamu?!" tanya salah seorang dari mereka. Mentari mengangkat wajahnya dengan sangat berani lalu berucap, "Aku yang bersama anak itu tadi. Enak saja udah bikin aku capek nyari sana-sini. Ia bertolak pinggang dengan sangat kesal.
"Lalu, kamu mau apa heh? Bukankah anak itu sudah kami kembalikan dengan selamat?" ucap pria brewok yang sedang memakai kupluk ke kepalanya.
"Heh, aku mau kalian bertanggung jawab!" Mentari membalas lagi.
"Tanggung jawab apa heh?! Dasar bocah! Sana pergi! Mengganggu saja!" Pria itu mengibaskan tangannya tak perduli.
"Gak! Aku tak akan pergi!" tolak Mentari, ia menatap dua orang itu dengan tatapan marah.
Dua pria tinggi besar itu pun melompat turun dari Gazebo dan langsung menangkap dirinya. Salah satu dari mereka malah menodongkan sebuah senjata tajam pada pinggangnya.
"Kamu mau aman? Pergilah dari sini. Atau kami akan membuat nasibmu lebih buruk dari hari ini," ucap pria itu dengan suara rendah. Mentari seketika merasakan tubuhnya gemetar. Ujung senjata tajam itu mengenai kulit nya dan ia bisa merasakan perihnya.
Ia bisa berkelahi tapi kalau ada yang memakai senjata tajam seperti ini, ia akan mengalah dan mundur. Ia takut.
"Baiklah, lepaskan aku," ucapnya dengan suara pelan. Untuk sementara ia akan mengalah. Ia benar-benar takut dan tak mau mati konyol di tempat yang sepi itu.
Pria itu pun melepaskan Mentari dengan seringai diwajahnya.
"Tak usah kamu pikirkan hari ini bocah cantik. Kami hanya bersenang-senang, hahaha."
Dengan cepat Mentari pun berlari menjauh, ia terlalu shock dan juga sedikit takut. Dua orang itu sangat berbahaya dan tak bisa ia lawan kalau hanya sendiri.
Ia pun tak melanjutkan langkahnya ke arah rombongan paud Adiba, ia lebih memilih menenangkan perasaannya. Ia tak menyangka kalau Lana, ternyata sudah merencanakan hal ini.
"Awas kamu, wanita ular!" geramnya dengan kepalan tangan marah.
Sementara itu, Krisna yang sudah ingin kembali ke kantornya menelpon Mentari berkali-kali tapi tak bisa tersambung juga. Ia tidak sadar kalau nomor nya sudah diblokir oleh istrinya beberapa saat yang lalu.
"Gak usah nungguin adikmu itu mas, kita pulang saja. Adiba udah ngantuk dan capek banget nih," ucap Lana dengan segala ide baik di kepalanya.
"Hum baiklah, kita pulang. Mentari bawa mobil sendiri jadi aku akan antar Adiba pulang ke rumah dulu," jawab Krisna berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya.
"Tapi kakak Men, bagaimana kalau nyariin kita pa?" Adiba sepertinya belum mau pergi kalau tidak bersama dengan Mentari.
"Gak apa-apa sayang. Kakakmu itu tahu jalan pulang kok, mungkin lagi ketemu temannya lagi di tempat yang tadi, jadi sibuk lagi deh hihihi."
"Iya sayang. Papa juga harus kembali bekerja. Jadi kamu papa antar pulang duluan ya," putus Krisna.
Adiba pun akhirnya setuju, ia memang sudah sangat lelah dan mengantuk. Lana tersenyum senang. Rencananya ternyata sudah sangat berhasil dan ia benar-benar sangat bahagia. Ia akan menemani Adiba di rumah dan mengambil hatinya.
Hari ini ia sudah melangkah lebih jauh untuk masuk ke dalam kehidupan keluarga Krisna. Tak lama kemudian, mereka pun keluar dari tempat itu. Krisna akan mengantar sang putri dulu ke rumah dan setelah itu kembali bekerja.
Mentari sendiri menuju kembali ke Gazebo yang tadi setelah ia sudah cukup tenang. Ia sudah tidak menemukan semua orang di sana. Krisna dan Adiba, serta wanita itu ternyata sudah pergi meninggalkannya.
"Ah tak masalah, aku bisa bebas hari ini," ucapnya menghibur dirinya kemudian berencana untuk pulang juga. Tapi ternyata rencananya untuk cepat pulang akhirnya batal karena ada Galang yang masih menunggunya di tempat itu.
Pria itu ingin meminta maaf karena gara-gara dia, gadis yang sangat disayanginya itu mendapatkan marah dari orangtua Adiba.
"Bukan kamu yang salah Lang, ada yang sengaja melakukan kejahatan ini pada Adiba," ucap Mentari.
"Maksud kamu? Ini cuma rekayasa?" Galang tampak sangat kaget. Mentari mengangguk.
"Siapa?" tanyanya lagi.
"Wanita yang bersama dengan papanya Adiba Lang."
"Tapi untuk apa Tar?"
Mentari hanya tersenyum tipis kemudian mengibaskan tangannya, "Tapi sudahlah, aku mau pulang sekarang. Nanti Adiba mencari aku. Makasih banyak ya, daaah!"
"Iya. Hati-hati ya, kalau kamu ada perlu bantuan, hubungi saja aku," ucap Galang seraya melambaikan tangannya pada gadis itu.
"Iya," jawab Mentari seraya menghidupkan kendaraannya kemudian meninggalkan tempat itu.
Tujuan utamanya saat ini adalah rumah, ia harus menjaga Adiba lebih intens lagi mulai dari sekarang. Ia khawatir wanita ular berkepala dua itu akan mengambil perhatian anak itu darinya.
Sesampainya di rumah, Adiba ternyata sudah tidur dengan sangat nyenyak. Ia jadi tak tega untuk membangunkannya. Untuk itu ia lebih memilih untuk mandi dan beristirahat, apalagi waktu sudah sangat sore.
Gadis itu pun masuk ke kamar mandi dan merendam dirinya di dalam bathtub. Ia perlu rileks untuk hari ini yang cukup memacu adrenalinnya.
Lana ternyata adalah wanita ular yang sangat berbahaya. Untungnya, Adiba tak kenapa-kenapa, kalau tidak? Oh, ia tak akan sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya dan juga anak itu.
Entah apa maksudnya wanita itu melakukan itu semua, begitulah pertanyaan yang muncul di dalam benaknya.
Setelah merasa lebih fresh dan menemukan jawaban dari segala pertanyaan-pertanyaannya, ia pun keluar dari kamar mandi.
Ia akan menceritakan semua ini pada Krisna sang suami, agar berhati-hati pada wanita yang sok manja dan sangat perhatian itu.
"Aaaw!" Tak sadar ia berteriak tertahan saat sebuah tangan besar langsung merengkuh pinggangnya yang baru keluar dari kamar mandi.
"Mas Kris?" ucapnya dengan wajah yang sangat kaget. Dadanya seketika berdebar sangat kencang hanya karena wajah pria itu begitu sangat dekat dengan wajahnya.
"Kenapa? Kaget?" jawab Krisna balik bertanya seraya merapatkan rengkuhannya pada pinggang gadis itu.
🌺
*Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
hati hati mentari semangat 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2024-03-28
0
Hadiyah 0575
siap2lah terima hukumanmu tari😀
2024-02-17
1
Rostina Sahar
saatnya kamu jujur tari sama krisna dengan apa yang dilakukan lana terhadap adiba.
2024-01-29
0