Krisna menutup acara rapat koordinasi itu dengan perasaan senang. Tak biasanya pria itu menunjukkan sikap yang ramah pada setiap orang. Untung-untung kalau ia bisa mengulas senyum diwajahnya yang dingin kini wajah itu sedikit melunak.
Pria itu segera kembali ke ruangan kerjanya dan mendapati Lana sudah menunggunya di depan pintu.
"Mas Kris, pa kabar?" tanya wanita itu dengan gayanya yang sangat manja.
"Sangat baik, seperti yang kamu lihat," senyum Krisna tak seperti biasanya. Lana jadi bersemangat, ia yakin kondisi mood pria itu sedang sangat baik, jadi ia tak salah kalau ia datang untuk mengajaknya makan siang.
"Kamu ngapain kesini?" lanjutnya bertanya.
"Mau ngajak makan siang mas," senyum Lana dibuat semanis mungkin.
"Aku masih ada kerjaan dengan Ben. Kamu bisa nunggu kalau kamu gak keberatan."
"Ah ya, aku gak keberatan kok, tapi bukankah lebih baik kita makan aja dulu mas? Ini waktunya udah siang banget lho," ucap Lana seraya memandang pergelangan tangannya.
"Tidak. Aku belum lapar," balas pria itu singkat. Setelah itu ia membuka pintu ruang kerjanya dan kemudian masuk. Lana pun ikut di belakangnya padahal ia sudah mendapatkan peringatan dari sang asisten kalau CEO itu tak ingin diganggu saat ini.
"Maaf nona!" Ben langsung menarik ujung blazer Lana agar wanita itu tak ikut masuk.
"Lepaskan aku gak!" teriak wanita itu yang merasakan tubuhnya tak bisa bergerak dan bahkan tercekik.
"Gak. Nona menunggu di depan saja. Pak Kris ada pekerjaan yang harus dikerjakan berdua denganku." tegas Ben kemudian melempar wanita itu ke arah sofa. Lana langsung histeris. Ia tak terima diperlakukan tidak sopan oleh seorang asisten seperti Ben.
"Kurang ajar kamu Ben!" teriak Lana dan langsung merangsek maju ke arah pintu dimana pria itu sedang berdiri bagaikan seorang patung.
Bugh!
Ben membanting pintu di depan hidung wanita itu dengan sangat keras kemudian menguncinya. Lana bagaian seekor hama yang sangat menggangu kenyamanan pria itu.
"Kamu kejam sekali Ben," tegur Krisna seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya.
"Lana itu sahabat aku lho," lanjut pria itu santai.
Ben membungkukkan badannya hormat, lantas berucap, "Maaf pak. Waktu anda untuk bekerja masih ada sekitar tiga puluh menit, dan kurasa ia akan mengganggu kenyamanan anda kalau ikut masuk."
Krisna terkekeh pelan, "Kamu memang selalu tahu apa yang aku inginkan Ben. Terimakasih banyak. Aku tidak tahu kenapa aku tak bisa keras pada wanita itu."
Ben hanya membungkukkan lagi badannya. Ia tak perlu menjawab perkataan pimpinannya itu, karena Lana memang sahabat Krisna sejak kecil.
"Jadi bagaimana pendapatmu tentang laporan para pimpinan departemen tadi, apakah itu wajar Ben?" Krisna mulai mengalihkan pembicaraan.
"Maaf pak. Tapi menurut saya, mereka sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat besar dari bapak. Gaya bicara mereka menunjukkan kalau mereka sedang merencanakan hal besar untuk mencuri kas perusahaan."
Krisna tersenyum, ia juga sudah sangat tahu hal itu. Orang-orang itu adalah penjilat yang sangat berbahaya, untungnya mereka sangat disiplin dalam bekerja hingga mereka punya poin lain yang menyokong perusahaan.
"Kalau begitu cari dan kumpulkan bukti kejahatan mereka Ben."
"Baik pak."
Asisten itu pun segera pergi dari tempat itu untuk melakukan tugasnya. Krisna sendiri menyandarkan punggungnya kemudian memandang ke arah jendela. Pemandangan kota yang sibuk di siang hari ini terpampang jelas dari lantai puluhan ruangannya.
Hampir delapan tahun ia memimpin perusahaan ini sejak ditinggalkan oleh ayahnya, karena sedang sakit dan akhirnya meninggal. Lika-liku memimpin diusia yang masih terbilang muda menjadi tantangan tersendiri buatnya. Terus terang ada banyak pihak yang meragukan kepemimpinannya tapi ia termasuk salah satu orang yang kuat untuk maju.
Dan sekarang, orang-orang itu kembali ingin merongrong perusahaan. Mereka sepertinya sedang berusaha untuk menghancurkannya dengan berbagai cara.
"Sial!, tak akan aku biarkan kalian menghancurkan jerih payah ayahku!" geramnya emosi.
"Ben akan membantuku menyisir kalian, yang tak tahu terimakasih!"
Drrrt
Drrrt
Pria itu tersentak kaget oleh notifikasi pesan masuk dalam handphonenya yang sangat beruntun. Perhatiannya pun tertuju pada benda pipih elektronik yang ia simpan di atas mejanya.
Ia pun meraihnya dan membuka banyaknya pesan dari beberapa nomor. Yang paling menarik perhatiannya adalah pesan dari Mentari, istri kecilnya.
Seketika emosinya yang sempat tersulut kini langsung reda bagaikan tersiram air dingin, gadis itu langsung membuat dadanya berdesir hanya dengan melihat namanya di dalam Handphone itu.
"Mari kita lihat apa yang kamu kirimkan untukku sayang," gumamnya seraya mulai membuka pesan-pesan itu."
[Hai mas, kami udah sampai nih di kebun binatang 😘] Dengan sebuah foto yang menampilkan dirinya dengan Adiba.
Oh sial!
Dada Krisna berdesir, gadis itu sangat cantik, dan sialnya, ia baru menyadarinya. Ia pun lanjut membaca pesan berikutnya.
Satu foto Adiba di depan barisan teman-temannya dengan caption [Adiba jadi pemimpin seperti dirimu mas, hebat!]
Bibir Krisna berkedut kembali. Ia bangga pada putri semata wayangnya.
[Adiba senang sekali ada di tempat ini, dan tahu gak mas? Putrimu itu mau beli gajahnya🤭, aku sih setuju aja jajan dari kamu mas, cukuplah😂]
Krisna tak sadar tertawa,
"Dasar bocah!", ucapnya.
Berikutnya adalah foto-foto mereka bersama dengan seekor induk gajah, tadinya ia biasa saja melihat banyaknya foto-foto itu tapi dua foto terakhir langsung membuat hatinya tidak nyaman.
Di dalam sana, Mentari sedang berfoto berdua dengan seorang pria yang ia yakin adalah guide di kebun binatang itu dilihat dari seragam yang sedang dipakainya.
Posisi mereka sangat dekat dan membuatnya cemburu. Tatapan pria itu pada Mentari, menunjukkan kalau ia sangat terpesona pada istrinya.
Ia tak suka kalau ada yang memandang istrinya seperti itu, seketika moodnya jadi hancur. Tangannya terkepal. Dengan cepat, ia pun menghubungi gadis itu agar segera pulang atau ia akan menjemput mereka.
"Pulang sekarang!" titahnya saat sambungan teleponnya terhubung dengan Mentari.
"Belum selesai acaranya mas. Kita masih..." Mentari menjawab cepat.
"Gak! Pokoknya kamu harus pulang atau aku ratakan kebun binatang itu!" tegas Krisna masih dengan cemburunya yang menumpuk. Mentari dari seberang telepon langsung terlongo.
"Hah? Yang bener saja mas, ini bukan tempat kecil lho, main diratakan aja."
"Pokoknya pulang sekarang!"
Mentari dari ujung sambungan mendengus kasar. Ia tidak suka kalau pria itu mengatur hidupnya sampai sekejam itu. Kesalnya semakin bertambah manakala mendengar suara seorang wanita ikut masuk dalam pembicaraan mereka.
"Mas Kris, ayok, ini udah waktunya makan siang lho, cepetan. Aku udah lapar banget nih," manja Lana.
"Bentar Lana. Aku lagi menelpon."
Klik.
Mentari langsung mematikan sambungan telepon itu sepihak. Ia kesal.
"Ih enak saja mau minta aku pulang dan dia bersama dengan wanita itu. Dasar!" geramnya kesal.
"Kakak Men kenapa? Kok kesel?" tanya Adiba penasaran.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
hati hati pak kris moga moga lana baik
2024-03-28
0
Mukmini Salasiyanti
alasssaaan sll tmn kecil...
dulu okelah..
skrg kamu hrs jaga jarak, kris...
loe dah pny istri loh....
2024-03-08
0
Jeni Safitri
Inilah yg menghancurkan hub kalau pria memberi celah utk wanita lain apalg teman masa kecil mendekat tanpa batas
2024-03-07
1