"Kakak gak salim sama papa?" tanya Adiba saat melihat Mentari langsung pergi dari ruang makan setelah selesai melakukan sarapan. Sementara dirinya masih sibuk bermanja-manja dengan sang papa.
"Eh?" Mentari tampak kaget. Ia memang tak biasa melakukannya karena hubungan mereka selama ini tak begitu akrab.
"Iya kak, kata ibu guru, sebelum berangkat ke keluar rumah harus salim sama papa sama mama, tapi kita 'kan gak ada mama. Eyang putri pun datang sesekali aja."
Mentari langsung menghela nafasnya. Entah kenapa ia jadi sangat kasihan pada putri kakaknya itu. Andaikan kak Anjani masih hidup, pasti hidup Adiba sangat sempurna, batinnya.
"Ayok kak. Salim dulu, entar papa tambah uang jajan lagi hehehe." Adiba terkikik lucu. Sedangkan wajah Mentari langsung berubah cerah.
"Kamu kok tahu banget kalo kita harus bawa uang jajan lebih sih," ucap gadis itu tersenyum.
"Iya dong. 'Kan kakak yang ngajarin, hihihi."
"Hush! Jangan sampai didengar sama papa ya, entar bukan nambah tapi malah berkurang hahaha."
"Iya kak. Ayo cepetan salim."
"Iya deh, semoga tambahan jajannya bisa beli gajah atau jerapah yang ada di kebun binatang."
"Hahaha betul betul betul." Adiba tak berhenti tertawa dibuatnya. Anak itu pun naik ke dalam mobil dan duduk dengan tenang. Sebuah permainan ia ambil dari dalam tasnya agar ia tidak bosan menunggu.
"Okeh sayang tunggu bentar ya. Aku pamit sama papa dulu. Gak lama kok." Mentari pun langsung kabur dari hadapan Adiba.
Ia akan mencari Krisna yang ia yakin masih berada di ruang makan.
"Eh, kemana dia? Kok udah gak ada," gumamnya bingung.
"Mak, mas Krisna kemana ya?" tanyanya pada kepala pelayan di rumah itu. Mak Siti pun menjawab kalau Tuan Krisna kembali ke kamarnya lagi.
"Makasih banyak mak," ucapnya tersenyum kemudian ia memutar arah ke arah kamar utama di rumah itu. Mengetuk pintu sebentar, setelah itu ia langsung masuk. Krisna yang sudah bersiap untuk berangkat bekerja tampak kaget dengan kedatangan Mentari di kamarnya.
Bibirnya langsung mengulas senyum samar. Apalagi gadis itu langsung datang menghampirinya.
"Ada apa?" tanyanya santai seraya mendudukkan dirinya di bibir ranjangnya.
"Mas, kata Adiba aku harus salim sebelum berangkat," lirih gadis itu dengan perasaan yang tiba-tiba sangat canggung. Suasana kamar ini rasanya membawa aura yang sangat berbahaya.
"Oh ya? Adiba kok pintar banget ya?" senyum Krisna.
"Iya mas. Adiba memang sangat cerdas. Dan katanya supaya jajannya bisa nambah, hehehe," kekeh Mentari dengan otak matrenya.
Krisna tersenyum, ia semakin suka saja melihat kepolosan isterinya yang tak dibuat-buat.
"Hum, itu ide yang bagus sih," ucap Krisna pura-pura berpikir.
Mentari tersenyum lebar. Ia yakin usahanya ini pasti berhasil. Dan ia benar-benar bisa membeli gajah kalo pria itu mau berbaik hati.
"Mas, sini tangan kamu, aku mau salim," ucap gadis itu dengan otak matrenya.
"Kalo gitu aku mau nambah jajan juga sebelum aku kerja," jawab Krisna dengan senyum mesumnya.
"Ish jajan apaan mas, ayo sini tangannya, mau salim," manja Mentari. Krisna semakin gemes saja dibuatnya.
"Bibirmu Tari, aku masih ingin, kemarilah," ucap Krisna dengan gairah yang mulai tersulut kembali. Entahlah , sejak mencicipinya semalam, ia jadi ketagihan dan ingin terus mencobanya.
Pria itu pun menepuk pahanya agar istrinya itu duduk di situ.
"Gak mau, nanti liptin aku rusak lagi kayak tadi," manja gadis itu dengan bibir ia majukan sedikit kesal.
"Dikit aja sayang, nanti aku kasih banyak lagi jajannya," mohon Krisna seperti seorang anak kecil. Entah kenapa ia merasa bisa gila kalau tidak menyentuh apa saja yang ada pada istrinya.
"Jangan lama-lama tapi."
"Iya, bentar aja."
"Rambutku gak boleh kacau mas."
"Iya."
"Ih gak percaya ah."
"Tari!"
Mentari pun setuju, karena ia tiba-tiba merasakan hal yang sama. Ia pun melangkahkan kakinya semakin mendekat dan kemudian duduk di pangkuan pria atletis itu. Jarak mereka semakin terkikis, hingga keduanya bisa saling merasakan deru nafas bahkan detak jantung masing-masing.
Mereka berdua saling bertatapan dengan perasaan yang sangat gelisah.
"Mas, nanti Adiba datang," lirih Mentari dengan suara yang hampir tenggelam saat pria itu bukannya mencium bibirnya tapi malah mengecup keningnya.
"Gak apa-apa, aku bentar aja sayang. Aku sangat ingin bibirmu Tari, plis," bisik Krisna dengan suara bergetar. Pria itu pun dengan cepat menekan tengkuk sang istri dan menenggelamkan bibirnya pada daging kenyal tak bertulang milik Mentari.
Gadis itu pun menyambutnya. Ia tak sadar mendesah nikmat saat lidahnya dieksplor dengan sangat rakus oleh suaminya. Apalagi tangan pria itu semakin lincah bergerak ke dalam kaos yang sedang digunakannya.
Mentari bergerak gelisah di atas pangkuan pria itu. Keduanya kini benar-benar terbakar.
"Mas, Adiba...ughhh..."
Krisna terpaksa melepaskan tautan bibir mereka. Nafasnya memburu dengan hasrat yang sangat menyiksa.
"Tari, aku..." lirih Krisna dengan hasrat yang sudah sampai di ubun-ubun. Tatapannya benar-benar menghitam karena sangat menginginkan gadis itu.
"Adiba nanti kesini lagi mas," balas Mentari dengan nafas putus-putus.
Ia takut akan terbuai lagi dan lupa diri. Suaminya benar-benar sangat profesional dalam berciuman hingga rasanya ia sudah kehabisan pasokan oksigen.
"Baiklah, pergilah." Krisna langsung menurunkan tubuh istrinya dengan pelan. Bagaimana pun Adiba adalah nomor satu baginya. Ia akan menahan diri meskipun ia tak tahu apakah mampu atau tidak.
"Jajannya?" Mentari tersenyum seraya menengadahkan telapak tangannya di depan wajah suaminya. Krisna tersenyum kemudian mengecup telapak tangan gadis itu.
"Aku akan transfer ke rekening kamu, pergilah. Adiba pasti nungguin kamu."
"Makasih mas, mmmuah..." Mentari langsung pergi setelah mengecup singkat bibir suaminya.
Krisna menyugar rambutnya dengan debaran jantung yang sangat kencang. Gadis itu bisa membuatnya gila.
Aaaaa....Huffft
Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya berkali-kali untuk meredakan hasratnya yang sangat menyiksa. Mentari benar-benar membuat si Joni semakin sesak di dalam boksernya.
Aaaaa... Huffft
Sementara itu, di luar rumah, Mentari pun naik ke atas mobil dengan perasaan yang sangat bahagia.
"Kakak Men, kok lama banget sih!" Adiba kembali protes.
"Maaf sayang. Papa nakal banget jadi kakak gak bisa pamitan cepet."
"Nakal? Emangnya papa ngapain?" Wajah Adiba langsung penasaran.
"UPS! Kakak salah omong. Jangan bilang sama papa ya, hihihi." Cepat-cepat Mentari meralat perkataannya. Adiba pun tidak menjawab. Ia kembali asyik dengan mainan lego yang ia bawa.
Mentari sendiri langsung melajukan mobilnya dengan dada yang masih berdebar bahagia. Krisna ternyata sangat menginginkannya seperti dirinya juga dan hal itu membuatnya sangat senang.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Bagi votenya dong😭😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
mau jg gak pa pa halal ini
2024-03-28
0
Hadiyah 0575
suami istri mah..semuanya halal kok😊
2024-02-17
2
Bunda
pasangan halal emang beda rasanya 😆
2024-01-30
0