Pagi itu, Mentari dan Adiba sudah bersiap berangkat ke sekolah. Adiba sudah tampak cantik dengan rambut ekor kudanya begitu pun dengan Mentari. Ia juga mengikat rambutnya yang sebahu seperti Adiba. Keduanya jadi seperti kakak beradik.
"Kak Men, Bu guru bilang, besok kita mau ke kebun binatang. Mau ikut ndak?"
Mentari tersenyum kemudian mengangguk. Adiba memang ia suruh memanggilnya kakak dan bukannya tante atau mama. Ia takut dikira sudah berumur.
"Boleh, aku juga udah selesai ujian hari ini. Jadi kita bisa bermain bebas bersama."
"Yay! Horee!" Adiba melonjak kegirangan. Ia jadi tidak akan sedih lagi kalau semua temannya datang bersama dengan mama dan papanya. Sedangkan dia hanya bersama pengasuh karena Mentari harus sekolah juga.
"Aku kasih tahu papa dulu ya kak," ucap Adiba dan langsung berlari keluar kamarnya. Ia ingin memberi tahu sang papa tentang rencana dan kegiatannya besok.
Mentari tersenyum kemudian melanjutkan menata rambut dan pakaiannya. Hari ini adalah hari terakhir ia ujian sekolah. Dan itu berarti, sisa satu hari ini saja semuanya selesai. Ia akan bersenang-senang dengan teman-temannya karena hari berikutnya, ia akan punya waktu banyak untuk Adiba.
Gadis cantik itu pun keluar dari kamarnya selama ini bersama dengan Adiba. Ia kemudian menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
Di tempat itu, Krisna sudah duduk dengan tenang seraya melakukan sarapan. Tak ada Adiba lagi di sana. Itu berarti anak itu pasti udah berangkat ke sekolah bersama dengan sopir. Sedangkan dirinya akan naik motor sendiri karena jalur mereka berbeda jauh.
Mentari pun duduk tanpa menyapa suaminya itu. Ia mengambil sepotong roti tawar kemudian mengolesinya dengan margarin dan juga Meises coklat kesukaannya. Setelah itu ia menggigitnya dengan santai.
Sepi dan terkesan horor. Begitulah keadaan ruangan itu jika Adiba tidak ada. Keduanya kadang bersama tapi sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka belum tampak seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Tak ada yang saling berbicara seperti biasanya. Krisna akan selalu sibuk dengan gadgetnya meskipun ia sedang makan sekalipun. Sedangkan Mentari juga tidak perduli. Mereka berdua belum begitu akrab meskipun sudah dua bulan menikah.
Bunyi sendok dan garpu yang sedang diletakkan di atas piring menunjukkan kalau Krisna sudah selesai dengan sarapannya. Pria itu pun berdiri dan menghampiri kursi Mentari. Ia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya dan memberikannya pada istri keduanya itu.
Mata Mentari melotot dengan mulut membola. Sebuah kartu sakti beserta berlembar-lembar uang kes diberikan oleh Krisna padanya pagi itu tanpa ada prakiraan cuaca dari BMKG sebelumnya.
"Ini untuk apa mas?" tanya gadis itu pura-pura lugu.
"Itu untuk uang jajan kamu. Kamu bisa gunakan sepuasnya dan jangan minta sama mama dan papa lagi," balas Krisna santai. Mentari langsung mengulas senyum termanisnya.
"Ini beneran mas Kris?" tanyanya memastikan. Krisna hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapan gadis itu.
"Aaaaa makasih banyak mas!" teriak Mentari kemudian memeluk tubuh tinggi tegap itu dari belakang.
Deg
Krisna tampak sangat kaget dengan ungkapan terimakasih gadis itu padanya. Meskipun Mentari istrinya sendiri tapi ia tak berniat untuk bersentuhan fisik dengannya. Nama Anjani, masih tak tergantikan oleh orang lain di dalam hatinya.
"Makasih mas, setelah ini aku akan menjaga Adiba dengan sangat baik. Kamu tidak perlu menyewa dan membayar seorang pengasuh untuknya."
Krisna tersenyum kemudian melepaskan rengkuhan tangan gadis itu pada perutnya karena tiba-tiba merasakan sesuatu yang lain. Dua benda empuk dari balik seragam sekolah gadis itu menyentuh punggungnya dengan cukup ekstrim. Dan ya, tiba-tiba saja ada getaran halus yang tiba-tiba merambat dari dalam pembuluh darahnya.
Shit!
Pria itu tidak menyangka kalau ia akan sangat terpengaruh padahal sudah banyak perempuan seksih di luar sana yang selalu menawarkannya banyak kenikmatan.
"Mas, makasih. Aku sangat senang sekali," ucap Mentari dan berhasil membuatnya tersentak kaget.
"Iya. Itu memang sekalian gaji kamu merawat dan menjaga Adiba."
"Hah?" Wajah cantik gadis itu tampak melongo sejenak. Harapannya untuk mendapatkan jajan tambahan ternyata tak terkabul. Ia pun kemudian langsung tertawa cengengesan.
"Iya deh. Kirain gaji untuk pengasuhan Adiba beda lagi," ucapnya kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hey! Sejak kapan kamu jadi matre begini?" Krisna berbalik dan menatapnya dengan tatapan yang terasa berbeda.
Mentari kembali tersenyum meringis.
"Iya deh mas, ini udah sangat banyak kok. Makasih!" ucap gadis itu dengan bibir manyun. Ia sedikit kecewa. Ia pikir pria itu mau mengucapkan kata-kata manis untuknya ternyata tidak.
Sudah dua bulan menikah tapi pria itu tak pernah sedikitpun bermulut manis padanya. Dan baru kali ini Krisna mendapatkan hidayah untuk memberikannya uang jajan secara langsung. Biasanya hanya disimpan di atas meja setiap pagi sebelum ia berangkat ke sekolah.
"Pulang sekolah langsung ke rumah. Jangan parkir ke tempat lain dulu!"
"Iya mas, tapi kalau parkirnya di sekolah sendiri gak apa-apa 'kan?" Mata indah gadis itu mengerjap menggemaskan.
Krisna berdecak. Ia tak suka dengan ekspresi Mentari seperti itu. Dadanya tiba-tiba berdebar aneh. Ia pun segera pergi dari tempat itu tanpa mau membalas perkataan Mentari. Kalau ia melayani gadis itu untuk bicara maka ia akan terlambat ke perusahaannya.
"Mas Kris makasih jajannya!" teriak Mentari lagi dari belakang punggungnya. Krisna hanya mengangkat tangannya tanpa menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tak ingin merespon gadis itu terlalu dalam karena kinerja jantungnya kini jadi sangat berbeda.
Pernikahan mereka baginya hanya sebuah nama. Ia tak berniat membawa-bawa hati dan perasaan disini.
Sesungguhnya, ia masih belum bisa melupakan Anjani dan memang tak berniat menduakan cinta pertamanya itu. Akan tetapi paksaan berikut alasan tak masuk akal kedua orangtuanya membuatnya menyetujui pernikahan ini.
Tak lama kemudian ia sudah berada di depan rumah dan memasuki mobilnya. Ia harus segera berada di perusahaan pagi itu untuk melakukan sidak pada setiap departemen.
Sementara itu, Mentari menatap kembali lembaran uang di tangannya. Paginya jadi sangat bersemangat. Ia sangat senang karena ia jadi bisa mentraktir seluruh teman kelasnya dengan uang yang sangat banyak dari suami rahasianya.
Ia pun meraih tas dan kunci motornya untuk segera ke sekolah. Ia tak sabar menyelesaikan soal-soal ujian dan bersenang-senang.
Gadis itu tak sadar kalau Dirga sejak tadi menunggunya di depan gerbang rumah besar itu. Pria itu sejak lama sudah mulai curiga padanya karena tak pernah lagi menginap di kediaman orang tuanya sendiri yang tidak terlalu berjarak dengan rumahnya sendiri.
Sejak dua bulan ini Mentari tak pernah terlihat pulang ke rumahnya. Ia juga selalu kedapatan masuk dan keluar dari rumah yang sangat mewah ini.
Pria itu jadi curiga kalau gadis itu telah menjadi seorang sugar baby dari seorang Krisna Dewangga yang terkenal sebagai seorang duda beranak satu yang kaya raya.
"Awas kau Tari! Kalau kamu berniat mengkhianati aku!''
🌺
*Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
😄😃🤣🤣
2024-03-08
0
Hadiyah 0575
waah..enak dong mentari uamg jajanx mengucur terus 😂
2024-02-16
1
Bunda
uang jajan doang ?
buat skincare ga ada ???😁😁
2024-01-30
0