"Astaghfirullah mbak. Sadar ya kalo mau nuduh orang. Mentari ini adalah gadis baik-baik!" ucap Gisel membela sang sahabat. Lagipula ia takut kalau Mentari kalap maka gadis itu bisa membuat huru-hara di tempat itu.
"Heh! Jangan asal membela teman kalian ya. Kamu dan kamu~ (seraya menunjuk Gisel dan Mentari bergantian) adalah sugar baby yang sengaja datang ke tempat terhormat seperti ini untuk mendapatkan perhatian dari para pria kaya!"
Grrrr
Mentari merasakan kepalanya mulai bertanduk. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia pun berdiri dari duduknya dan mencengkram tangan wanita dewasa itu.
"Hey! Jangan asal nuduh dong mbak eh tante!" Dirga cepat-cepat merelai keduanya. Ia berdiri memasang badan untuk membela Mentari. Ia juga menarik tubuh sang pacar agar mereka tidak saling Jambak di tempat itu.
"Sembarangan aja kalo ngomong. Gadis ini pacar aku dan dia bukan seorang sugar baby!" lanjut pria itu dengan emosi tertahan.
"Cih! Kalo pacar kenapa kamu biarkan mas Krisna memeluknya di tempat umum bodoh!"
Dirga melotot. Ia sangat sensi jika dibilangi bodoh oleh orang lain.
"Pak Krisna itu kakaknya Mentari. Mereka ada hubungan keluarga. Jadi kalau ngomong harus dijaga ya!"
Lana tercekat kaget. Wajahnya langsung berubah pias. Tiba-tiba ia jadi sangat takut.
"Kakak? Jangan sembarangan lagi kalo ngomong ya? Mau ngaku-ngaku," ucapnya mulai ragu.
"Iya mbak. Mentari ini saudaraan sama mas Kris dan juga ia teman kami. Kami datang ke tempat ini karena kami ingin makan. Emangnya gak boleh?" timpal Gisel menambahkan.
Lana merasakan wajahnya memanas. Rasa malu tiba-tiba muncul dari dalam hatinya. Ia pun cepat-cepat mengulas senyum termanisnya.
"Kalau begitu maafkan aku ya, makanan kalian biar aku yang bayar. Dan ini, adalah hadiah untuk kalian," ucap wanita itu dengan nada suara yang mulai melunak. Puluhan lembar uang merah yang ia berikan kepada Mentari ia bagi untuk Dirga, Gisel, dan tentunya untuk Mentari.
"Maafkan aku, lain kali kita bisa makan di tempat lain yang lebih mahal. Bye." Wanita itu pun melenggang pergi dari hadapan mereka bertiga dengan rasa malu yang tak bisa lagi ia sembunyikan. Ia kembali ke meja Krisna dan duduk dengan gusar. Ia berharap gadis yang bernama Mentari itu tidak mengatakan atau melaporkannya pada Krisna.
"Ayo, mas. Kita bahas kembali kerjasama kita tentang proyek itu," ucapnya berusaha untuk santai.
"Ah iya, kamu bisa membicarakannya dengan asisten aku karena aku ingin cepat pulang hari ini."
"Hah? Kok bisa begitu sih mas? Kita 'kan belum membahas apa yang harus kita kerjakan?" Lana semakin gusar saja dibuatnya.
"Gak apa-apa. Proyek itu tidak bernilai banyak untukku. Jadi kamu santai saja." Krisna masih tak berpaling dari layar handphonenya. Ia masih menunggu gadis itu membalas pesannya.
Dua menit tiga menit balasan itu datang juga tapi nyatanya balasan yang diharapkan hanya sebuah emoticon marah.
[😡😡😡😡😡😡]
"Eh?"
Krisna mendongak dan melihat ke arah meja Mentari. Istrinya itu sudah tidak ada di tempat begitu pun dengan teman-temannya. Kemungkinannya, mereka baru saja keluar dari tempat ini.
"Jadi bagaimana dong?" tanya Lana dengan nada manjanya. Ia bahkan berani bergelayut manja pada lengan kekar pria itu.
"Jaga sikapmu Lana! Meskipun kita bersahabat aku tetap tidak mau kamu jadikan sebagai batu loncatan untuk membuat dirimu populer. Cukup acara semalam yang bikin orang salah persepsi tentang kita!" tegas Krisna seraya melepaskan rengkuhan tangan wanita cantik itu.
Lana tersenyum saja. Krisna memang selalu seperti itu tapi ia tidak pernah marah padanya meskipun ia sudah sering membuat pria itu terjebak dalam permainan-permainannya.
"Urusan kerjasama itu tetap akan jalan seperti kesepakatan kita pada awalnya. Jadi kamu santai saja. Asistenku akan mengurus semuanya."
"Hum, baiklah mas. Terimakasih banyak ya, ummuah!" Lana tersenyum senang kemudian langsung mencium pipi pria itu manja. Krisna melotot tak percaya dengan aksi tiba-tiba dari Lana.
"Aku bilang jaga sikapmu, atau MOU kita batal!" tegas Krisna yang kini berubah marah. Ia benar-benar tidak suka seorang pun menyentuhnya seperti itu. Andaikan ini bukan di tempat umum mungkin ia akan memberikan satu pelajaran penting untuk wanita ini.
"Maafkan aku mas, itu hanya gerakan spontan aja. Itu karena aku sangat senang," ucap Lana seraya melipat tangannya di depan wajahnya.
"Lain kali jangan ulangi lagi. Aku tak suka!" tegas Krisna kemudian segera berdiri dari duduknya. Setelah itu ia pergi tanpa berkata-kata lagi. Lana pun cepat-cepat mengikutinya dan meminta maaf lagi yang penting pria itu bisa ia dapatkan.
Sementara itu, Mentari sedang berada di Mall M bersama dengan Gisel. Tempat itu tak jauh dari restoran tempat mereka tadi melakukan makan siang. Dirga sendiri harus kembali ke kampusnya karena ada urusan penting jadi sisa dua gadis itu yang akan menghabiskan uang pemberian dari Lana.
Meskipun mereka berdua masih sangat kesal dengan tuduhan wanita yang dekat dengan Krisna itu, mereka juga sangat senang karena mendapatkan uang yang banyak.
"Gak nyangka aku Tar, bisa belanja sebanyak ini hanya karena dapat rezeki nomplok dari wanita itu hihihi!" Gisel terkikik bahagia seraya memandangi tas belanjaan yang ada di tangannya.
Mentari ikut tertawa. Tangannya juga sudah penuh dengan barang-barang belanjaan.
"Wanita seperti itu kayaknya udah cinta mati sama mas Krisna deh Tar, sampai rela memberikan kita uang sebanyak ini."
"Wanita bodoh! Tampangnya aja berpendidikan tapi sikapnya nol besar."
"Heh jangan salah lho Tar, katanya cinta bisa merubah semua orang. Karena terlalu cinta sama kakak iparmu itu ia rela menjadi wanita bodoh yang untungnya gak pelit hahaha!"
Mentari mengangkat ujung bibirnya mencibir, "Ah sok bijak kamu. Gak usah mikirin cinta. Kita habiskan saja uangnya hari ini."
"Hahaha assyiaap!" Gisel tertawa lagi. Ia sangat senang karena hari ini ia mendapatkan rezeki yang tak pernah diduga sebelumnya. Ia pun mengikuti Mentari untuk membeli lagi banyak pakaian mewah untuknya sendiri dan untuk bundanya di rumah.
"Setelah ini ke salon yuk. Aku pengen juga seperti cewek-cewek yang memanjakan diri mereka," ucap Mentari seraya mengangkat kedua alisnya.
Gisel kembali mengiyakan. Mereka pun benar-benar menikmati hari ini tanpa mau memikirkan tentang hal yang membuat mereka kesal tadi.
Sementara itu, Krisna yang sudah sampai di rumah begitu sangat kesal karena istrinya belum juga ada di tempat itu. Di kantor ia tunggu sampai jamuran, Mentari tak datang.
Di rumah pun sama padahal waktu sudah sangat sore. Adiba sendiri terus bertanya kenapa Mentari belum pulang padahal sudah hampir magrib.
Teleponnya pun tak diangkat oleh gadis itu.
"Awas saja kamu, kalau berani pergi bersama dengan pria ingusan itu!" geramnya.
🌺
*Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sur yati
nah Lo cemburu nih
2024-04-12
0
Zanzan
nah Lo...mulai mulai ni bang Kris🤭
2024-04-01
0
Mamah Kekey
udah mulai suka nih mas Dirga
2024-02-25
1