Mentari langsung mendorong tubuh Krisna dengan sangat keras. Ia begitu kaget atas sentuhan bibir pria itu pada pucuk merah mudanya. Gegas ia meraih apapun yang ada di sekitarnya untuk menutupi kedua gunung kembarnya.
Ditangannya ada kaos pria itu yang ternyata sudah terlepas dari tubuhnya yang sangat atletis.
"Mas! Apa yang kamu lakukan!" teriaknya dengan tatapan tajam pada pria yang tanpa disadarinya sudah menindih tubuhnya.
Krisna yang sedang dalam mode sangat bergairah tampak sangat kaget karena kesenangannya sedang terganggu.
Ia pun tersenyum dan harus cepat-cepat mencari alasan agar ia bisa meloloskan keinginannya lagi. Permukaan kulit Mentari benar-benar sangat lembut dan juga harum.
Dan, ya ampun, pucuk merah muda yang masih sangat kecil itu sangat nikmat ia rasakan meskipun hanya sekilas. Bagian bawahnya saja sudah sangat dibuat sesak.
"Aku? Aku 'kan udah bilang kalau seluruh tubuhmu yang udah di Scrubbing itu harus diperiksa dengan sangat baik," balas pria itu dengan ide cemerlangnya.
"Lihatlah aku, aku juga rajin ke salon untuk melakukan perawatan juga. Makanya aku mau bandingin kulit kamu dengan kulit aku," lanjut pria itu seraya menunjukkan otot-otot ditubuhnya yang sangat bersih dan juga liat.
Mentari terpaku. Ia baru tersadar kalau tubuh suaminya sudah terbuka seperti dirinya. Tapi sejak kapan?
Ia tak menyangka kalau ia bisa melihat tubuh pria itu dalam keadaan setengah telanjang. Dadanya langsung berdesir aneh. Akan tetapi cepat-cepat ia menetralisir debaran pada jantungnya.
"Tapi 'kan bukan yang ini juga mas yang diperiksa," gerutunya seraya menunjuk benda favorit sejuta umat miliknya.
"Kamu 'kan bisa memeriksa yang lainnya saja mas. Yang Ini terlalu pribadi dan tidak boleh sembarangan disentuh!" tegas gadis itu. Krisna hanya tersenyum kemudian menyugar rambutnya.
Mentari terpaku lagi. Pria itu kenapa jadi semakin tampan saja sekarang.
"Dan, harusnya gak usah pakai bibir juga mas," lanjut gadis itu dengan ekspresi yang sangat menggemaskan bagi suaminya. Ia berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain karena tak kuat dengan debaran aneh di dadanya yang seperti ingin membunuhnya. Dan lagi, tubuh mereka pun begitu sangat dekat sekarang.
"Kenapa?" senyum Krisna.
"Ya kaget trus geli banget mas! Memangnya mas Kris ini bayi besar? Sampai harus nyusu ke aku?"
Krisna merasakan bibirnya berkedut, rasanya ia ingin tertawa. Mentari ini sangat lugu atau apa?
Anak SMA jaman sekarang bahkan ada yang berprofesi sebagai seorang sugar baby dan sudah khatam tentang hal-hal yang berbau enak-enak dengan lawan jenis. Tapi Mentari?
Gadis itu bukanlah gadis cupu tapi juga bukan gadis liar. Ia pasti pernah belajar dari sekolah tentang alat reproduksi dan fungsinya. Tentang proses perkembangbiakan pada manusia dan masih banyak lagi hal lainnya.
Apalagi dari media sosial, anak jaman sekarang sudah tidak tabu dengan hal-hal yang seperti sedang mereka lakukan saat ini.
"Kalau begitu aku bisa pakai tangan gak sayang?" ide Krisna.
Mentari tanpa sadar mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya cepat. Otaknya memang kadang tidak stabil jika bersama dengan pria tampan dan maskulin itu. Pria itu terlalu menarik sekaligus menjengkelkan dalam suatu waktu.
"Boleh 'kan sayang?" ulang Krisna.
Mentari sekali lagi mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Tubuhnya ingin tapi hatinya berubah sangat ragu.
"Tapi ngeceknya gak lama 'kan mas?" Akhirnya keluar juga kalimat yang sangat disukai oleh seorang Krisna Dewangga.
"Tergantung."
Mata indah Mentari langsung melotot.
"Kok tergantung lagi sih mas? Dari tadi ngomongnya gitu aja."
"Yah, kalau manis dan sangat lembut aku akan lama, tapi kalau enggak, mungkin akan cepat aja sih."
"Ish!" Mentari mencebikkan bibirnya dan langsung mendapatkan kecupan dari Krisna.
"Mas! Kamu mengambil ciuman pertamaku!" teriak Mentari histeris. Krisna langsung tertawa.
"Itu bukan ciuman. Itu cuma kecupan. Yang ini nih yang dinamakan ciuman," ucap pria itu seraya menyentuhkan kembali bibirnya pada bibir sang istri. Ia menyesap dan mengulum benda kenyal tak bertulang itu dengan sangat lembut penuh gairah.
Tubuh Mentari benar-benar tak bisa lagi bergerak. Ia terlalu kaget dengan aksi pria itu padanya. Jangan ditanya bagaimana kinerja jantungnya saat ini.
Ia bekerja keras karena ini merupakan pengalaman pertama baginya.
Krisna melepaskan bibirnya dengan perasaan yang sangat nikmat dan luar biasa. Bibir istrinya begitu sangat manis dan legit. Tubuhnya sendiri ikut bergetar menahan hasrat yang sejak tadi menyiksa dirinya.
Pria itu tersenyum kemudian membuka kain yang menutupi dua aset isterinya yang sejak tadi menggoda imannya.
MasyaAllah, indahnya, bisik hatinya dengan tatapan yang begitu sangat kagum pada kelebihan yang dimiliki oleh istrinya itu.
Pria itu kembali merasakan tubuhnya menegang manakala pemandangan indah itu kini terpampang jelas kembali dihadapannya. Bentuknya bulat dan indah dengan satu tombol kecil berwarna pink di tengah-tengahnya.
Tangannya pun segera bergerak ingin meremasnya tapi Mentari menahannya.
"Kenapa lagi sayang?" tanyanya dengan tatapan berkabut hasrat.
"Gak jadi pakai tangan. Pakai bibir aja mas."
"Kenapa?" senyum Krisna.
"Kayaknya tadi itu enak mas."
Krisna rasanya ingin tertawa terpingkal-pingkal. Ia pun kemudian berbisik dengan sangat lembut, "Aku bisa gunakan keduanya sayang. Dan kamu pasti akan suka."
Mentari merasakan pipinya bersemu merah. Ia jadi malu sendiri.
"Papa! Kakak Men!"
Krisna dan Mentari tersentak kaget dengan teriakan Adiba yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar mereka.
Krisna dengan cepat melompat turun dari ranjang setelah menutup tubuh sang istri dengan selimut tebal.
"Adiba? Kok bisa bangun sih sayang?" tanya Krisna dengan cepat. Dadanya berdebar kencang karena kaget luar biasa.
"Aku belum tidur tadi. Aku nungguin kakak Men. Kok belum balik ke kamar si pa? Makanya aku kesini."
Krisna menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia jadi bingung sendiri kenapa anak itu tahu kalau Mentari ada di dalam kamarnya?
"Kakak Mentari lagi kurang sehat sayang. Papa lagi mau kasih obat tuh."
"Oh? Kasihan banget padahal aku mau ngomong kalau besok pagi-pagi kita mau ke kebun binatang." Wajah Adiba langsung murung.
Mentari yang mendengar suara Adiba langsung membuka selimutnya. Ia pun keluar dari sana dengan memakai kaos Krisna yang ia dapatkan di atas ranjang.
"Adiba sayangku. Aku tadi emang lagi dikasih obat sama papa, tapi sekarang udah sembuh kok. Ayok kita tidur lagi," ajak gadis itu.
Adiba tersenyum lebar tapi kemudian mata bulatnya melotot.
"Kakak Men, kok pakai kaosnya papa? Bajunya kemana?"
Krisna dan Mentari saling bertatapan dengan wajah canggung. Pria itu semakin terpesona saja melihat istrinya memakai kaosnya yang tampak kebesaran pada tubuh wanita itu.
"Anu, bajuku kemana ya tadi? Tiba-tiba kok hilang ya? Tapi gak usah mikirin itu sayang. Yang penting kita bobok sekarang, ayok."
"Ayok kak. Dadah papa. Good night!"
Mentari dan Adiba pun keluar dari kamar itu dengan wajah yang sangat senang. Dua orang itu bergandengan tangan dengan sangat ceria.
Krisna terhenyak. Tiba-tiba saja ia merasa sendiri. Dua orang wanita berbeda usia itu meninggalkannya tanpa perasaan sama sekali.
Lah trus bagaimana dengan si Joni yang sejak tadi sudah bangun?
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Wicih Rasmita
Gatot dah unboxing maz Kris ciaaan dech🤣🤣🤣
2024-03-09
0
Jeni Safitri
Ck si dude udah jelas ngences lihat istri muda yg setengah polos malah ngk di rayu kalau nunggu dia loding ya lamalah😅😅
2024-03-07
1
Hadiyah 0575
Adiba ganggu aja nih..padahal udah....😀
2024-02-16
0