Pagi-pagi sekali, Mentari dan Adiba sudah bersiap untuk pergi ke kebun binatang sesuai rencana mereka semalam. Dua orang anak dan ibu sambung itu bahkan mandi bersama. Mereka benar-benar sangat senang.
Keluar dari kamar mandi, mereka langsung membuka tas belanjaan Mentari yang belum sempat dibuka semalam karena adanya adegan yang sangat berbahaya antara Mentari dan papanya Adiba, hehehe.
Seperti biasa pakaian mereka kembar layaknya adik kakak. Mentari sengaja membeli banyak pakaian couple untuk mereka berdua. Gaya rambut pun sama. Keduanya mengurai surai indah mereka dengan dua jepitan di kiri kanan.
Adiba nampak sangat senang karena untuk pertama kalinya ia akan pergi bersama dengan Mentari untuk urusan sekolah. Gadis kecil itu tak berhenti melompat kegirangan sampai ia keringatan kembali.
Di depan kaca, Mentari masih mematut diri untuk memeriksa penampilannya. Gaya rambut barunya dan semua yang ada pada dirinya ia syukuri. Kulitnya memang terasa sangat halus dan lembut karena telah dirawat sangat baik di salon terkenal itu.
Bibirnya sejak tadi mengulas senyum. Entah kenapa ia juga tak kalah senangnya dengan Adiba.
Bayangan Krisna menyentuhnya dengan sangat lembut pada seluruh bagian kulitnya semalam tiba-tiba membuatnya merinding. Gelenyar aneh tak kasat mata yang ia rasakan kini mengganggu kembali kinerja jantungnya.
Aaaaa
Mentari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Pipinya tiba-tiba menghangat karena malu.
"Kakak Men, ayok cepetan. Nanti kita telat!"
Lamunannya tersentak karena panggilan si kecil Adiba.
"Ah iya sayang. Aku udah selesai kok," ucapnya cepat-cepat seraya memeriksa kembali penampilannya di cermin. Setelah itu Ia pun berbalik dan segera meraih tas anak itu yang ia simpan di atas meja.
"Ayok, kita sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah kamu," ucap Mentari seraya memasang tas ransel untuk Adiba, setelah itu ia juga memakai sling bag nya sendiri.
"Gak usah sarapan kakak Men. Bibi pengasuh 'kan udah nyiapin bekal yang banyak," ucap gadis kecil berusia lima tahun itu dengan wajah serius.
"Eh, gak boleh seperti itu. Kamu harus sarapan meskipun sedikit sayang. Nanti kamu masuk angin."
"Tapi aku kan gak mau kak." Adiba langsung memasang wajah cemberut. Saking senangnya, ia tak ada nafsu makan lagi.
"Tetap harus sayang, meskipun sedikit."
"Tapi aku gak mau makan kakak Men." Adiba masih bertahan tidak mau.
"Minum susu aja sama sereal. Yang penting perut kamu gak kosong."
"Ah iya deh. Aku keluar duluan ya," ucap anak itu kemudian berlari keluar dari kamarnya. Ia setuju kalau cuma sereal dan segelas susu. Ia juga biasa sarapan sendiri dan ia akan meminta bibi pengasuh menyiapkan sereal untuknya.
Mentari tersenyum. Ia sangat senang karena anak itu patuh padanya. Ia pun memeriksa kembali barang yang akan dibawanya kemudian segera menuju ke arah pintu kamar.
Baru saja ia membuka pintu itu, Krisna tiba-tiba saja masuk dan langsung mendorongnya ke arah dinding.
"Mas Kris?" ucap gadis itu dengan wajah yang sangat kaget.
"Humm," senyum Krisna dengan tatapan yang sangat berbahaya. Tajam dan mengintimidasi.
"Mas, Adiba menunggu aku di lu.." Belum juga Mentari menyelesaikan perkataannya bibir tebal pria itu sudah membungkam mulutnya. Pria itu tanpa aba-aba langsung mengulum lembut bibir kenyal sang istri dengan penuh hasrat.
Rupanya ia masih sangat penasaran dengan apa yang ia cicipi semalam. Dan sekarang ia datang untuk mengulanginya agar ia bersemangat bekerja.
Mentari tak berkutik. Ia tak kuasa menolak apa yang dilakukan oleh suaminya. Mereka pun tenggelam dalam arus hasrat yang semakin tak terkendali. Krisna bagaikan seorang musafir cinta yang sangat kehausan. Dahaganya ingin ia lepaskan dengan sangat tak sabar.
Ia tak berhenti menyesap daging tak bertulang itu dengan penuh gairah. Rasa hausnya selama lima tahun ini ingin ia puaskan dengan sangat rakus.
Mentari sendiri hanya bisa meremass rambut suaminya dengan perasaan yang sama. Gairahnya ikut terbakar dan tentu saja Ia sangat menikmati apa yang pria itu lakukan padanya.
Dor
Dor
"Kakak Men. Kok lama sekali sih?!"
Suara Adiba menggedor pintu membuat mereka langsung saling melepaskan diri. Krisna menatap wajah cantik istrinya dengan perasaan tak rela. Sedangkan Mentari, gadis itu berusaha mengatur debaran didadanya. Ia sungguh kewalahan mengatur nafasnya yang seolah-olah habis dihisap oleh pria itu.
"Bibirmu manis Tari, aku suka," ucap pria itu seraya mengelus bibir istrinya dengan ibu jarinya. Setelah itu ia keluar dari kamar itu dengan santai.
Mentari tak bisa berkata apa-apa. Ia merasa seperti sedang bermimpi. Dadanya naik turun karena sebuah perasaan yang sangat tegang. Rasanya adrenalinnya terpacu sangat cepat. Ia bagaikan seseorang yang baru turun dari permainan roller coaster.
Bagaimana mungkin pria itu datang menciumnya dengan tiba-tiba seperti itu?
Suara Adiba pun menjauh dari kamar itu karena Krisna membawanya lagi ke meja makan.
Mentari melangkahkan kakinya yang terasa sangat lemas ke arah cermin riasnya. Penampilannya seketika tampak sangat kacau. Rambutnya yang sudah rapi kini harus ia tata ulang.
Rupanya tangan besar suaminya telah mengacaukannya tanpa ia sadari. Liptin pada bibirnya pun sudah menghilang tanpa jejak. Krisna bagaikan seorang vampir penghisap yang sangat berpengalaman.
"Ayok kakak. Aku sudah tidak sabar!" seru Adiba yang tiba-tiba muncul lagi di dalam kamar itu. Mentari tersentak kaget.
"Iya sayang, ini nih pakaian kakak kacau lagi. Maaf ya bikin kamu nunggu."
"Hum, iya. Kata papa, kakak harus cepat ke ruang makan. Papa gak mau sarapan kalo kakak gak keluar."
Ish!
Mentari mencebikkan bibirnya kesal.
"Enak saja gak mau makan kalau gak ada aku. Padahal dia tuh yang bikin aku kayak gini," gerutunya.
"Kakak ngomong sesuatu?" tanya Adiba dengan wajah bingungnya.
"Ah gak kok sayang. Kamu duluan ya, aku mau ke kamar mandi dulu," jawab Mentari dengan senyum diwajahnya.
"Oke deh. tapi jangan lama-lama ya," senyum Adiba kemudian berlari keluar dari kamarnya lagi. Anak itu benar-benar tak merasakan capek sedikitpun. Mentari pun ikut di belakangnya setelah memastikan tidak ada barang yang terlupakan.
"Aku datang Papa," sapa Adiba seraya mendudukkan dirinya di depan meja makan.
"Iya sayang," balas Krisna tersenyum.
"Papa, aku cantik gak hari ini?"
Krisna lagi-lagi tersenyum kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Mentari yang baru tiba di tempat itu.
"Cantik!" ucapnya dengan tatapan tak lepas pada sosok istrinya.
"Makasih papa. Aku sayang papa, mmmuah..." Adiba yang sangat cerewet itu langsung mengirim ciuman jarak jauh ke arah pria tampan itu.
Mentari sendiri tak berkata-kata. Ia hanya menarik kursi di samping Adiba kemudian duduk dan makan dengan tenang. Eh, tepatnya berpura-pura tenang padahal dadanya berdebar tak karuan hanya karena tatapan Krisna padanya.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
ikut deg degkan
2024-03-28
0
lilie 5678
adrenalinku ikutan rerbang di bw maw kris😁
2024-03-09
1
Mukmini Salasiyanti
aaaaaaa
co cweeeeeeetttt
2024-03-08
0