Dirga langsung menghidupkan mesin motornya kemudian mengikuti Mentari. Ia ingin meminta penjelasan pada pacarnya itu kenapa bisa keluar dari rumah Krisna Dewangga, sang duda keren incaran banyak wanita di negeri ini.
Sayangnya, Mentari tak bisa ia jangkau. Gadis itu mengendarai motornya sangat kencang bagaikan seorang pembalap. Pria itu sampai terlongo dibuatnya. Gadis itu sangat jago menyalip sana sini sampai selalu lolos dari jebakan lampu lalu lintas.
Dirga mengerang kesal dan akhirnya memutuskan berbalik arah menuju ke kampusnya sendiri. Setelah ia ikut mata kuliah pertama, ia akan datang lagi ke sekolah gadis itu untuk meminta penjelasan kenapa ia tak pernah lagi bersedia ia ajak keluar.
Sementara itu,
Mentari sudah sampai di sekolahnya. Ia membuka helmnya kemudian memeriksa penampilannya pada kaca spion motornya. Rambut ia tata kembali agar lebih rapih. Setelah itu bergegas menuju ke ruang kelasnya.
Langkahnya begitu ringan karena hari ini ia sangat bahagia. Kuncir kudanya bergerak kesana-kemari mengikuti ayunan langkahnya. Hari ini adalah hari terakhir ujian sekolah dan itu berarti sebentar lagi ia akan bebas melakukan apa saja.
Senyum bahagia terulas terus dari bibirnya yang agak tebal dan seksi. Semua orang yang dilewatinya ia sapa padahal ia terkenal sebagai siswi yang seringkali membuat huru hara di lingkungan sekolah.
Ada banyak siswa yang nampak bingung dengan sikap ceria anak itu tapi ada juga yang tidak perduli.
Mentari sendiri cuek saja. Ia terlalu senang hanya karena ia banyak mendapatkan uang jajan yang melimpah.
Hanya sesimpel itu membuatnya senang dan melupakan kalau hari ini adalah ujian terakhir mata pelajaran IPA, yang sangat ia tak suka.
Aaaa, rasanya ia bagaikan terbang di udara dan lupa daratan. Bibirnya tak berhenti bersenandung karena sangat bahagia. Dan entah kenapa ia tak bisa melupakan aroma tubuh suaminya saat ia memeluknya tadi. Dadanya berdebar terus dan mengantarkan sebuah rasa yang ia tidak tahu apa itu.
Tak cukup beberapa menit, ia sudah hampir sampai di koridor menuju ruang kelasnya. Di depan pintu, Gisel sudah menunggunya dengan wajah tak sabar. Nampak sekali kalau ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh sahabatnya itu.
"Tar, cepetan dong. Aku ada hal penting yang harus kamu tahu!" teriak gadis itu dengan suaranya yang sangat cempreng.
Mentari langsung berpura-pura manyun. Jika ada hal yang sangat ingin disampaikan oleh sahabatnya itu dipagi seperti ini itu berarti ada sesuatu yang sedang gawat.
Gadis itu langsung menarik tangan Mentari ke dalam kelas dengan wajah serius.
"Tar, kamu tahu gak?" ucapnya berbisik.
"Gak!"
"Eh, aku belum selesai. Dengarkan aku dulu." Gisel tampak kesal.
Mentari mendengus kemudian menatap sang sahabat dengan wajah tak kalah serius. Ia berharap tak ada berita buruk yang akan ia dengar pagi ini karena hatinya sedang sangat senang.
"Katakan ada apa!"
Gisel menarik nafas dalam-dalam seolah-olah ingin mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan hal yang sangat penting. Mentari jadi tidak sabar dibuatnya.
"Eh, malah diam!" sentaknya pada Gisel yang masih sibuk mengatur kata-kata apa yang akan ia keluarkan agar Mentari tidak kaget.
"Jangan bilang kalau soal ujian bocor lagi dan kita belom dapat bagian ya, aku pecat kamu jadi mata-mata!" lanjut Mentari mulai tak sabar.
"Gak. Bukan itu." Gisel menggelengkan kepalanya dramatis.
"Lalu apa? Kok sampai serius kayak gitu sih?"
"Ini soal kakak ipar kamu Tar." Wajah Gisel semakin serius. Raut wajahnya yang putih kini semakin putih saja.
"Heh Kirain soal skandal kepala sekolah dengan Pak Jack. Gak seru ah." Mentari mengibaskan tangannya pura-pura santai padahal hatinya sangat penasaran.
"Ih kok gitu sih? Emangnya kamu gak tertarik sama berita yang akan aku sampaikan ini?"
Mentari menghela nafasnya kemudian tersenyum. Ia pun langsung menunjukkan ketertarikannya.
"Mas Kris? Kenapa emangnya?" tanyanya seraya menegakan punggungnya agar ia terkesan lebih serius.
"Tapi kamu jangan marah ya, soalnya aku juga cuma baca dari berita online pagi ini sih, itu juga belum jelas kebenarannya." Gisel tersenyum meringis dengan tangan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gak. Aku gak akan marah. Katakan saja ada apa? Aku memang belum buka handphone sejak semalam."
Gisel pun meraih handphonenya sendiri dari dalam tasnya. Setelah itu ia memperlihatkan sebuah berita fenomenal yang sudah ditonton oleh jutaan orang sejak rilis semalam.
Pengusaha Muda Krisna Dewangga kedapatan jalan berdua dengan seorang wanita cantik di sebuah hotel.
Mentari tampak gusar membacanya. Ia langsung bergerak tak nyaman. Pasalnya beberapa gambar yang berisikan Krisna dan seorang wanita cantik dalam berita itu semakin mendukung berita itu.
Mentari terpaku dengan ulasan berita yang ada di dalam genggamannya. Seketika wajah cantiknya langsung berubah warna. Ada rasa kesal yang ia rasakan menghantam dadanya.
"Eh, Tar, katanya kamu gak kenapa-kenapa. Kok malah diam sih?" Gisel jadi tak enak hati. Ia menyesal memberi tahu informasi ini pada sang sahabat.
"Aku gak marah kok. Ngapain juga marah. Semua orang tahu siapa mas Krisna bukan? Ia terkenal sering ke hotel karena ada kerjaan. Ya udah gak apa-apa." Mentari tersenyum untuk menutupi perasaan kesalnya.
Pantas saja aku dikasih kartu sakti. Rupanya itu untuk uang sogokan karena telah bersama dengan wanita lain semalam.
"Tar, kok diam lagi sih? Aku salah ya?" ucap Gisel tak enak hati. Padahal ia hanya ingin seru-seruan dengan sang sahabat tapi kenapa wajah Mentari langsung berubah kusut seperti itu?
"Kamu 'kan dulu pernah cerita kalau mas Krisna itu udah lama disuruh menikah lagi tapi gak pernah mau, nah sekarang aku bawa kabar ini kali aja wanita itu emang calon istrinya iyya 'kan?"
Mentari mencoba untuk tersenyum.
"Iya juga sih. Gak usah dipikirin. Sekarang kita bersiap menjawab soal aja. Biarin saja mas Krisna mau kemana dan sama siapa."
Gisel tersenyum lebar karena senang. Mereka pun bersiap karena pengawas ujian sudah memasuki ruangan kelas mereka.
Semua penghuni kelas langsung terdiam begitupun dengan Mentari dan Gisel. Mereka mengikuti prosedur ujian dengan baik dan teratur.
Seorang panitia ujian tiba-tiba saja muncul di dalam ruangan kelas itu dan menatap Mentari yang masih sibuk menjawab soal-soal.
"Permisi, atas nama Mentari Pratama, dimohon untuk tidak langsung pulang setelah ujian ya. Kepala sekolah menunggu kamu di ruangannya."
Deg
Mentari langsung bergerak tak nyaman. Ia tiba-tiba jadi khawatir akan sesuatu yang akan dibicarakan kepala sekolah itu kepadanya.
Apa karena kejadian waktu itu ya?, ucapnya membatin.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar ya gaees.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Titik Martiyah
jadi makin penasaran lanjut nya.....
2024-03-08
1
Lyeend
semakin menarik untuk dibaca
2024-03-08
1
Hadiyah 0575
Ada apa ya kira2 kenap dipanggil sama kepsek🤔
2024-02-16
2