Rencana Mentari untuk mentraktir teman-temannya sepertinya akan ia tunda dulu hari ini. Ia harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu sebelum pulang dan ia tidak tahu akan sampai jam berapa.
"Aku tunggu kamu di depan ya Tar," ucap Gisel saat mereka sudah tiba di depan ruangan kepala sekolah.
"Yap. Tapi kalau aku agak lama, kamu bisa pulang kok," balas Mentari seraya memperbaiki letak pakaiannya.
"Gak kok. Aku akan nunggu kamu sampai selesai. Aku takut Bu Maria memberikan kamu hukuman dan tak ada yang menolongmu hahaha."
Mentari langsung mencibir.
"Gak lah, aku 'kan anak baik tapi ya, sedikit suka bolos juga sih hahaha."
Keduanya langsung tertawa sampai seorang guru yang merupakan seorang wakil kepala sekolah meminta Mentari untuk masuk ke dalam ruangan.
"Aku masuk ya Sel. Kalo ada apa-apa hubungi kantor polisi terdekat," canda Mentari dan langsung mendapatkan timpukan dari Gisel. Mentari pun tertawa dan langsung berlari masuk ke ruangan kerja kepala sekolah.
"Assalamualaikum bu," salamnya ketika ia sudah berada di dalam ruangan itu.
"Waalaikumussalam, Duduklah."
"Iya bu, terimakasih."
Mentari pun mendudukkan dirinya di sebuah sofa di hadapan Maria, sang kepala sekolah. Ia tampak santai meskipun hatinya bertanya-tanya. Ada apa ia dipanggil oleh orang nomor satu di sekolahnya itu.
"Kamu tahu kenapa saya panggil kamu kesini Tari?" tanya wanita cantik berusia empat puluh tahun itu. Wajahnya nampak sangat serius Kacamatanya saja ia perbaiki berkali-kali.
"Tidak bu. Maaf, saya tidak tahu." Mentari menjawab seraya mengulas senyum diwajahnya.
Maria ikut tersenyum kemudian menyodorkan sebuah kotak kecil pada gadis cantik itu.
"Bukalah. Orang yang pernah mengirimkan paket rahasia pada saya ternyata mengirimnya kembali. Ia ingin memeras saya Tar," ucap Maria dengan suara bergetar. Tiba-tiba raut mukanya menunjukkan kalau ia sedang sangat tertekan.
Mentari menegakkan punggungnya. Ia pun meraih kotak itu dan membukanya. Seketika matanya melotot tajam. Kiriman paket itu benar-benar sangat menakutkan untuk seorang kepala sekolah seperti Maria. Karirnya bisa hancur saat ini juga.
"Cuma kamu yang tahu keadaan saya ini selain Tuhan tentunya. Kamu sudah aman karena kamu sudah menikah. Kamu juga pasti sudah mendapatkan perlindungan dari suamimu. Tapi bagaimana dengan saya Tar?" Kepala sekolah itu akhirnya menangis. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Mentari meringis. Ia tak menyangka kalau kejadian beberapa bulan yang lalu itu bisa menjadi bumerang bagi sang kepala sekolah. Ia pikir sang kepala sekolah sudah tenang dan juga tak terlibat lagi dengan masalah itu.
"Tapi bukannya urusan dengan istri pak Jack udah beres Bu?"
"Seharusnya begitu Tar. Tapi kenyataannya Pak Jack tidak ingin melepaskan aku. Ia mencintai aku Tar. Dan aku juga mencintainya. Kami tidak bisa terpisahkan," jawab Maria dengan tatapan memelas.
"Aku juga sudah mengandung anaknya," lanjut wanita itu.
Wajah Mentari langsung berubah sangat kaget. Ia pun menatap sosok dihadapannya dengan tatapan menelisik.
"Ah, Tari, maafkan saya karena sudah tidak punya rasa malu lagi padamu," lanjut Maria seraya melepas kacamatanya.
"Tapi ketahuilah, kalau kami sudah menikah. Jadi kumohon jangan menatapku seperti itu."
Mentari sekali lagi meringis. Ia pun menghela nafasnya berat karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sungguh, ia tak menyangka kalau kejadian beberapa bulan yang lalu masih berbuntut panjang sampai sekarang.
Flash back on
Waktu itu, Mentari sedang hanging out dengan Dirga di puncak. Pria itu mengajaknya menginap tapi malah pergi entah kemana. Ia jadi bingung, dan akhirnya menjadi sebuah tempat untuk beristirahat. Dan saat itulah ia tak sengaja melihat kepala sekolahnya sedang terlibat masalah dengan seorang wanita paruh baya.
Wanita paruh baya itu ternyata adalah istri sah Pak Jack, yang merupakan seorang pengusaha terkenal di kota itu. Maria mendapatkan ancaman agar segera melepaskan diri dari hubungan khususnya dengan suaminya. Maria mendapatkan perlakuan kasar sehingga Mentari pun datang menolongnya.
Mentari yang terkenal suka yang berbau kekerasan langsung memberikan pelajaran yang sangat berharga pada wanita itu. Akan tetapi orang-orangnya tak terima. Mereka membalas hingga Mentari ikut-ikutan mendapatkan luka dimana-mana.
"Anak ingusan seperti kamu tak akan aku biarkan lolos!" teriak Dewi marah.
"Hidup kalian tak akan tenang setelah ini!" lanjut wanita itu dengan nafas memburu karena emosi yang sudah sampai di ubun-ubunnya. Penampilannya pun sudah sangat kacau karena Mentari sudah memberikan pelajaran yang sangat berharga padanya.
"Sekarang dengarkan aku. Jack adalah suamiku. Dan tak akan aku berikan pada siapapun termasuk kepada kamu Maria!"
"Dan kamu anak ingusan!" tunjuknya pada Mentari yang juga sudah tampak menyedihkan.
"Kamu anak sekolahan yang seharusnya tidak ikut campur urusan kami. Masa depanmu akan buruk. Aku akan menutup semua akses dirimu untuk belajar di universitas manapun!"
Mentari terkekeh," Emangnya kamu Tuhan yang mau mengatur semua urusan kami?!" balas Mentari dengan bibir mencibir. Ia belum juga mau mengalah karena ia sangat kasihan pada kepala sekolahnya yang sedang teraniaya.
"Catat kata-kataku ini. Kalian akan lihat sendiri apa yang aku lakukan jika suamiku masih berhubungan denganmu!" Dewi kembali menatap wajah Maria dengan tatapan bengisnya.
"Saat ini aku masih memberikan kamu kesempatan ya, aku belum akan mempermalukan kamu. Tapi sekali saja kamu menjalin hubungan lagi dengan suamiku, aku jamin karirmu akan hancur sebagai kepala sekolah!"
Setelah berkata seperti itu, Dewi langsung pergi dari tempat itu bersama dengan orang-orangnya.
Maria menangis dan meraung, sedangkan Mentari langsung memeluk kepala sekolahnya itu dengan perasaan kasihan.
"Apa memang harus jadi yang kedua dari seorang pria yang sudah beristri bu?" tanyanya dengan suara lirih. Maria tidak menjawab tetapi malah semakin menangis.
"Ibu sangat cantik, tapi kenapa mau jadi pelakor sih?" ucapnya lagi dengan suara miris.
"Aku mencintainya Tari. Aku kasihan karena pak Jack tidak pernah bahagia dengan istrinya hiks," isak Maria dengan suara bergetar.
Mentari membuang nafasnya kasar. Semua pria memang selalu punya alasan seperti itu saat ia ingin berselingkuh.
Flash back off
Mentari menghela nafasnya. Ia menatap wajah kepala sekolah di hadapannya dengan tatapan kasihan.
"Hidup kamu tenang Tar, ada pak Krisna yang akan menjagamu tapi bagaimana denganku?" ucap Maria dengan isakan tangisnya.
"Kalau ibu mau tenang, putuskan hubungan dengan suami orang. Itu sangat berbahaya Bu. Aku pun kalo ada yang berani menggoda mas Krisna, aku mungkin akan melakukan hal yang sama."
Deg
Maria tercekat. Ia tak menyangka kalau anak seumuran Mentari akan berkata seperti itu padanya.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Zanzan
kok percaya ma omongan lelaki...
2024-04-01
0
Mukmini Salasiyanti
😃😀😉
2024-03-08
0
Titik Martiyah
Tari mulai posesif...apalagi melihat tayangan suaminya bersama wanita kehotel di ponsel Gisel...
2024-03-08
1