Mata Krisna tak sengaja melihat Mentari sedang berada di depan gerbang kebun binatang itu bersama dengan pria guide itu tanpa ada Adiba bersamanya.
Tangan pria itu tanpa sadar mencengkeram erat kemudinya. Sungguh, ia sangat terganggu dengan pemandangan yang ada di hadapannya itu. Akan tetapi ia tak mungkin turun karena jalur kendaraan saat ini berbeda arah.
"Mas, itu kan Mentari adik kamu, ngapain dia di sini?" tanya Lana semakin membuat Krisna gusar.
Ia tidak menjawab tapi berusaha untuk tetap tenang. Ia akan menghubungi gadis itu ketika mereka tiba di tempat makan siang.
Sementara itu, Mentari mulai sibuk mencari anak itu bersama dengan Galang. Ia juga bertanya pada grup WhatsApp orang tua siswa dan guru, tapi mereka semua mungkin sedang sibuk, tak ada yang menjawabnya.
Akhirnya ia tidak jadi menyusul mereka ke kebun buah dan lebih memilih mencari Adiba di dalam kebun binatang yang sangat luas itu, dibantu oleh Galang tentunya.
"Lang, kok bisa sih Adiba bisa langsung hilang begitu saja ya?" tanya gadis itu setelah kelelahan mencari anak itu.
"Iya ya," ucap Galang mengiyakan.
"Apa aku harusnya nyusul ke kebun buah dulu ya Lang, kali aja gak sengaja ikut di rombongan mereka."
"Iya juga sih. Aku akan ikut kamu."
"Eh, gak perlu. Kamu 'kan lagi kerja."
"Gak apa-apa. Ini udah waktunya istirahat kok. Dan ya aku shiftnya emang sampai jam segini. Jadi kita bisa gunakan waktu ini sama -sama Tar."
"Okeh lah kalo gitu. Ayok segera kesana." Mentari pun buru-buru berlari ke arah mobilnya tapi tiba-tiba ia melihat ada sesuatu yang ganjil. Miniatur pemberian Galang tercecer di depan parkiran.
"Lang, ini kok bisa seperti ini? Tadi 'kan aku ingat Adiba yang mainin."
Galang terdiam. Ia juga berusaha mereka ulang kejadian saat ia membawa kotak oleh-oleh itu. Ia ingat kalo Adiba sempat memuji benda-benda itu dan setelah itu ia tidak ingat lagi dimana anak itu.
"Hey, lihat. Miniaturnya tercecer sampai di sana!"
Mentari melihat beberapa miniatur binatang yang terbuat dari kayu itu tampak menuju ke arah tempat ke arah sebuah mobil tua yang dialih fungsikan menjadi food court. Sepertinya Adiba sengaja membuang benda-benda itu sebagai petunjuk.
"Maaf bang, lihat anak kecil perempuan yang lewat sini gak?" tanya Mentari pada Abang yang berjaga di tempat itu.
"Maaf mbak. Tadi 'kan emang banyak anak paud yang belanja makanan di sini setelah dari dalam, saya gak perhatikan semuanya."
"Ah iya deh bang, makasih banyak ya," ucap Mentari dengan wajah kuyu. Ia sudah lelah dan bahkan lapar."
"Gimana dong Lang, apa aku harus lapor ke papanya ya? Kalau Adiba hilang."
"Boleh juga, sebaiknya sih begitu, tapi gurunya juga perlu tahu, jangan sampai Adiba sebenarnya ikut bersama dengan mereka."
"Ah iya ya, kamu bener juga." Mentari pun meraih handphone-nya dan segera menghubungi nomor kontak gurunya tapi kembali lagi tak aktif.
"Ah sial! Kenapa sih pada gak ada stand by dengan handphonenya!" gerutu gadis itu kesal.
"Gak usah di telpon, kita langsung ke kebun buahnya. Jaraknya 'kan dekat banget. Ayok. Sini kunci mobil kamu."
Galang dan Mentari pun segera kembali ke arah mobil dengan Galang yang menyetir. Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Mentari sempat tercekat kaget karena mobil Krisna ternyata ada di tempat itu juga.
Tiba-tiba perasaannya langsung tak nyaman. Ia takut dan juga khawatir. Mana Adiba sedang tidak bersama dengannya lagi.
"Lang, papanya Adiba ternyata ada di sini, tuh mobilnya," tunjuk Mentari dengan tubuh lemas.
"Itu lebih bagus, supaya beliau bisa langsung tahu," santai Galang.
"Tapi kredibilitas aku bisa dipertanyakan dong Lang. Aku pasti kena cap sebagai kakak yang tak bisa jagain Adiba."
"Hush! Gak usah ngomongin itu dulu, kita masuk saja. Kali aja Adiba sedang ada bersama dengan papanya."
"Iya deh, semoga saja ya Allah." Mentari setuju.
Galang pun menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk setelah membayar tiket masuk.
Mentari sempat terpukau melihat suasana di dalam tempat itu yang cukup nyaman dan tentu saja indah. Ada banyak gazebo yang tersedia sebagai tempat untuk bersantai dan menikmati pemandangan kebun yang indah.
Rombongan Paud Kasih Bunda, tampak kelihatan dari kejauhan. Mereka benar-benar sedang menikmati acara wisata buahnya.
Hati Mentari tiba-tiba mencelos sedih, ia jadi sangat khawatir pada keadaan Adiba. Anak itu sangat antusias mengikuti study tour ini dan ia lalai menjaganya.
"Apa kita ikutin mereka dulu ya Lang, kali aja Adiba udah ikut di sana. Dia 'kan pimpinan regunya."
"Okeh ayok." Galang setuju. Ia pun segera menyusul mereka dengan tangan masih menggenggam tangan gadis itu. Mereka berdua berlari menyusul rombongan teman-teman Adiba yang sedang memetik buah rambutan.
"Maaf Bu-ibu. Lihat Adiba gak?" tanya mereka setelah mereka sampai di tempat itu.
"Gak ada tuh mbak. Adiba sejak dari kebun binatang udah gak ikut sama kita," jawab seorang guru.
"Kirain sama dek Mentari. Makanya kami gak cek lagi," lanjut wanita itu dengan tatapan serius.
"Emangnya kenapa kok bisa hilang?" lanjut yang lain ikutan khawatir. Mentari semakin merasa takut dan bersalah.
"Gak tahu tuh, tiba-tiba saja Adiba tidak ada, padahal kami lagi sama-sama."
"Makanya tuh, jangan kesibukan ngobrol sampai lupa anak orang!" celetuk seorang ibu yang sejak awal memang tak suka melihat Mentari yang sangat akrab dengan guide kebun binatang itu.
Mentari terdiam. Ia memang salah karena sibuk dengan Galang.
"Kalau gitu kita cari di tempat yang tadi aja deh Lang, terimakasih banyak ya bu-ibu." Mentari pun berbalik dan langsung pergi dari tempat itu.
Ia bersama Galang memutuskan untuk mencari Adiba di tempat semula sampai dapat.
Mereka yakin, anak itu pasti masih berada di tempat itu dan mungkin sedang menangis ketakutan karena ditinggal oleh teman-temannya.
"Tari!"
Langkah mereka langsung terhenti saat nama salah satunya di panggil oleh seseorang. Mentari mencari sumber suara yang sepertinya sangat ia kenal.
"Mas Kris?" ucapnya dengan tatapan horor. Krisna tiba-tiba saja berada di belakangnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Eh mas, udah lama di sini?" basa-basi Mentari untuk menutupi kegugupannya.
Krisna tidak menjawab. Tatapan matanya yang bagaikan tatapan elang itu berada pada tangan Galang yang sedang menggenggam tangan istrinya.
Galang tersadar dan langsung melepaskan tangan gadis itu. Rasanya tatapan pria dewasa itu mengandung sinar X yang bisa melumpuhkan seluruh sendi pada tubuhnya.
"Darimana saja kamu heh!"
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Hadiyah 0575
Siap2lah mentari kamu dapat hukuman dari mas kris
2024-02-17
2
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
mas kris maafkan tari ya
2024-01-26
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
lama" hancur tulang dan tubuhmuuu
2024-01-26
0