Setelah cukup lama mengobrol dengan sang kepala sekolah, Mentari pun bersiap untuk berpamitan, ia sudah cukup lama mendengarkan keluh kesah seorang pelakor seperti Maria. Wanita cantik yang tidak menyadari telah menyiksa dirinya sendiri dengan bermain api yang sangat panas.
"Aku pamit bu. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Aku siap membantu kok," ucap Mentari seraya membuka pintu ruangan kepala sekolah itu.
Maria tersenyum kemudian memakai kacamatanya kembali lantas berucap, "Iya, terimakasih banyak ya Tar."
Mereka berdua pun berpisah. Mentari melanjutkan langkahnya ke arah depan untuk menemui Gisel yang pastinya sudah lama menunggunya. Akan tetapi langkahnya tiba-tiba berhenti karena seseorang yang pernah sangat dekat dengannya sedang berjalan cepat ke arahnya.
"Dirga? Untuk apa dia kesini lagi?" ucapnya bingung. Ia pikir dengan menjauh dari pria itu sudah berarti hubungan mereka sudah selesai.
"Tari!" panggil pria itu seraya mempercepat langkahnya menuju ke arahnya. Tak lama kemudian, pria itu sampai dihadapannya dengan nafas ngos-ngosan.
"Aku udah lama nunggu kamu di parkiran, lambat banget pulangnya. Ngapain aja di sini?"
Mentari menghela nafasnya agak kesal. Dirga memberondongnya banyak pertanyaan seperti seorang polisi saja.
"Aku ada urusan dengan kepala sekolah. Ini juga aku udah mau pulang sama Gisel," balas gadis itu seraya melihat ke arah sahabatnya yang sejak tadi menunggunya di taman.
"Ya udah, kita nonton yuk. Ada film baru." Dirga langsung meraih tangan Mentari dan menariknya paksa.
"Ih apaan sih. Aku mau pulang. Udah capek." Mentari berusaha menolak dengan menghentakkan tangannya hingga terlepas dari pegangan Dirga.
"Kamu aneh Tar, telepon aku gak pernah kamu jawab dan sekarang kamu pun tak pernah mau aku ajak keluar!" marah Dirga.
"Aku sibuk. Aku 'kan harus banyak belajar untuk persiapan ujian sekolah. Jadi kamu gak usah maksa dong!"
"Iya, tapi sekarang 'kan udah selesai ujian. Ngapain lagi sok sibuk. Ayok, kalau gak mau nonton kita makan saja." Dirga masih saja menunjukkan sikap bossynya.
Mentari kembali menghela nafasnya kemudian menjawab, "Baiklah, dimana? Aku ikut sama Gisel."
Dirga tersenyum senang. Ia sangat suka gadis yang penurut.
"Kita makan di restoran baru yang ada di sekitar mall M!" putus Dirga. Ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan di tempat itu.
"Okey." Mentari langsung mengiyakan karena kebetulan ia memang sudah sangat lapar. Ia pun menarik tangan Gisel untuk ikut dengannya. Akan tetapi Gisel menolak ikut. Ia tidak mau jadi obat nyamuk di antara orang yang sedang berpacaran itu.
"Sel, kamu ikut dong sama kita. 'Kan cuma makan. Gak ngapa-ngapain juga."
"Tapi 'kan nanti aku dicariin bunda. Ini udah waktunya pulang sekolah lho." Wajah Gisel langsung tampak cemberut.
"Gak usah dipaksain. Gisel kalau mau pulang, pulang aja. Aku mau sama Mentari berdua aja kok," sela Dirga cepat. Tapi Mentari langsung melotot padanya.
"Gak. Kamu harus ikut Sel. Masak udah nungguin lama juga harus pulang sendiri. Nanti aku yang antar kamu ke rumahmu," paksa Mentari.
"Ah iya deh." Gisel akhirnya setuju. Ia pun tak mau memperdulikan tatapan Dirga padanya karena ia tahu bagaimana sikap Dirga yang kadang suka aneh-aneh otaknya kalau berdua saja bersama Mentari.
Dirga menghela nafasnya kasar. Pria itu sebenarnya tak suka kalau acaranya bersama dengan Mentari terganggu dengan adanya orang lain di tempat mereka.
"Ya udah ayok cepetan. Aku udah lapar banget," ucap Mentari seraya menarik tangan Gisel untuk segera menuju ke parkiran. Mereka bertiga pun keluar dari lingkungan sekolah itu menuju ke tempat yang mereka telah sepakati.
Tak lama kemudian mereka sampai di restoran itu dengan mengendarai motor mereka masing-masing.
Gisel dan Mentari yang masih memakai seragam sekolah cukup mendapat perhatian banyak orang. Pasalnya mereka berdua sangat cantik dan juga menarik.
Beberapa pasang mata pria hidung belang mulai menatap mereka dengan tatapan mata lapar. Maklumlah, sekarang lagi marak anak-anak SMA yang nyambi sebagai sugar baby. Mereka sengaja datang ke restoran mewah untuk mendapatkan mangsa para pria tajir eksekutif.
Di waktu makan siang seperti ini, para pengusaha muda dan tua seringkali melakukan meeting dengan para relasi mereka dan disanalah tempat sugar baby itu menunjukkan dirinya.
"Mau pesan apa?" tanya Dirga yang langsung duduk di samping Mentari.
"Aku mau ini dan ini," jawab Mentari seraya menunjuk daftar menu yang tersedia di atas meja. Gisel pun sama, ia juga memesan makanan yang sama dengan Mentari.
Pelayan yang sudah mencatat pesanan mereka pun pergi. Sedangkan Dirga langsung ikut pergi entah kemana. Mentari dan Gisel tak perduli. Pria itu memang sering seperti itu. Terkadang ada dan juga tiada.
"Tempat ini bagus ya Tar, ada nuansa etniknya," ucap Gisel seraya memandang berkeliling ruangan tempat makan itu.
"Iya. Ternyata memang sangat bagus. Pantas saja banyak banget pengunjungnya. Semoga saja menu-menunya tidak mengecewakan sih." Mentari membalas seraya ikut memandang berkeliling.
"Di meja sana, itu bukannya mas Krisna ya Tar?" ucap Gisel seraya menunjuk sebuah meja dengan matanya. Mentari ikut mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Gisel. Hatinya langsung bereaksi tak nyaman dengan pemandangan yang ia lihat.
"Nah, kayaknya berita yang aku kasih lihat ke kamu itu benar deh. Wanita itu 'kan yang ada di dalam foto itu," ucap Gisel seraya membuka handphonenya untuk membuktikan ingatannya.
Mentari tak sadar mengepalkan tangannya dibawah meja. Entah kenapa ia tak suka kalau suaminya bersama dengan wanita lain meskipun ia belum saling suka.
"Aku samperin mereka dulu ya Sel, gak enak kalau mas Kris gak aku sapa, nanti dikiranya aku sombong," ucap gadis itu dengan menahan rasa kesalnya. Sungguh, ia tidak suka melihat wanita yang sok ganjen mendekati suaminya.
"Iya deh. Tapi jangan sampai kamu tinggal di tempat itu ya. Aku gak enak sendiri di sini, banyak yang lihatin soalnya."
"Iya, aku cuma bentar kok." Mentari segera berdiri dari duduknya seraya merapikan seragamnya. Baru juga tiga langkah ia melangkah seseorang dari arah panggung langsung memanggil namanya.
"Teruntuk Mentari Pratama, yang aku sayangi. Lagu ini aku persembahkan untukmu..."
Inikah namanya cinta, oh inikah cinta, cinta pada jumpa pertama. Inikah rasanya cinta, inikah cinta, terasa bahagia saat jumpa dengan dirimu. Ho oh
Mentari tercekat. Tubuhnya langsung tak bisa bergerak karena begitu kaget dengan aksi Dirga di atas sana.
Dan juga, saat ini rasanya semua mata sedang memandangnya. Tak terkecuali Krisna Dewangga.
Pria itu tak sadar mengepalkan tangannya dibawah meja. Ia sangat tak suka dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Mentari sendiri tak tahu harus berbuat apa. Akhirnya ia hanya berdiri diam di tempat itu sampai lagu yang dinyanyikan oleh Dirga selesai.
🌺
*Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sriza Juniarti
seruu🥰💕
2024-04-15
0
Liana Yuberta
ya sama2 cemburu
2024-03-08
0
Ade Diah
adu du du duhhhh
2024-03-08
1